Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?

Tuhanku, tidak disangka Angeline yang tampak polos itu ternyata sangat berani. Ini adalah kamarku, apakah dia tidak tahu terlihat oleh orang lain.

“Novi, jika tidak ada hal lain, maka kami akan pergi.”

“Hmm.. tidak ada. Aku tidak merasa terganggu oleh kalian. Kamu boleh tinggal lebih lama, Mendra...”, kata Novi dengan suara pelan.

“Tidak, Novi. Kamu telah ketakutan, lebih baik istirahat dulu. Aku tidak ganggu...”, ucap Mendra yang menolak sambil tersenyum.

Uang telah ditangan, Mendra juga tidak enak terus berada di kamar gadis.

Setelah berpamitan dengan Novi, Mendra pun mengangkut keranjang yang tersisa seekor ayam hutan, dan satu tangan lagi menggandeng tangan kecil Angeline. Mereka dengan cepat keluar dari restoran Haiwang.

....

“Haha, Kak Mendra, biaya sekolahku akhirnya tercukupi...”

Setelah keluar dari pintu restoran, Angeline tidak dapat menahan kesenangan di dalam hatinya dan mengeluarkan semuanya.

Melihat wajah Angeline yang terlepas dari beban, hati Mendra seketika pilu melihatnya. Sejak ayahnya cacat, kehidupan gadis ini memang sangat menderita.

Tangannya yang besar memegang erat tangan Angeline yang kecil, kemudian mencubit pelan diwajahnya, “Gadis bodoh, hanya dengan uang segitu saja dapat melihatmu senang seperti ini. Aku beritahu padamu, ini hanyalah sedikit uang. Tunggu Kak Mendra menghasilkan uang, dijamin kamu akan makan dan minum yang enak.”

“Pergilah sana kamu, Kak Mendra. Aku tidak akan nikah dengan,mu..”, kata Angeline dengan suara manja.

“Hehe, kamu saja sudah mengigit bagianku, bagaimana bisa sekarang kamu tidak mengakuinya?”, kata Mendra dengan jahil.

Wajah Angeline memerah dan mencb=ubit dengan keras pinggang Mendra. Masih tertinggal bau yang amis dimulutnya, membuatnya terpikir lagi dengan adegan tadi. Tubuhnya seketika malu.

“Kak Mendra, lihat aku yang akan memukulmu....”

Kedua orang ini bermain sepanjang perjalanan, kemudian melangkah cepat menuju desa.

......

Langit telah gelap, Mendra dan Angeline baru saja di pintu masuk desa.

Setelah diantar pulang secara langsung oleh Mendra, Angeline sedikit tidak tega dipisahkan dengannya. Sambil menatap Mendra dan dengan manja berkata, “Kak Mendra, aku, aku pulang ya...”

“Ya, cepatlah balik, bocah. Ibumu pasti telah menunggumu.”, kata Mendra dengan pelan, kemudian melambaikan tangan kepadanya.

“Ya..”

Angeline berjalan cepat ke arah Mendra. Muachhh.. Dia mencium pelan di bibir Mendra.

Sentuhan halus dan lembut ini, tercetak ke mulut Mendra.

“Kak Mendra. Kalau begitu, aku... Aku pergi ya...”

Setelah selesai berkata, Angeline dengan cepat terbang masuk ke dalam rumah.

Merasakan kembali wangi Angeline yang khas itu di bibirnya membuat Mendra tidak berhenti menggerakkan mulutnya. Dia pun berjalan cepat menuju rumahnya.

......

Setelah mendorong pintu masuk dengan pelan, Mendra pun masuk ke dalam.

Saat ini, lampu dapur masih nyala. Ayu masih sibuk bercucuran keringat di dalam.

Mendra berdiri di pintu dan mengintip melalui celah kecil pintu.

Tidak tahu apakah Ayu baru bangun atau untuk dingin. Dia hanya memakai sebuah dress baju tidur berbahan tile, tampaknya dia tidak memakai apa-apa di dalamnya. Baju itu menempel di tubuhnya karena keringat.

Jika dilihat lebih detail, dua benjolan di depan dada ini sedikit montok dan membuat orang tidak tahan menelan air ludah.

