Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 2 Ada Orang Datang!

"Mendra, kenapa kamu masih menatap bodoh seperti itu, tidak segera membantuku untuk mengoles sabun dengan merata!" Sebelum Mendra mulai bicara, Ayu marah dan menatapnya dengan sinis.

Dia membalikkan badannya perlahan, Ayu mengoleskan sabun itu ke dadanya, dua buah dada yang putih besar, bergoyang seiring dengan gerakan ringan yang diberikan.

"Oh......" Matanya menjadi bergairah, Mendra tidak bisa mengendalikan perubahan dari tubuhnya, tangannya yang kasar perlahan mendekat.

Dia mengoleskan sabun dengan merata ke seluruh punggung Ayu, rasa kulit yang lembab dan halus sama seperti kulit telur yang baru terkelupas.

"Kakak ipar, kamu, ciumlah bau ini sangat wangi......" Bau harum dari sabun bercampur dengan wangi tubuh Ayu, menyebar sampai ke hidung Mendra, dia tidak bisa menahan untuk mengucapkan pujian.

"Benarkah, Mendra, apakah kamu ingin mendekat sedikit, menicum baunya sebentar?" Ayu tertawa manja, tiba-tiba dalam hatinya ingin menggoda adik ipar yang tidak berguna ini.

Gedebuk.

Mendra menelan air liurnya dalam-dalam, menatap Ayu yang cantik tiada tara di depannya itu, dia berkata dengan gemetar: "Kakak ipar, benarkah... benarkah..."

Dia tersenyum dengan menawan, Ayu berkata dengan manja: "Tentu saja, tapi kamu harus menutup matamu......"

Ah, sangat disayangkan, tidak masalah jika hanya bisa mencium baunya, siapa suruh bagian kecilmu itu menjadi tidak berguna, kalau tidak dari awal aku sudah langsung...... Ayu menatap Mendra yang menghela napas.

Hatinya berdebar, Mendra mengarahkan hidungnya ke tubuh Ayu dan menciumi baunya bolak-balik, bau-bau memikat orang yang disebarkan bdan seorang wanita cantik yang matang itu hampirhampir membuatnya mabuk kepayang.

Tiba-tiba, sebuah bau yang mirip seperti air laut asin bercampur amis tercium, masuk ke dalam hidung Mendra, alisnya mengerut, Mendra terus mencari asal bau itu.

"Mendra, jangan... itu... tidak boleh disitu..." Muka Ayu merona merah, dia berkata dengan malu-malu.

Ternyata. Mendra mendadak tidak tahu bagaimana bisa menemukan bau itu, yaitu di daerah rahasia alat kelamin Ayu, dari mulutnya terhembus udara panas, kebetulan tepat di bagian dalam antara kedua kakinya, sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan, seperti sebuah sengatan listrik yang merasuk ke seluruh tubuh Ayu.

Sebuah rangsangan yang tidak biasa, membuat tubuh Ayu mengejang, wajahnya merah, kedua kakinya langsung dia rapatkan.

"Eh...... Kakak ipar, cepat bukalah kedua kakimu, aku tidak bisa bernapas!"

Dalam sekejap kepala Mendra terhimpit diantara kedua kaki Ayu yang tertutup, membuat wajah dan lehernya memerah, hampir-hampir tidak bisa bernapas.

"Ah......" Wajah Ayu menjadi merah, tiba-tiba dia berteriak, ternyata ketika Mendra berbicara, lidahnya tidak sengaja menyentuh bagian tubuh Ayu yang itu, badannya sekejap menjadi gemetaran, rasa malu semua menghambur pada dirinya.

Dia segera menyimpangkan kedua kakinya, wajah Ayu merona merah karena malu, dia langsung menghempaskan Mendra pergi.

"Fiuh...... fiuh" Mendra bernapas dengan terengah-engah, "Kakak ipar, apa yang kamu lakukan, barusan kamu membuatku tertindih sampai hampir mati."

Dia menatap sekilas Mendra dengan garang, Ayu menatap Mendra dengan malu, dan berterika marah: "Pergi sana, bocah bau, aku beritahu kamu, masalah hari ini, jangan kamu sebarkan keluar!"

"Oh, ya aku tahu... Eh, tapi kenapa wajah kakak ipar sangat merah, astaga, kenapa kamu terkencing juga." Mendra menunjuk kearah Ayu yang pikirannya sukar dimengerti itu, dan berkata dengan terkejut.

Mendengar perkataan Mendra, Ayu juga masih tidak tahu bagaimana membicarakannya ini dengannya, bocah ini juga tidak mengerti tentang masalah pria dan wanita, berbicara dengannya juga tidak akan mengerti.

Ayu dengan cepat meraih celananya dan menutupi tubuhnya, wajahnya merona merah, menghadap kearah Mendra dan memarahinya: "dasar Bocah , pergi sana, aku ingin memakai baju."

Mendra terdiam, dia juga sedikit tidak mengerti, kenapa kakak iparnya mendadak marah.

Ketika wajahnya sedang kebingungan, tiba-tiba dari dalam hutan di kejauhan, sepertinya terlihat ada bayangan dua orang yang sedang mengintip dan sedang berjalan kearah sini.

Mendra segera maju kedepan dan memeluk Ayu, dia segera berkata: "Kakak ipar, kamu, cepatlah pakai bajumu, sepertinya ada orang yang menuju kearah sini."

Ekspresi wajahnya terkejut, Ayu sedikit panik, jika diketahui oleh orang-orang desa bahwa saat mandi dia turut membawa adik iparnya, itu akan sangat sulit untuk dijelaskan.

Dengan segera dia memakai bajunya, dia dipeluk oleh Mendra yang panik, lalu bersembunyi di dalam rerumputan sekitar.

"Ssst...Mendra, diamlah..."

Kata Ayu sambil dengan segera menutup mulut Mendra.

Ayu yang baru selesai mandi, badannya masih seikit basah, bajunya menempel ketat pada badannya, lekukan montoh tubuhnya itu, sepenuhnya tertempel pada tubuh Mendra.

"Ya......" Ekspresi wajah Mendra sangat gugup, dan dia segera menganggukkan kepalanya.

Matanya berpalinh, Mendra diam-diam menyingkapkan rerumputan dan melihat keluar.

"Jessica, cepat, jatuhkan dan bakar itu...., astaga, aku hampir-hampir tercekik mati......"

Eh? Bukankah itu suara Markus si kepala desa, bagaimana dia bisa bersama dengan si janda Jessica, astaga.

Jika dikatakan, memang Markus ini bukanlah orang yang baik, dia suka menindas di dalam desa, berdasarkan jabatannya sebagai kepala desa, sudah banyak kali dia mencari masalah dengan keluarga Mendra.

"Huh! Dasar persetan, kenapa kamu terpikirkan tempat ini, kamu juga tidak takut ketahuan oleh orang lain, lain kali, kepala desamu ini tidak akan memintamu melakukan ini lagi."

Jessica menatap sinis dengan tersipu, wajah Markus yang kepanikan itu juga berteriak dengan malu-malu.

"Hehe... bukankah di alam liar ini menyenangkan, katakan sekali lagi, tidak boleh melakukannya maka tidak akan kulakukan, selama aku bisa menidurimu, itu sudah cukup, jangan buang-buang waktu lagi."

Jessica menatapnya dengan tersipu, dengan cekatan melepas semua pakaiannya, dua buah dada itu sangat besar dan sempurna, lalu bergetar, terlihat lembut seperti roti mantau yang baru keluar dari oven.

Mata Markus membelalak, tangannya segera terulur tanpa ragu, meraba dan memijatnya dengan kuat, kulit putih lembut itu meluap penuh di tangan Markus.

"Hehe... Jessica, katakanlah bagaimana kamu menumbuhkan ini, begitu lembut, tidak seperti milik istriku yang dirumah sana, tidak ada yang sama denganmu, cepat buatlah aku menikmatimu......"

Markus segera melepaskan celana dalam Jessica dengan cepat, tergesa-gesa melepaskan celananya sendiri, ingin segera memasukkan ke bagian dalamnya.

Muka Jessica merona merah, sepertinya dia sengaja, mengibaskan pantatnya, tidak membiarkan Markus menang atasnya, dia tersenyum manja, dia membuka mulutnya yang merah menawan itu. "Kamu tidak perlu terburu-buru, disini tidak ada orang, ah benar, Direktur Komite Wanita itu, bukankah posisi disana kosong, tidak masalah lagipula aku juga menganggur, pikirkanlah cara yang baik untuk membuatku naik ke posisi itu."

Jessica sengaja menggoyangkan pantatnya, kulit putihnya membelai tubuh Markus, ini membuat tubuhnya memanas, tidak bisa menahan lagi untuk meraihnya sekarang, dan menghempaskan dirinya kepadanya.

"Baiklah, baiklah, nanti aku akan memikirkan sebuah cara, cepat, jangan bicarakan hal yang tidak menyenangkan lagi, cepatlah bakar itu, aku hampir tercekik mati......" Markus segera menganggukkan kepalanya, langsung menegakkan dirinya.

"Ya..... Ah..... melihat kamu yang tergesa-gesa itu, sepertinya belum pernah memakannya...... Ah......"

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu