Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 19 Disengaja!
Hatinya terkejut, Mendra tidak bisa menahan suara “glek”, menelan air liur, "Kak Lestari, sungguh? jangan bohong... "
Wajah memerah, Lestari tersenyum menawan, merenung dalam hati, katanya Mendra kamu anak itu, sudah tidak berguna, bagaimana bisa sangat bernafsu.
"Berbohong untuk apa? Kakak akan melakukan apa yang kakak katakan. Tapi, kamu tak bisa menggunakan hal itu lagi. Kalau kamu melihat terlalu banyak, nanti kamu bisa frustasi." jari putih lembut, lembut menusuk dahi Mendra, Lestari berbicara genit.
"Haha, aku tidak keberatan menahan frustasi... " tersenyum nakal, Mendra mengatakan dalam suara canggung.
Memandangi Mendra dengan mata yang menawan, tubuh montok Lestari melenggang masuk ke dalam halaman.
Setelah bertahun-tahun bekerja di ladang, tubuh Lestari terlihat sangat sehat dan montok. Pantat besar montok berguncang, mengangkat gumpalan gelombang daging. Mata Mendra yang bergairah, dan dia tidak tahan lagi segera mengikutinya.
........
"Mendra, kamu cepat kesini... " dengan langkah cepat masuk ke ruang samping halaman, wajah Lestari diselimuti kebahagiaan menarik Mendra, wajahnya tampak sangat menawan.
Sejak setelah suami Lestari lumpuh, agar mudah untuk mengurusnya, dua orang telah lama pisah ranjang, biasanya di saat Lestari kesepian, ia hanya bisa mengambil mentimun untuk menghibur diri.
Hari ini, melihat Mendra seorang pemuda tampan, hatinya tidak tahan semakin ingin menggoda. Bagaimanapun juga itu sudah tidak berguna, bisa dikatakan hanya membiarkannya melihat, bagaimanapun, dia tidak bisa memakannya!
Gadis cantik duduk di atas tempat tidur, sepasang kaki putih lembut Lestari menahan bersila, baju tidur pendek tidak bisa menghalangi pemandangan misterius di sana.
Ekspresi Lestari menggoda menatap Mendra, "kemari, Mendra,kamu berdiri jauh sekali,hehe... "
Glek
Melihat wajah genit Lestari, Mendra menelan air liurnya dalam-dalam, perlahan berjalan ke depan Lestari, wajah nya sedikit merona, terlihat sebenarnya ada sedikit kehati-hatian.
"Haha, Mendra, tadi keberanianmu sangat besar, sekarang kenapa menjadi kecil... "Ia tertawa dengan suara genit, Lestari yang melihat penampilan lucu Mendra, tidak sanggup menahan tawa.
Wajahnya memerah, tiba-tiba Lestari mengambil kedua tangan Mendra, dengan sangat berani mengarahkannya ke kedua bola putih dan lembut, untuk mengeluarkannya.
Dalam sekejap, sebuah perasaan lembut yang berkelanjutan, memenuhi tangan Mendra, seperti roti kukus besar yang baru saja keluar dari panci, membuat orang tidak tahan ingin mencubit itu.
"Mmhh... " ia mengerang malu-malu, perasaan mati rasa di payudaranya yang sudah lama tidak ia rasakan, sangat merangsang Lestari. Sudah lama tubuh halusnya tidak terpuaskan, mendadak, membuatnya merasa kagum dan terpukau.
Wajahnya merona malu, Lestari memandang Mendra dengan pandangan menawan bagai sutra, lalu menggerutu malu-malu: "Baik Mendra... apa kamu ingin melihat penampilan dalam kakak seperti apa..."
Tatapannya bergairah, Mendra mana bisa menahan godaan seksual Lestari, segera mengangguk, di dalam perutnya seketika nyala sekelompok api!
Memandang Mendra genit, Lestari perlahan-lahan berdiri, melepas piyama tanpa lengan dari tubuhnya.
Ini adalah kedua kalinya Mendra melihat seorang wanita selain kakak iparnya.
Tubuh yang seperti bunga putih itu, yang harus terangkat maka terangkat, yang seharusnya kurus maka kurus, nampak sangat proporsional, hiasan hitam ringan, tampaknya semakin membuat Mendra tidak mampu menahan mimisan, di bawah perut sesuatu itu mengencang semakin hebat....
"Mendra, kakak, cantik atau tidak... " Lestari memberikan tatapan menawan pada Mendra, malu-malu ia bertanya.
"Cantik! " tidak bisa menahan untuk mengaguminya, Mendra mentap kosong Lestari.
"Ah... " samar-samar menghela napas, Lestari tiba-tiba menyesal dalam hatinya. Kalau saja milik Mendra itu bsa berguna pasti lebih baik, dirinya bisa merasakan rasa menjadi seorang wanita
Hanya bisa menghela napas, Lestari tidak tahan untuk melihat anu Mendra.
"Astaga, ada apa ini? Anu Mendra begitu tinggi. Bukankah anumu itu tidak lagi bekerja? "
Hatinya tiba-tiba shock, hati Lestari nampaknya akan melompat keluar dari tenggorokan.
Sulit dipercaya. Terakhir kali dirinya dan Ayu meminta pengobatan cina dari dokter lama pengobatan cina untuk menyembuhkan dia. Anu Mendra telah sembuh sekarang!
Memaksa menahan guncangan dalam hatinya, Lestari menatap Mendra dengan wajah merah tersipu malu, dan bertanya dalam suara mengggoda, "Oke Mendra, katakan pada kakak, anu mu sudah sembuh,kah? "
Ia tertawa, Mendra dalam hatinya timbul perasaan ingin bermain, melihat wajah tidak sabaran Lestari, ia bercanda: "Kak Lestari, apa yang kakak bicarakan? Bagaimana aku tidak tahu? Kenapa tidak kakak saja yang merasakannya sendiri... "
Memandang Mendra genit, Lestari masih tidak tau apa ide Mendra.
Mengambil napas udara dingin, tangan ramping perlahan-lahan menyentuh pinggang Mendra
Ssshh...
Mengambil napas udara dingin, Mendra tidak bisa meredam erangannya.
Pada saat ini, hatinya juga terombang-ambing gelombang kejutan, Mendra merasakan celananya, sudah sangat besar, jika di arahkan ke atas, masih tidak setinggi surga!
Hatinya tercengang, Lestari sudah tidak tahan lagi ingin melepaskan celana Mendra.
"Ibu! Mana pakaianku? Di mana ibu meletakkannya... "
Hampir saja, ketika Lestari ingin membuka celananya, dan melihat-lihat apa yang terjadi, mendadak di samping terdengar suara Angeline.
“Oh, tunggu sebentar, ibu pergi ambilkan!”
Wajahnya merah, Lestari kembali sadar, Melihat senyuman nakal Mendra, ia menatap Mendra dengan rasa malu dan marah, dan mengenakan baju tidurnya dengan panik. Sebelum pergi, ia mencubit pinggang Mendra dengan keras.
"Ah... kak Lestari, kenapa apa kakak mencubitku? "
Wajahnya merona, Lestari menatap kesal dan malu-malu, segera pergi ke halaman, mengambil pakaian dalam hitam Angeline di atas tali, dan berjalan ke kamarnya.
Ia tertawa, Mendra juga tidak tahan untuk tertawa diam-diam. Nampaknya kakak Lestari sedikit kesepian baru-baru ini.
Sebenarnya, tidak dapat menyalahkan Lestari. Setelah suaminya lumpuh, selain dia harus mengerjakan pekerjaan susah, dia juga tidak menikmati perasaan menjadi seorang wanita lagi. Hari ini, seorang pria tampan bersekongkol dengan dia, nyala api dalam hatinya telah terbakar untuk waktu yang lama!
Setelah merapikan pakaiannya, Mendra dengan sedikit senyum keluar dari ruangan.
Berjalan dengan cepat ke halaman, mendadak, angin datang menghembus, bra hitam yang tergantung di jemuran jatuh ke tanah.
Mendra yang melihat ini dan dengan cepat mengambilnya. Hatinya gemetar. tidak tahan untuk meletakkannya di hidungnya mencium itu. Sebuah wangi yang tak dapat dijelaskan melayang ke dalam hidung Mendra.
Adegan ini kebetulan membuat, Angeline yang baru saja berpakaian dari kamarnya, melihat ini dengan jelas!
Novel Terkait
Air Mata Cinta
Bella CiaoThe Gravity between Us
Vella PinkyAfter The End
Selena BeeMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaKisah Si Dewa Perang
Daron JayMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)