Mendra meletakkan ayam hutan di lantai, kemudian mendorong pintu dapur dan masuk ke dalam.

Dia langsung memeluk pinggang kakak iparnya yang langsing itu. Bokongnya yang bulat dan montok menempel dekat di atas perut Mendra. Hanya terpisahkan oleh selapis kain tile, membuat Mendra bereaksi.

“Hehe... Gadis kecil, sendirian saja nih di rumah. Maukah ditemani oleh tuanmu ini!”

“Ah!” Ayu seketika berteriak karena Mendra.

Dia pun memutarkan badan dan melihat Mendra yang memasang wajah nakalnya. Dia pun mempelototinya dan dengan kesal berkata, “Dasar bocah brengsek! Apakah kamu ingin membuatku mati terkejut? Aku mengira siapa...”

Putaran ini, Ayu tidak apa-apa. Tetapi malah membuat Mendra bersemangat. Gesekan yang istimewa ini membuat sesuatu yang tegak dan hangat menekan di bagian bawah perut kecilnya.

“Ergh.. Apa ini yang menekanku...”

Ayu merasa tersipu dan merasakan ada sesuatu yang menahan dibawah perut kecilnya itu. Sesuatu yang tegak dan tegang itu sedang menekan dirinya. Percikan kehangatan yang tidak bisa diucapkan ini, membuat hatinya bergelora.

Mendengar perkataan kakak ipar, raut wajah Mendra sedikit tersipu. Tubuh kakak iparnya benar-benar sangat seksi, seketika dia tidak bisa mengontrol dirinya. Barang itu pun tegak sendiri.

“Keke.. mungkin kancing celanaku...”, jelas Mendra dengan sedikit berbohong.

Ayu memutarkan matanya ke atas. Dia seseorang yang berpengalaman, mana mungkin tidak tahu itu apa. Wajahnya memerah, kemudian dengan manja berkata, “Nah, apakah kamu tidak bisa melepaskanku? Ingin memelukku sampai mati ya...”

“Oh.. oh..”

Mendra melepaskan pegangannya di pinggang Ayu. Dia tidak tahan untuk melirik sekali, kedua titik puncak gunung itu. Dia pun menelan ludah sekali lagi.

“Oh, ya. Kakak ipar, aku membawakanmu ayam hutan, malam ini akan membuat sup untukmu..”

Dia pun menyimpan pandangannya tadi, kemudian berlari ke depan pintu dapur. Dia pun mengangkat ayam hutan yang kepalanya telah dipotong dan membawanya masuk ke dalam.

Ayu yang melihat wajah yang penuh keperdulian Mendra, kemudian berkata, “Terima kasih, Mendra. Tidak disangka kamu masih ingat padaku, aku benar tidak tahu harus berkata apa....”

“Kakak ipar, untuk apa kamu mengatakan ini. Aku kan sudah pernah bilang, nantinya biarkan aku yang menjagamu. Akan kupastiakn kamu memiliki kehidupan yang baik!” Wajah Mendra begitu serius menatap Ayu dan memegang tangannya yang mulus dan kecil itu.

Wajah memerah, namun begitu melihat wajah semangat dari Mendra, dia pun menghela napas dan menarik tangannya.

“Mendra, maaf. Aku... aku sementara tidak memikirkan hal itu. Aku, kakak ipamu ini baru bercerai dengan kakak laki-lakimu. Jika menikah denganmu, entah apa yang akan dikatakan penduduk desa ini tentangkita. Ma, maaf...”

“Mengapa, kakak ipar? Mengapa kamu sangat peduli dengan pandangan orang lain. Kita itu hidup untuk diri kita sendiri. Tidak perlu peduli dengan perkataan orang lain. Kita hanya harus melewati hari-hari dengan bahagia saja, bukan?”

Mendra menatap Ayu yang masih saja tidak ingin menerima cintanya. Dia semakin emosi dan tidak tahan berteriak keras.

Mata memerah, dengan sedikit terisak Ayu berkata, “Mendra, ma, maaf... Aku....”

“Aku tidak peduli. Hari ini aku harus memilikimu sepenuhnya, Ayu!”

Kepala Mendra memanas, seperti sudah gila. Sembari memeluk kepala Ayu, dia pun mencium dengan kasar ke bibirnya yang menggoda itu.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu