Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 48 Babak Terakhir (1)

Tubuh kecil Tina tiba-tiba bergetar. Bagaimana bisa dia menahan jilatan Mendra ini, kan. Tina langsung membalikkan tubuhnya dan tempat misterius itu kebetulan menghadap tepat di wajah Mendra.

Napas panas yang dikeluarkan Mendra kebetulan mengenai sepasang kaki putih dan lembut Tina.

Wajah Tina memerah malu. Dia pun mendorong pelan Mendra ke rumput, lalu membuka kedua kaki dan duduk di atas tubuhnya.

"Kak Tina, kamu terlihat sangat cantik..." Mendra yang berbaring di rumput, memandangi wajah cantik Tina. Karena wajahnya memerah, Mendra pun langsung mengatakan kekagumannya.

Wajah Tina merah dan pandangannya juga semakin lembut. Tangan kecil yang lembut itu memegangi bagian keras yang panas di sana, lalu menggesek beberapa kali ke arah pintu masuknya, membidik tempat yang tepat dan bersiap-siap untuk duduk ke bawah!

Tiba-tiba, Tina mendengar derap langkah kaki dari kejauhan. Wajahnya pun menjadi tegang dan dia segera menghentikan gerakannya.

“Mendra, apakah ada yang datang kemari!”

Mendra, yang menyipitkan matanya dan menantikan kedatangan Tina, tertegun di tempat. Dia memasang telinganya, mendengar dengan cermat dan menyadari benaran ada orang di dekat sini. Selain itu, dari langkah kakinya, pastinya adalah seorang pria. Suaranya pun terdengar sangat berat.

"Kak Tina, apakah kamu sudah memecahkan masalahnya? Jika kami tidak pergi, kami akan kelewatan makan siang!”

Oh, ternyata sopirnya, Bayu. Tina dengan ketakutan menepuk dadanya. Dua bundaran putih dan lembut pun ituk bergerak, berayun dengan ganas.

"Oh, sebentar lagi akan selesai. Bayu , kamu tunggu sebentar di luar!"

Wajah Tina memerah dan dia segera mengatakannya keluar. Lalu dia menatap Mendra yang menyeringai nakal di bawahnya. Tina mana mungkin bisa membiarkan Bayu mendekat. Jika Bayu melihatnya, maka dia akan kehilangan wajahnya.

"Oh. Aku paham. Nona Tina, aku akan menunggumu di luar.”

Bayu pun tidak terlalu memikirkannya. Bagaimanapun juga, dia hanyalah seorang sopir. Jika dia tidak sengaja melihat tubuh Tina, maka jangan berharap dia bisa pertahankan pekerjaannya, meskipun hatinya mengatakan bahwa dia sangat ingin melihat tubuh Tina.

Melihat Bayu yang telah pergi menjauh, Tina akhirnya bisa merasa lega. Dia pun segera berdiri dari tubuh Mendra.

"Ah... Kak Tina, apa yang sedang kamu lakukan, hah. Kami masih belum melakukan apa pun!"

Mendra pun menghela nafas dalam hatinya. Dia akhirnya bisa menemukan wanita yang begitu cantik, bagaimana mungkin dirinya akan melepaskannya begitu saja, kan. Apalagi barang di bagian sana masih naik!

Tina pun menatap Mendra, lalu dia menggerutu menggoda sambil berkata, "Dasar bocah tengik. Apa yang kamu pikirkan, hah? Tidakkah kamu melihat sopirku sudah memanggilku. Jika nanti ada orang yang melihat kami berdua melakukan hal ini, apakah kamu tidak takut mereka akan menyebarkan rumor mengenaimu? Aku masih takut, ya. Selain itu, akan ada banyak kesempatan di masa depan. Aku pun akan pergi mencarimu bermain ketika aku punya waktu...”

“Eeh… baiklah kalau begitu..."

Mendra mendesah dalam hatinya. Dia pun menggelengkan kepalanya tanpa daya. Dia sedikit lagi hampir akan mendapatkannya, tetapi pada akhirnya dia harus merelakannya.

