Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 25 Lestari yang sedang sedih
“Tidak masalah, Kak Lestari!” Mendra menelan ludah, matanya panas, dan berkata dengan cepat.
Wajahnya memerah, Lestari agak takut melihat mata Mendra, apa Mendra akan berpikir aku itu murahan, dan memandang rendah aku ...
"Mendra, kakak ipar, aku baru pertama kalinya meminta pria lain melakukannya untukku. Kamu tidak menganggap kakak ipar mu adalah wanita yang tak tahu malu bukan ..." Lestari dengan cepat menjelaskan, wajahnya memerah. Tetapi setelah berbicara, dia masih tampak malu.
"Bagaimana bisa, Kakak Lestari, bagiku adalah wanita yang hebat. Kamu telah mendukung keluarga ini sendirian. Selain itu, kamu pasti punya keinginan tersendiri. Itu tidak memalukan ... .. "
Mendra tertegun sesaat, ia bicara dengan ekspresi yang serius.
“Mendra, kamu benar-benar tidak akan memandang rendah kakak iparmu?” Dengan hati yang hangat, hati Lestari tiba-tiba merasa sedih.
"Tentu saja tidak, wanita yang paling aku kagumi adalah kamu, kakak Lestari!"
"Woo ... Mendraa ..."
Mata merah, kesedihan, keletihan, dan emosi lainnya semuanya bercampur di hati Lestari, ia jatuh ke pelukan Mendra dan menangis dengan keras.
Gunung besar di dadanya menekan dada Mendra. Sentuhan lembut itu membuat hati Mendra merasa nyaman.
Dengan lembut menepuk punggung Lestari yang indah, melihat wanita cantik yang menangis, Mendra dengan cepat berkata: "Kakak Lestari, jangan menangis, Jika orang lain mendengarnya, mereka akan kira aku sedang memaksa mu.”
Wajahnya memerah, Lestari mencubit pinggang Mendra dengan jengkel, dan mengerang: "Dasar Bocah, omong kosong apa yang kamu bicarakan, aku sendiri yang bersedia ..."
"Kakak ipar, apa yang kamu bicarakan, apa yang kamu mau ..." kata Mendra dengan kaget pada Lestari.
Dengan wajahnya yang memerah, Lestari memberi Mendra pandangan centil, mengangkat jari-jari kakinya, dan bibir merahnya yang seksi sekejap berada di depan bibir Mendra.
Boom!
Seketika muncul perasaan lembut dan menyegarkan di bibir Mendra, Lestari menggerakkan lidah Mendra dengan air liurnya yang harum.
"nghh..."
Saat itu, tanpa menunggu Mendra bereaksi, Lestari langsung mendorong Mendra ke ranjang dan dengan cepat melepas ikat pinggang Mendra di celananya.
"Bagus Mendra, bisakah kamu menghibur kakak iparmu hari ini, aku, aku sangat sedih ..." Lestari memandang Mendra dengan penuh keinginan, dan kata-kata nya dipenuhi dengan desakan.
Hatinya terguncang. Saat ini, “barang” Mendra sudah sangat keras. Mendengar permintaan Lestari seperti itu,ia mana sanggup menolak, dia langsung mengangguk dengan cepat.
Dengan wajah memerah, Lestari tidak sabar untuk menyingkirkan celana Mendra.
Ia terkejut melihat ukurannya, Lestari langsung menyela kakinya, dan perlahan-lahan berjongkok, belahan dadanya menjepit “batang” Mendra yang berada di bagian bawah perut. Setelah meliriknya dengan genit, Lestari bergerak naik dan turun sambil memegang dua gunungnya di tangan.
Ahh....
Mendra tidak pernah berpikir adegan yang biasa hanya ia saksikan di film biasanya akan terjadi pada dirinya sendiri, dan juga bisa bersama seorang wanita cantik seperti Lestari.
"Mendra, apakah enak ..." Lestari bertanya dengan wajah memerah, menatap Mendra dengan dalam-dalam.
"Kakak ipar, sangat, sangat enak ..." Mendra hanya merasa seolah-olah dia sedang dibungkus dengan dua roti kukus besar yang baru keluar dari panci. Elastisitas dan kenyamanan yang luar biasa menyebar ke seluruh tubuh Mendra. .
Wajahnya memerah, Lestari juga perlahan-lahan menghentikan goncangannya, dia memberi Mendra pandangan yang mempesona. Lalu tiba-tiba ia melompat ke badan Mendra dan duduk di atas pinggul Mendra.
"Mendra, kamu sudah merasa enak, sekarang waktunya buat kakak iparmu puas..." kata Lestari memancing sambil melihat ke arah Mendra.
"Hei, kakak ipar, Kamu ingin seenak apa ..." Mendra tersenyum dan menatap Lestari yang tertawa.
Melirik Mendra dengan genit, Lestari perlahan mengangkat kaki nya yang ramping, dan perlahan mengangkat pantatnya yang indah, kedua tangannya menggenggam pria seksi itu, dan bersiap duduk di atasnya dengan ganas.
.......
Tok Tok Tok!
Tepat ketika Mendra dan Lestari sedang bersemangat, suara ketukan di pintu terdengar.
"Bu, apakah kamu melihat Kak Mendra? Air panasku sudah mendidih. Mengapa ia tiba-tiba hilang!"
Angeline memegang botol termos berisi air mendidih di tangannya, mengetuk pintu Lestari yang tertutup, sambil bertanya dengan lembut.
Tubuhnya bergetar, Lestari yang sedang enak-enaknya, tiba-tiba diganggu oleh Angeline, hatinya merasa sedikit kesal, sebelumnya ia juga pernah diganggu oleh perempuan itu.
Lestari dengan cepat mundur dari tubuh Mendra, menarik napas dalam-dalam, dan berkata dengan tenang, "Oh, aku, aku menyuruh Mendra untuk membantuku, kami akan segera keluar ..."
"Oh ... Apa yang kalian lakukan di dalam? Kalian juga mengunci pintu..."
Angeline sangat penasaran, ia jongkok melihat kedalam lewat celah pintu diam-diam, tapi di dalam sangat gelap, dia tidak bisa melihat apa-apa.
Hatinya tegang, Lestari tertegun sesaat. Jika Angeline melihat, dia sedang mengoda Mendra, ia pasti akan kehilangan wajahnya. Ekspresinya lesu, tidak tahu harus menjawab apa kepada Angeline.
"Angeline, aku sedang membantu ibumu mengganti bola lampu. Kamu dinginkan dulu airnya..." Untungnya, Mendra dengan cepat berpikir dan dia pun sembarangan menyebut alasan.
"Oh, Baiklah, Kak Mendra, Hati-hati ya ..." Angeline mengangkat cangkir dan berjalan menuju ruang tamu.
"Huh .... Membuatku kaget saja..."
Dengan ketakutan yang masih ada, dia menepuk dadanya, membuat payudara lembut Lestari bergetar diiringi napasnya yang cepat.
Mata Mendra terus ke samping, tidak tahan dan berkata: "Kak Lestari, mari kita lanjutkan ..."
"Lanjutkan kepalamu, Angeline masih di luar, jika dia melihatnya, maka habislah kita ..."
Dia memberi Mendra pandangan malu-malu. Lestari mengambil pakaian Mendra dari ranjangnya dan melemparkan ke arahnya. Dia mengerang: "Masih tidak mau cepat memakai baju lagi, jika Angeline melihatnya, apa yang akan kamu jelaskan padanya ... .. "
"Kakak ipar, kamu tidak mengenali orang lagi setelah kamu memakai celana ..."
“Dasar Bocah, kau masih bisa berkata begitu!” Wajahnya memerah, Lestari dengan malu-malu memukul dada Mendra.
Sambil tersenyum, Mendra segera mengenakan pakaian, merapikan bajunya, dan berjalan menuju ruang tamu.
....
"Kakak Mendra, cepat minum airnya. Ini adalah air mint yang aku buat khusus untuk Anda, yang bisa memuaskan dahaga mu ..." Begitu dia berjalan ke ruang tamu, Angeline dengan cepat berdiri dan memmberi segelas air untuk Mendra.
Hatinya merasa hangat, Mendra dengan cepat mengulurkan kedua tangannya mengambil cangkir itu. Tangan besarnya baru saja memegang tangan kecil Angeline yang halus.
Hati Angeline bergetar, dan wajah cantiknya memerah.
Novel Terkait
Predestined
CarlyYour Ignorance
YayaLove And War
JanePria Misteriusku
LylyPernikahan Kontrak
JennySi Menantu Dokter
Hendy ZhangIstri ke-7
Sweety GirlKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)