Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 4 Pertikaian!
Saat ini, Jessica yang sedang merasakan kenikmatan itu, tiba-tiba mendengar seperti suara seorang wanita, wajahnya gugup, dengan segera berteriak.
Markus yang sedang bekerja keras di belakangnya itu terkejut, tidak bisa bertahan lebih lama lagi, dengan cepat dia langsung melemas.
Ga! Ga Ga......
Untungnya reaksi Mendra cepat, dia segera menutupi mulut kecil Ayu, lalu meneriakkan suara burung gagak.
"Astaga, ternyata suara burung gagak, Jessica kau mengagetkanku saja."
Markus si kepala desa itu mengeleuh kepada Jessica, karena dia sangat terkejut barusan, saking terkejutnya dia langsung berhenti dan menyerah, tidak yakin apa akan ada akibatnya nanti.
"Tidak, aku barusan jelas-jelas mendengar suara seorang wanita..."
"Aku lihat kamu tadi terlalu menikmatinya, yang terdengar adalah suaramu sendiri, haha......" Markus terkekeh, menatap tubuh menawan Jessica yang telanjang bulat di luar, berkata dengan bingung.
"Bah, omong kosong apa ini." Wajah Jessica merona merah, katanya dengan jengkel, tapi dalam hatinya dia diam-diam berpikir, dia barusan dengan jelas mendengar teriakan orang, tidak mungkin dia sendiri salah mendengarnya, benarkah suara burung gagak?
"Cepat kita pergi, kalau menunggu nanti, akan benar-benar ketahuan oleh orang lain, nanti kepala desaku tidak akan bisa bertahan lama lagi." Markus terkekeh, tangan besarnya seperti sedang melakukan kejahatan dengan meremas dada Jessica dengan sengit.
"Menyebalkan...... Cepat pergi dari sini."
Jessica dengan segera memukul tangan Markus yang berbuat senonoh itu, menatapnya sinis, dua orang itu segera memakai baju, melihat-lihat lingkungan desa sekitar, kemudian kembali pulang.
"Aku sangat terkejut, hampir saja ketahuan...." Mendra segera melonggarkan tangan yang menutupi mulut Ayu itu, tidak memerhatikan sedikitpun ekspresi wajah Ayu.
"Aduh.... Sakit sekali, kakak ipar, kenapa kamu mencubitku!" Tiba-tiba Mendra merasakan kengiluan pada pinggangnya, dia mengangkat kepalanya, baru terlihat wajah Ayu yang merona merah itu menatapnya, wajahnya sangat tersipu malu.
"Apa bau di tanganmu itu, kenapa saat dicium baunya sangat aneh, barang apa yang kamu sentuh!" Wajah Ayu merah padam, menatap Mendra malu-malu.
"Tidak ada, barusan aku membantumu untuk menggaruk bagianmu yang gatal......" Mendra pun juga tidak tahu bau apa di tangannya, dia menatap kakak iparnya dengan ekspresi wajah bersalah.
Wajahnya memerah dan dalam sekejap Ayu mendapatkan intuisi, dia menatap Mendra dengan sengit, katanya dengan lembut: "Bocah, cepat berdiri, kita harus pulang ke rumah."
"Oh......"
Mendra merespon singkat, dengan segera dia mengikuti Ayu. Di perjalanan menuju rumah yang berada di lembah gunung, dia mengangkat tangannya dan membauinya, eh? Kenapa baunya sedikit amis......
............
Sesampainya di rumah, langit mulai gelap, Ayu berjalan menuju dapur, dengan sepenuh hati mulai bekerja, Mendra berada di luar memotong kayu bakar, sejak dari ayah dan ibu Mendra meninggal, dia hidup bersama dengan kakak ipar dan kakak tertuanya.
Ketika sedang memotong kayu bakar, Mendra sedang memikirkan kembali peristiwa di gunung hari ini dalam hatinya, bagian kecilnya itu tiba-tiba bisa berfungsi, haruskah memberitahukan kejadian ini pada kakak ipar?
Tapi hanya kalau memberitahukannya pada kakak ipar, tubuhnya harus bersentuhan dengannya, barulah disana terangsang, apakah kakak ipar akan percaya?
Lupakan saja, jangan memberitahukan masalah ini padanya terlebih dulu, tunggu sampai ada kesempatan baik suatu saat nanti, barulah membicarakannya.
Sebenarnya, Mendra juga memiliki sedikit keegoisan, kalau dia membicarakan kejadian ini pada Ayu, nantinya saat kakak ipar mandi mungkin akan menjauhinya sedikit, tubuhnya yang putih bersinar itu, dia masih ingin puas melihatnya.
"Mendra, cepat cuci tanganmu, sebentar lagi kita akan makan."
"Oh, aku datang..." Mendra merespon singkat, dengan cepat masuk ke dalam dapur.
"Sini, Mendra, cicipi salad mentimun dingin yang kakak ipar buat." Ayu mencapit sepotong mentimun, meletakkannya ke dalam mangkuk Mendra.
Mendra tersenyum bodoh, mengambil mentimun itu dengan sumpit dan mencicipinya, "Kakak ipar, masakanmu makin enak, nanti aku akan menikahi seorang wanita yang sama sepertimu, bisa setiap hari memasakkan makanan enak untukku."
"Hehe...." Ayu menggulung bibir merahnya, menatap Mendra dengan prihatin, menghela napasnya tanpa berkata-kata.
"Oh ya, Mendra, hari ini kita melihat peristiwa Markus dengan Jessica, kamu pastikan untuk tidak membocorkannya keluar." Ekspresi wajahnya serius, kata Ayu mengingatkan.
"Mengapa, kakak ipar, bajingan itu, dia merampas beberapa hektar tanah keluarga kita, kita harus menangkapnya, nanti kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk menyuruhnya mengembalikan tanah kita."
Mendra sedikit tidak mengerti, kesempatan yang bagus seperti ini, mengapa kakak ipar melarangnya untuk membocorkannya.
"Ah, Mendra kamu masih bocah, kamu tidak mengerti, Markus adalah kepala desa, punya hak dan kekuasaan, kalau kita benar-benar memaksanya melakukan ini, nanti orang-orang desa kita tidak akan bisa hidup nyaman." Kata Ayu menghela napasnya dengan enggan.
Melihat Ayu yang sangat tidak berdaya itu, Mendra menganggukkan kepalanya dengan penuh kebencian, menunjukkan bahwa dirinya paham, tapi hatinya diam-diam penuh dengan kebencian, suatu hari nanti, aku ingin menghancurkan hidup bajingan ini.
"Kakak ipar, aku sudah kenyang, nanti kita berjalan santai di sekitar desa, menenangkan diri."
"Pergilah, Mendra, aku akan membereskan dapur, langsung mandi dan bersiap tidur." Ayu melambaikan tangannya ringan, berkata dengan lembut.
"Baiklah." Respon Mendra singkat, dia membalikkan badannya dan berjalan keluar dari pintu, tapi dia tidak tahu bahwa Ayu diam-diam mengambil sebuah mentimun dan memasukkannya kedalam kantongnya.
............
Saat keluar dari pintu, angin sejuk berhembus ke tubuh Mendra, rasa segar itu sangat menyenangkan.
Orang-orang di desa, semua suka berkumpul dan mengobrol, tidak terkecuali Mendra, dia segera berlari kearah pohon pagoda jepang besar yang berada di tengah desa.
Saat ini, sekumpulan orang itu sedang bersama Jessica, dan juga beberapa wanita dengan Markus yang tampak asik mengobrol, tiba-tiba dia menemukan bayangan tubuh Mendra, terkekeh dan berkata dengan nada bingung: "Lihatlah, bukankah ini adalah pria paling 'kasihan' di desa kita, si Mendra? Kenapa tidak menemani kakak ipar menawanmu itu di rumah, haha..."
Kalau bukan seperti biasanya, Mendra juga tidak akan memedulikannya, tapi hari ini miliknya itu sudah berfungsi, kepercayaan diri seorang pria membuat kebencian di hati Mendra smeuanya meledak keluar.
"Haha, bukankah kata kakak ipar Jessica, di desa ini ada anjing liar, selalu menggigit orang, aku segera datang untuk melihatnya, tidak mengira ternyata memang menggigit orang, kamu yang mengatakannya kan, Jessica?" Dia tersenyum mengejek, mendra menatap Jessica diantara kerumunan orang itu, katanya dengan nada bingung.
"Eh? Kapan aku pernah membicarakan itu denganmu? ...." Jessica terkejut, menatap Mendra dengan sedikit kesal.
Mendengar perkataan Mendra, Markus yang belum mendengar arti sepenuhnya itu, beranjak marah, "Hei bocah, siapa yang kamu marahi!"
"Siapa yang meresponnya, itulah yang aku marahi." Mendra tersneyum mengejek, katanya sambil tertawa ringan.
"Haha..." Jessica yang di samping itu, menatap Markus dengan tidak nyaman, juga tidak bisa menahan tawanya.
Markus menolehkan kepalanya, menatap Jessica dengan sedikit dendam, berkata dengan tajam: "Hey kamu bedebah, apa yang kamu tertawakan, tidak mengira, ternyata kamu bergaul dengan pria yang separuh sok tangguh ini."
Novel Terkait
My Cold Wedding
MevitaSuami Misterius
LauraDon't say goodbye
Dessy PutriIstri Pengkhianat
SubardiCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)