Tina pun menatap Mendra, lalu tubuh putih dan halusnya agak berjongkok, mengambil pakaian serta memakainya.

"Mendra, kalau begitu Kak Tina pergi dulu, ya. Nanti ketika kita bertemu kembali, Kak Tina akan membiarkanmu bersenang-senang…”

Tina sekilas memberikan tatapan menggoda pada Mendra, lalu dia membalik tubuhnya yang montok dan berjalan keluar ke luar dari hutan. Dua bundaran pantat yang montok dan ketat itu membuat mata Mendra panas.

Lain kali ketika bertemu lagi, aku akan menghantan keras di bagian atas ini!

Sial!

Mendra diam-diam mengutuk dalam hatinya. Dia tiba-tiba ingat bahwa dia hanya tahu wanita cantik ini bernama Tina dan sisanya dia tidak tahu apa-apa.

Mendra pun dengan tak berdaya menggelengkan kepalanya, mengenakan celananya dan merapikan beberapa pakaian yang agak berantakan. Lalu dia memikul keranjangnya dan mulai memetik jamur liar lagi.

...........

Fiuh!

Setelah selesai memetik semuanya, Mendra baru menarik napas panjang. Melihat sekeranjang yang terisi penuh jamur liar, Mendra pun tidak bisa menahan senyuman lebarnya. Tampaknya paling sedikit juga ada beberapa kilogram.

"Baiklah. Kelihatannya juga sudah cukup untuk dijual. Aku akan pergi melihat berapa banyak yang telah dimiliki Kak Lestari bersama putrinya," bisikan Mendra. Lalu dia memikul keranjang dan segera turun ke bawah.

......

Mendra cepat-cepat turun menelusuri jalan pegunungan, dan dengan cepat berjalan ke arah kaki gunung. Dia pun memusatkan perhatiannya dan dalam sekejap langsung menemukan sosok Lestari.

Mendra hanya melihat Lestari yang sedang berjongkok di tanah. Pantat montoknya sedang terangkat ke atas, dimana lengkungan yang seksi itu membuat Mendra yang melihatnya berdebar-debar.

Dia diam-diam berjalan ke arah Lestari untuk menyentuhnya. Mendra mengulurkan tangan besarnya dan meraih pantat Lestari. Daging yang penuh dan elastis itu dalam sekejap berada dalam telapak tangan Mendra.

“Ah!”

Wajah Lestari memerah dan tampak terkejut. Dia pun mendongak kepalanya, mendapatkan bahwa itu ternyata adalah Merman, si bocah nakal ini. Lalu dia menatap malu Mendra sambil memarahinya. "Kamu mau mati, ya. Mendra, benaran deh. Bikin aku terkejut saja."

"He he... Kak Lestari, bukankah ini karena aku melihatmu terlalu fokus pada jamur liar, makanya aku mengusikmu." Mendra terkekek-kekek. Dia pun langsung mengatakannya setelah mengalami perasaan yang lembut dan penuh itu di tangannya.

Huh!

Wajah Lestari memerah. Dia pun menatap sekilas matanya, lalu sambil mendengus kesal.

"Oh iya, Kak Lestari, apakah jamur liarmu sudah cukup? Kalau sudah selesai, mari kita pergi ke kota untuk menjualnya," kata Mendra lembut dengan raut serius.

Lestari menjadi bahagia. Dia segera menunjuk ke keranjang di sampingnya dan berkata, "Ha ha, lihatlah Mendra, aku sudah memetik sampai sebanyak itu!"

Mendra menoleh ke arah yang ditunjuk Lestari, dimana di dalam keranjangnya terisi penuh dengan jamur liar.

"Mendra, menurutmu punyaku ini bisa menghasilkan banyak uang, kan!”

"Eeh… aku juga tidak tahu, tapi bagaimanapun juga pasti akan ada ratusan ribu rupiah, kan!"

