Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 8 Alasan Lain!

"Astaga! Kenapa bisa begitu besar!" Jessica pun terkejut, tidak bisa menahan jeritannya.

Pada saat ini, dia hanya melihat barang Mendra itu menaik dan berdiri tegak di hadapan Jessica.

"Mendra, kapan penyakitmu ini sembuh? Ini bagus sekali!"

"He he, aku juga tidak tahu. Mungkin karena aku melihat Kak Jessica yang sangat cantik, makanya bagianku ini baru menjadi lebih baik!" Mendra terkikik-kikik dan mengejek dengan suara aneh.

Dia baru tidak akan mengatakan bahwa bagian ini bereaksi karena memandikan kakak iparnya.

"Hum! Mulutmu memang manis!” Jessica pun mendengus manja. Dia pun menikmati pujian yang diberikan Mendra.

Jessica menjilat bibirnya, perlahan-lahan membuka bibir seksi yang berwarna merah, mengarah ke bagian dalam Mendra.

Srett…

Semburan kehangatan menyelimuti seluruh tubuh Mendra. Lidah lembut Jessica dengan terampil menjilat dan mengemut, membuat Mendra tidak bisa menahan erangan karena sengatan yang nyaman itu. Tangan besarnya tidak bisa tahan untuk merangkul kepala Jessica…

"Uh... Uhuk huk..."

Wajah Jessica memerah dan dia pun terbatuk. Lalu dia menatap malu Mendra dan dengan marah berkata, "Bocah sialan, kamu ingin membunuhku!"

Mendra tersenyum kecil dan terlihat agak malu.

Wajahnya memerah. Jessica pun menjilat bibirnya, memandang Mendra dengan pandangan menggoda sambil menggerutu menggoda, "Mendra, kakak ipar telah membuatmu merasa enak. Bukankah kamu juga harus membuat kakak ipar merasa sedikit enak, kan.”

Mendra terkekek-kekek. Melihat Jessica di bawah cahaya, dimana wajahnya memerah dan tatapan memikat, Mendra pun menggodanya dengan berkata, "Kakak ipar, kamu ingin dibuat enak seperti apa, ya?"

Jessica sekilas menatap Mendra, lalu dia perlahan-lahan berdiri, tangan lembutnya memegang barang yang membuatnya panik itu, mengangkat pinggulnya, dan bersiap untuk duduk ke bawah.

Duk Duk…!

Tiba-tiba di luar pintu depan Jessica terdengar bunyi ketukan pintu yang mendesak.

"Jessica, apakah kamu di rumah? Ini aku, sang kepala desa. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu!"

Jessica terkejut dan segera melompat dari tubuh Mendra. Bukankah dirinya baru saja bertengkar dengan Markus? Untuk apa dia datang mencariku lagi?

Melihat Mendra yang masih terduduk tidak puas di sofa, Jessica pun merasa ingin mengeluhnya. Jika Markus melihatnya dan Mendra melakukan hal seperti itu di rumah, maka dia benaran akan habis.

"Mendra, kamu, kamu cepatlah bersembunyi ke dalam lemari kamar. Cepat ...!"

Jessica menarik Mendra yang duduk di sofa. Dia pun dengan panik menjejalkan Mendra ke dalam lemari.

"Kakak ipar, aku, aku masih belum pakai celanaku..."

Mendra juga ikut panik. Jika Markus, si bajingan tua, melihat ini, dia tidak hanya akan melampiaskan amarahnya, bahkan akan membunuh dirinya. Mendra pun segera mengenakan celananya, masuk ke dalam kamar, membuka pintu lemari dan bersembunyi di dalam.

"Jessica, buka pintunya. Ini aku, Markus. Apa yang sedang kamu lakukan di rumah, hah!"

Pada saat ini, Markus yang berada di luar jelas tampak tidak sabar menunggunya. Hari ini dia telah dibodohi Mendra di depan publik. Suasana hatinya dari awal pun sudah buruk. Begitu sampai di rumah, dia lagi-lagi bertengkar dengan istrinya, makanya dia ingin mencari Jessica untuk melampiaskan amarahnya.

"Jessica, dasar wanita sialan, kamu di dalam sedang bersama pria lain, kan. Jika kamu tidak membuka pintunya, aku akan menghancurkan pintunya!" Markus dengan ganas menggedor pintu sambil menjerit ke dalam.

Setelah membereskan beberapa pakaian yang berserakan, Jessica segera berjalan ke pintu depan, membuka pintunya, dan menatap ganas Markus. Dia dengan marah berkata, "Pergi sana! Kamu yang baru bersama orang lain. Untuk apa berteriak, kamu tidak takut orang lain mendengarnya, hah!"

"Hei, hei... Siapa yang akan mendengarku pada larut malam ini?" Markus terkekek-kekek, lalu berjalan masuk ke ruang tamu.

Markus pun tertegun. Dia baru menyadari bahwa Jessica malah mengenakan pakaian dalam seksi yang diberikannya itu.

Glek! Markus menelan ludahnya dan barang di bawah perutnya menjadi panas. Dia menggendong Jessica dan berjalan menuju kamar.

"Markus, kamu sedang ngapain, sih? Cepat lepaskan aku." Wajah Jessica memerah dan dia pun langsung berteriak.

Setelah melemparkan Jessica ke atas ranjang, Markus melepaskan celananya dan hendak menerkamnya, tapi dia malah ditendang jauh Jessica.

Pada saat ini, Mendra yang berada di dalam lemari juga bersandar dan mengintip dari balik celah pintu, diam-diam menelan ludahnya sambil menantikan langkah selanjutnya kedua orang ini.

"Markus, dasar bajingan. Kamu ingin ngapain, sih! Kamu ingin melakukan ini setelah bertengkar dengan istrimu. Kamu anggap aku ini apa, hah!"

Jessica menatap Markus dengan amarah. Dia dalam hati berpikir bahwa Mendra masih ada di dalam lemari. Jika dia melakukan hal itu dengan Markus, bukankah ini seakan membiarkan dia melihat lagi kebenarannya!

"Jessica, dengarkan penjelasanku. Aku bukannya marah karena si bocah sialan Mendra itu, yang bikin aku marah itu kamu, tapi kamu jangan mengkhawatirkan tentang hal itu. Ayo, mari kita bercinta sebentar. Seperti kata suatu pepatah, kesenangan satu hari dapat menghilangkan seribu kekhawatiran. Mari kita berdua segera bersenang-senang!"

Markus terkekek-kekek, dan tangan besar yang kasar itu langsung meraih dada besar Jessica, menjelajahinya.

Plak!

Jessica menghempas tangan besar Markus dari dadanya. Dia dengan amarah melototnya, menggerutu menggoda dan berkata, "Pergi sana, aku tahu kamu akan melakukan hal-hal ini. – Oh iya, aku akan memberitahumu suatu masalah yang serius."

"Masalah apa?"

"Jadi ini, tahun lalu kamu ada merampas beberapa tanah Mendra mereka kan, jadi bukankah sudah saatnya mengembalikannya. Kita semua adalah tetangga di lingkungan sama, tidak baik mengganggu orang lain seperti ini." Jessica pelan-pelan merangkul lengan Markus dan berkata dengan lembut.

Pikiran Mendra menjadi tidak stabil. Dia yang berada di dalam lemari segera memasang telinganya, menguping percakapan mereka. Hatinya diam-diam merasa berterima-kasih. Dia tidak menyangka Jessica ini masih memiliki sedikit hati nurani, meskipun dia agak tidak benar.

"Huh!"

Markus mendengus dingin dan menyingkirkan Jessica. Dia pun tertegun, lalu menatap Jessica dan dengan amarah berkata, "Bagaimana kamu bisa mengkhawatirkan hal-hal ini? Apakah kamu benaran suka dengan bocah yang tidak berguna itu!"

Wajah Jessica memerah dan dia dengan kesal memukul tubuh Markus sambil menggerutu marah, "Dasar kau! Markus, kamu memang jahat. Apakah kamu kira aku orang yang seperti itu! Keluar dari sini!”

Melihat Jessica yang marah, Markus pun menyadari bahwa perkataannya agak keterlaluan.

Markus pun terkekek-kekek, lalu segera menarik tangan kecil Jessica dan dengan lembut menjelaskan, "Jessica, aku tidak bermaksud seperti itu. Sejujurnya aku merebut tanah mereka bukan demi uang hasil panen itu. "

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu