Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 12 Mendra....Bangun!
Tok tok!
"Mendra, buka pintunya!"
Tepat di saat, hampir terjadi sesuatu antara Mendra dan Angeline, tiba-tiba dari luar pintu terdengar suara ketukan yang tergesa-gesa, dan mengganggunya.
Saat di dengar dengan seksama, seperti suara kakak ipar si Ayu, dengan terkejut, Mendra bergegas menyadarkan diri, lalu menarik tangannya dari tubuh Angeline yang lembut itu.
Rasa malu yang ada di tubuh lembut itu menghilang, sorotan mata Angeline perlahan-lahan juga kembali menjadi jelas, wajah cantiknya yang memerah, dengan tersipu malu melihat Mendra sekilas.
"Gadis, cepat berdiri, sepertinya kakak iparku sudah pulang, dia pergi bersama ibumu, aku prediksi ibumu pasti juga sudah sampai di rumah", kata Mendra dengan agak cemas, sorotan matanya agak tidak ingin mengalihkan pandangannya dari tubuh indah Angeline.
"Ah! Apa, ibuku sudah pulang!" Dengan terkejut, Angeline tidak bisa menahan dirinya yang gugup, kalau saja dia tahu kalau dirinya dan Kak Mendra melakukan ini semua berdua di dalam kamar, maka dia pasti sudah tidak ingin hidup lagi.
Bergegas berdiri, Angeline dengan cepat membereskan baju yang agak kusut yang sedang dia pakai, ekspresi wajahnya sangat gugup.
"Aku datang, kakak ipar."
Mendra bergegas mematikan TV yang masih menunjukkan adegan yang bergairah, lalu menarik nafas dalam-dalam, dan menarik tangan kecil Angeline yang lembut, dan berjalan ke arah pintu.
Berjalan dengan cepat ke pintu, Mendra menyadari kalau ibunya Angeline juga ada disana, lalu dia bergegas melepaskan tangan kecil Angeline.
"Bibi Lestari, kalian sudah pulang."
"Iya, bukannya ini demi membeli obat China untuk pamanmu itu, coba kita lihat apakah ada efek di permulaannya."
Di satu sisi Lestari yang melihat putrinya sendiri, keluar dari dalam rumah Mendra tidak terpikirkan apapun, lagipula milik anak itu si Mendra, tidak bisa digunakan kan, dia juga tidak akan bisa melakukan hal apapun.
"Iya..."
Dengan ekspresi tercengang, Mendra melihat tangan Ayu yang membawa satu kantong besar obat China, dengan tidak bisa menahan ketidakpastiannya, dia bertanya dengan pelan, "Kakak ipar, kenapa kamu juga membawa obat China sebanyak itu?"
"Oh, aku dengar dari dokter China itu, kalao obat ini bisa menyembuhkan penyakitmu, jadi aku hanya ingin mencobanya saja."
Perasaannya menjadi hangat, Mendra melihat sorotan mata Ayu, yang juga menunjukkan tatapan kehangatan.
"Kalau begitu, Ayu, aku harus segera pulang, pas sekali ini juga waktunya makan siang, aku masih harus pulang dan menyiapkan makan siang untuk ayahnya Angeline."
Lestari melihat Angeline yang ada di sebelahnya dengan ekspresi wajah agak memerah, lalu berkata dengan lembut, "Ayo pulang Angeline, kita masih harus memasak obat untuk ayahmu."
"Iya, aku datang......" Melihat Mendra dengan tatapan enggan berpisah, Angeline melambaikan tangannya ke arah Mendra, dan berkata dengan lembut, "Kak Mendra, aku pulang ya."
"Iya, cepat pulang, kalau ada waktu datanglah kesini untuk nonton film......", kata Mendra sambil tertawa terbahak-bahak, dan tersenyum dengan nakal.
Ekspresi wajahnya memerah, Angeline dengan tidak senang melirik Mendra, dan dengan suasana hati yang luar biasa mulai berjalan, ke arah ibunya dan berjalan dengan cepat pulang ke rumah.
"Film apa, Mendra?", tanya Ayu dengan penasaran, yang ada di sebelahnya sambil menatap mereka berdua yang sedang saling menatap dan bermain mata.
"Oh...... itu film Barat, yang tentang seorang pria dan seorang wanita yang sedang bertengkar, tidak terlalu bagus......", kata Mendra sambil tersenyum malu, dan tanpa berpikir mengarang sebuah kebohongan.
"Seorang pria dan seorang wanita yang sedang bertengkar?" Dengan mengerutkan keningnya, Ayu juga tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Mendra.
"Tidak usah bahas ini lagi, kakak ipar, cepat masak saja, aku sudah hampir mati kelaparan.", kata Mendra yang takut kalau dirinya sendiri tidak tahu kapan bisa keceplosan, Mendra bergegas berpura-pura terlihat sangat lapar, dan mengambil obat China yang ada di tangan Ayu, lalu dengan cepat masuk ke dalam rumah.
Ayu yang dengan ekspresi bingung, juga hanya bisa kembali masuk ke dalam rumah.
..................
"Mendra, makanannya sudah siap, cepat kesini untuk makan......"
"Iya, aku datang......", kata Mendra bergegas menanggapinya.
"Kakak ipar, akhir-akhir ini keahlian memasakmu jadi tambah bagus ya, masakan ini semakin hari semakin enak...", kata Mendra yang terkejut dan memujinya, sambil bergegas memakan dua gigitan nasi.
"Hehe, kalau enak makanlah yang banyak..." Ayu mengambil sepotong daging babi, dan menaruhnya di mangkuk Mendra.
Perasaannya seketika menjadi hangat, di dalam hati Mendra tiba-tiba timbul sedikit rasa bahagia, kalau saja kakak ipar ini adalah istriku itu akan lebih baik, aku juga tidak tahu apa yang dipikirkan oleh kakakku, istri yang begitu baik, dia masih saja mau menceraikannya.
"Mendra, kenapa kamu menatapku, apa wajahku ini terlalu cantik?", kata Ayu sambil tertawa lembut, dan tidak bisa menahan kekesalannya, karena terlihat agak malu, saat ditatap oleh Mendra dengan tatapan sorotan matanya yang panas.
"Iya, wajah kakak ipar memang sangat cantik.", kata Mendra dengan serius sambil menatapnya, dan sambil mengangguk-anggukkan kepala.
"Sial, kamu ini memang bisa membuat kakak ipar senang ya.", kata Ayu dengan lembut, dan dengan malu-malu menatap Mendra.
Kalau bukan karena, dirinya sendiri sudah menikah dengan kakaknya, Ayu ini sangat menyukai Mendra, meskipun dirinya sendiri hidup seperti seorang janda, tapi kalau dia sampai ada apa-apa dengan adik iparnya sendiri, dia pasti akan dihina dari belakang oleh orang-orang.
"Kakak ipar, sebenarnya aku sangat menyukaimu", kata Mendra dengan pelan, wajahnya serius sambil menatap Ayu.
"Mendra, kamu...." Wajahnya memerah, tiba-tiba Ayu menjadi sedikit gugup, dan bergegas menghentikannya dengn berkata, "Mendra, jangan, aku ini kakak iparmu, kita berdua itu tidak bisa membuat kakakmu sedih......"
Ayu bergegas menarik tangannya keluar dari genggaman tangan Mendra, lalu dengan tidak berdaya berkata, "Mendra, bukannya kakak ipar menolakmu, tapi, kita berdua......hah, sudahlah lupakan saja..."
Perlahan-lahan berdiri, Ayu agak susah melepaskan emosinya, dan dengan cepat berjalan melangkah keluar dari dapur, dan kembali ke kamarnya, ekspresi di wajahnya menunjukkan sebuah kesedihan dan ketidakberdayaan yang tidak bisa dikata-katakan.
.....
Menghela nafas dalam-dalam, Mendra juga tahu kalau barusan dia ini sudah melakukan sesuatu di luar pikirannya sendiri, lalu dia meletakkan mangkuknya, dan berlari ke halaman belakang, cuci muka dengan air dingin, dan menenangkan dirinya sendiri.
Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi, sambil menggeleng-gelengkan kepala yang agak merasa tidak senang itu, Mendra berpikir untuk ingin tidur siang, lalu dia berjalan masuk ke arah kamarnya sendiri.
Berbaring di atas ranjang, Mendra yang pusing tertidur pulas.
............
Tidak lama kemudian, dalam sekejap mata matahari mulai terbenam, dan langit pun sudah hampir gelap.
"Mendra, cepat bangun dan minum obat, dokter China itu sudah bilang, kalau resepnya ini, sudah menyembuhkan banyak orang yang memiliki penyakit yang sama seperti kamu." Ayu masuk ke dalam kamar Mendra, sambil membawa sebuah mangkuk yang berisi obat China yang agak kekuningan.
Dengan bingung membuka kedua matanya, Mendra melihat dahi kakak iparnya yang berkeringat karena memasak obat, dalam hatinya merasa hangat, lalu dia mengambil mangkuk besar, dan juga tidak mempedulikan pahitnya obat China, dia langsung meminumnya dalam satu teguk.
"Anak bodoh, pahit tidak", kata Ayu yang agak sedih sambil melihat Mendra.
Tertawa sejenak, Mendra menyeka mulutnya, wajahnya menunjukkan ketidak setujuan, "Tidak apa-apa, sedikitpun tidak pahit, malahan sangat manis."
"Kamu ini ya..."
Melirik Mendra sekilas, Ayu tidak bisa menahan lalu berkata dengan pelan, "Apakah sudah merasakan sesuatu, Mendra?"
"Uh...aku merasakannya, tapi kenapa kenapa aku merasa sedikit panas ya......"
Tiba-tiba, Mendra hanya merasakan sekumpulan api yang sedang membakar, di bawah perutnya, kesadarannya perlahan-lahn menjadi tidak jelas, ekspresi matanya memerah, perut bawahnya berapi-api, dan langsung berdiri dengan tegak.
Tiba-tiba, keseluruhannya, sama seperti seekor binatang yang sangat buas, dan langsung menerkam ke arah Ayu, dan menimpanya di atas ranjangnya sendiri, tangannya yang kasar langsung menjelajah puncak gunung putih lembut yang menjulamg ke atas di dadanya itu, lalu meremasnya dengan ganas.
"Mendra, jangan...kamu kenapa...aku ini kakak iparmu......"
Novel Terkait
The Great Guy
Vivi HuangGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangUntouchable Love
Devil BuddyGet Back To You
LexyGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)