"Sungguh! Mendra, jika benaran bisa menghasil uang sebanyak itu, maka kakak ipar sungguh berterima kasih padamu, Mendra!" Hati Lestari menjadi senang begitu mendengar bahwa dia bisa menghasilkan ratusan ribu rupiah. Tetapi itu baru setara dengan biaya hidup rumahnya selama setengah bulan!

"He he… Kakak ipar, untuk apa berterima kasih. Kita tidak perlu bersungkan satu sama lain..."

Mendra terkekek-kekek. Lalu dia memandang tubuh montok Lestari sambil bergurau dengan suara aneh.

Wajah Lestari memerah. Menatap mata Mendra yang membara-bara, tubuh Lestari tiba-tiba bergetar. Melihat tidak ada orang yang lewat di kaki gunung ini, Lestari tiba-tiba merasakan perasaan aneh pada hatinya.

"Mendra, kamu kemarilah dan bantu memapah kakak iparmu. Kakak ipar berjongkok terlalu lama dan kakinya kesemutan..." Wajah Lestari memerah. Lalu dia menatap Mendra sambil berkata dengan malu.

"Oh, kamu tidak mempermasalahkannya. Kakak ipar, kalau begitu aku akan memapahmu sekarang..."

Wajah Mendra menjadi serius. Tanpa berpikir banyak, dia berlari ke arah Lestari dan memapahnya berdiri.

"Ahh! Kakiku kesemutan..."

Lestari tiba-tiba menjerit dan seluruh tubuhnya langsung jatuh ke pelukan Mendra. Dua bundaran lembut depannya menekan dada padat Mendra.

"Kak Lestari, apakah kamu... apakah kamu baik-baik saja..."

Perasaan Mendra menjadi tidak stabil begitu merasakan bundaran dada putih dan lembut Lestari. Dia pun segera bertanya dengan penuh perhatian.

"Tidak, tidak apa-apa... Hanya saja kakiku sakit. Kayaknya aku baru saja memelintirnya..." Wajah Lestari memerah. Dahinya dipenuhi oleh keringat dingin dan dia pun langsung mengatakannya keluar.

"Biarkan aku membantu memijatmu, kak Lestari..."

Mendra menatap Lestari dengan penuh perhatian. Tanpa berpikir terlalu banyak, dia segera menggendong Lestari dan membawanya sampai ke sisi batu besar, lalu membiarkannya duduk di atasnya.

Mendra segera berjongkok, meletakkan kaki kecil Lestari ke atas pahanya.

Dia pelan-pelan melepaskan sandal di kaki Lestari. Sepasang kaki seksi yang indah, dengan kuku yang dicat warna merah terang, membuatnya terlihat sangat seksi dan menggoda.

Tangan Mendra pelan-pelan pergi menjelajah ke sana, dimana tangan besarnya memegangi sepasang kaki kecil itu dan perlahan-lahan memijatnya.

"Hmm...ahh…"

Wajah Lestari memerah. Dia pun tidak bisa menahan erangannya. Kakinya yang sensitif telah dimainkan Mendra dan tubuhnya tanpa disadari telah bergetar.

"Kak Lestari, apakah aku menyakitimu..."

Wajah Mendra menjadi tegang begitu mendengar suara Lestari yang begitu menggoda. Perasaannya menjadi tidak stabil dan dia pun langsung menanyakannya.

"Tidak... tidak apa-apa... Hanya saja kamu membuat kakak ipar merasa sangat gatal..." Wajah Lestari memerah. Lalu dia memandang Mendra dan berkata sambil menggerutu menggoda.

"Oh... ternyata begitu, hehe..."

Mendra tersenyum aneh. Lalu menatap wajah cantik Lestari yang begitu pesona. Dia seolah-olah sengaja meletakkan kaki kecil Lestari ke atas selangkangannya yang masih tegak.

Dia barusan hampir saja akan melakukan hubungan seksual dengan Lestari. Tapi siapa yang akan sangka bahwa ada yang menganggu. Mendra dari awal telah menahan api yang membara-bara dalam hatinya. Begitu melihat Julia yang bersikap malu, bagaimana mungkin dia masih bisa menahannya.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu