Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!

Dengan tatapan panasnya. Mendra tidak tahan untuk melihatnya beberapa kali dan ia baru sadar bahwa dia tidak mengenakan apa-apa didalamnya. Dua bulatan mutiara yang berwarna sedikit ungu, tampak sangat menggoda.

“Mendra, aku bertanya padamu, kenapa kamu tidak mengatakan sesuatu...”

Melihat Mendra terdiam, Lestari menyadari bahwa dia terus menatap belahan dadanya.

Cuacanya masih sangat panas. Lestari sama sekali tidak mengenakan pakaian dalam, dia tidak menyangka jika Mendra terus menatapnya, hatinya senang dan berbisik: “bocah busuk, bukankah hanya gumpalan daging putih saja? Apanya yang indah? Kamu juga pernah melihatnya.”

“Kak Lestari, kenapa semakin dilihat semakin tidak cukup, aku masih ingin menyentuh mereka berdua!”

Hehe... dia tertawa. Tangan besar Mendra yang kasar tidak bisa menahan diri untuk meyentuhnya dan menggenggamnya dengan lembut. Terasa penuh ditelapak tangannya dan membuat perut Mendra panas.

Wajah cantiknya memerah. Lestari dengan kesal dan marah memukul tangan besar Mendra yang nakal.

“dasar bocah busuk, pagi-pagi sudah tidak sopan.”

Meskipun dimulut diberkata seperti itu, tetapi Lestari tidak menutup dadanya yang menggoda, malahan sengaja mengetarkannya agar bargoyang.

Kedua gumpalan daging yang lembut itu, bergetar sesuai dengan gerakannya, daging lembut yang besar itu bergetar keatas dan ke bawah, bagaikan gelombang daging. Mendra melihatnya sampai matanya memanas.

Wajahnya memerah. Lestari bukanlah tipe wanita yang sangat berani, tetapi ketika Mendra mengatakan bahwa dia punya cara untuk menghasilkan uang, dia seolah-olah sengaja menggosokkan kedua dadanya yang besar ke lengannya.

“Mendra, bisakah kamu membawa kakak untuk memetik Jamur Yeshan digunung hari ini? Kamu tahu, ayah Angeline sudah lama lumpuh dan tidak ada yang menjadi tulang punggung dikeluarga ini. Aku ingin mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari keluarga ini, bisakah?”

Merasakan kelembutan dilengannya, Mendra juga tahu maksud Lestari, lagipula dia seorang janda yang tidak berdaya, jika dia bisa membantu, dia akan membantunya.

“baiklah, Kak Lestari, mari kita naik gunung bersama hari ini!”

“sungguh, Mendra, kakak benar-benar tidak tahu bagaimana harus berterima kasih... baiklah, aku akan pulang dan bersiap-siap!” dengan hati yang bahagia, Lestari dengan cepat menarik tangan Mendra dan berjalan masuk.

“Mendra, kamu istirahat dulu diruang tamu, Angeline masih tidur, aku akan memanggilnya sekarang, kamu minum dulu saja!”

Dia mengambilkan segelar air untuk Mendra. Lestari berbalik menuju kamar Angeline, celana jins ketatnya membungkus bokongnya, bokongnya naik turun tampak sangat menarik.

“Lestari...Lestari... tuangkan aku sekelas air...hu...hu....” tiba-tiba terdengar suara batuk seorang pria dari kamar sebelahnya.

Oh, mungkin Jack yang lumpuh sedang haus, Mendra dengan cepat menuangkan segelas air lagi dan mengantarkannya.

“nah, air, Paman Jack, apakah tubuh kamu sudah mendingan....” melihat pria paruh baya yang terbaring ditempat tidurnya dengan wajah yang pucat, Mendra dengan prihatin bertanya.

Jack yang setengah terbaring ditempat tidur, melihat orang yang datang adalah Mendra, wajahnya terkejut dan menghela nafas panjang: “hei, kondisi tubuhku sudah begini, sudah tidak bisa sembuh. Iya, Mendra kenapa kamu datang kesini?”

“Beberapa waktu ini ada orang yang ingin membeli produk yang dipetik dari gunung, aku berpikir untuk mengajak Angeline, untuk menambah uang sekolahnya.”

“oh begitu.” Dia mengangguk. Jack juga ingat bahwa Lestari memberitahunya tentang hal itu semalam.

Melihat penampilan Mendra yang ramah, Jack hanya bisa menghela nafas, mengapa anak sebaik itu tidak bisa sukses.

“Mendra, semuanya sudah siap, mari kita berangkat!”

Saat itu, Lestari baru saja membangunkan Angeline, dengan cepat masuk kekamar.

“bersiap-siap pergi kemana Lestari? Lestari...hu...hu...” Jack batuk lagi dan bertanya.

Dia dengan cepat menepuk punggung Jack. Lestari memberikan air kepadanya dan berkata: “Mendra menemukan restoran yang ingin membeli produk yang dipetik dari gunung, jadi aku berpikir untuk naik gunung dan mencari sedikit uang...”

“oh...hu...hu...begitu, terima kasih banyak Mendra...hu...hu...”

Belum selesai ia berbicara, Jack sudah batuk lagi, dia terlihat sangat lemah.

“kamu jangan banyak bicara lagi, ayo istirahat..... Mendra, ayo keluar dulu dan biarkan Paman Jack beristirahat dengan baik.”

Dengan lembut dia membantu Jack untuk memakai selimut, Ayu perlahan menutup pintu dan berjalan keluar dengan Mendra.

“Kak Lestari, apakah penyakit Paman Jack sangat serius?” dia terdiam. Mendra tidak tahan untuk bertanya.

“iya...Mendra....”

Tiba-tiba , lingkaran matanya memerah. Lestari menerkam tubuh Mendra, dua gumpalan daging putih dan lembut di dadanya bertumpu pada dada Mendra yang padat dan panas.

“Mendra, aku akan memberitahumu yang sebenarnya, Pamanmu hanya bisa bertahan beberapa hari lagi. Semenjak dia lumpuh, setiap hari dia minum alkohol untuk menghilangkan kesedihannya, beberapa hari yang lalu dia pergi kerumah sakit untuk meriksaannya, sekarang dia di diagnosa mengidap penyakit emfisema, dokter mengatakan dia harus menjalani operasi, jika tidak dia tidak bisa bertahan hidup lagi. Tetapi biaya operasinya mencapai puluhan juta, dimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?”

Ayu menangis tersedu-sedu, air matanya langsung membasahi baju Mendra.

Dengan lembut dia merangkul pinggang ramping Ayu. Mendra menepuk punggungnya dan dengan lembut menghiburnya: “tidak apa-apa kak, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.”

Ia mengangguk dan suasana hati Ayu pun akhirnya kembali tenang. Wajahnya memerah dan memandangi Mendra dengan pandangan yang sedikit malu, dan ia baru sadar pakaian Mendra telah basah dibuat nya.

“oh, Mendra, aku membuat pakaianmu menjadi basah...”

Ia tersenyum. Mendra dengan santai berkata: “ tidak apa-apa kak, ini musim panas, sebentar lagi kering!”

“aku akan membantumu mengeringkannya, ini mudah kering kok, buka pakaianmu, aku akan mengeringkannya....”

“ehm... baiklah...”

Awalnya ia bersikeras tidak mau, akhirnya Mendra melepas pakaiannya. Terlihat tubuhnya yang gagah dan proposional.

wajahnya memerah. Ayu mengambil tisu toilet yang berada diatas meja dan membantu Mendra mengeringkan pakaiannya. Tetapi dia tidak tahan untuk melihat tubuh gagah Mendra.

“nah, Mendra aku sudah mengeringkan pakaianmu, ayo cepat pakailah....”

Dengan enggan dia menyerahkan pakaian itu kepada Mendra, tiba-tiba diantara paha putih Ayu bergejolak.

Setelah menerima pakaiannya, Mendra memandangi Ayu dengan ekspresi menyesal. Tiba-tiba dia tertawa dan berbicara dengan suara yang sedikit aneh: “ Kak Ayu, tolong bantu aku memakainya, aku tidak tahu mengapa, tanganku tiba-tiba kesemutan!”

“hah...baiklah...”

Ia menjawabnya. Ayu perlahan berjalan kearah Mendra dan membantunya mengenakan pakaian itu. Wajahnya yang cantik memerah, tangannya yang halus tidak sengaja menyentuh dua daging kecil didada Mendra, dia tidak tahan dan mencubitnya.

“aduh!”

Mendra tiba-tiba berteriak, dengan wajah nakal ia memandangi Ayu dan berkata: “ Kak Ayu, beraninya kamu mencubit bagian itu, hehe...tidak apa, aku akan mencubitmu kembali!”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu