Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 22 Kalian bercerailah!
B*ngs*t!
Ini marahan dalam hati. Mendra yang melihat kakak laki-lakinya sendiri dan ketawa-ketiwi dengan wanita semacam itu, hatinya sedikit kesal!
Tidak heran hari itu Markus mengatakan kepada Iristy, dia melihat kakak pertamanya sedang menarik-narik dengan seorang wanita di salon di kota.
Awalnya ketika dia baru datang sendiri ke salon, masih belum melihat kakaknya dan mengira bahwa Markus sengaja sembarangan mengarang. Akan tetapi, Mendra tidak menyangka bahwa kakaknya ternyata berani melakukan hal yang menjijikkan itu. Dia merasa sangat bersalah kepada kakak iparnya!
Setelah berpikir, Mendra mengeluarkan uang 20 ribu dan meletakkannya di kantong Angeline.
“Bocah, kamu jangan sedih dulu. Ambillah uang ini membeli makanan yang enak. Ada suatu hal yang harus ku selesaikan. Nanti tunggu saja aku di pintu kota, ya?”
“Ya.. Pergilah...” Meskipun hati ini tidak begitu senang, tetapi Angeline terlihat sangat pengertian.
Setelah menepuk bahu Angeline dengan pelan, Mendra berjalan cepat ke dalam gang, kemudian berlari menuju sana.
........
“Desi, hari ini kita tidak pergi ke motel. Aku telah mencari tempat yang lebih asyik!”, kata Hendra dengan tangannya yang bergerak perlahan dan memegang tubuh Desi, kemudian tertawa.
“Hmm... benci deh...” Setelah mengeluarkan suara menggoda, Desi dengan wajah penasaran menatap Hendra dan dengan manja bertanya, “Dimana tempat yang asyik itu, kak Hendra?”
“Hehe, kamu akan tahu begitu sampai di sana....” Hendra tersenyum mesum, kemudian mencubit sekali di dadanya yang putih itu. Gunung yang sangat besar dan bulat itu membentuk gelombang.
“Benci...”
......
Mendra diam-diam mengikuti Hendra dari belakang, dan sampailah ke sebuah toilet umum.
Hatinya sedikit ragu, mengapa kakaknya membawa wanita ini ke sini? Jangan-jangan mereka berdua ingin berperang besar-besaran di toilet umum ini!
Tetapi yang tidak disangka, selanjutnya yang terjadi benar-benar seperti yang dibayangkan Mendra.......
Hendra menatap Desi yang berada di sampingnya dengan pandangan mesum. Tangannya yang besar itu memegangi bokong wanita itu, kemudian mencubitnya dengan kasar dan alhasil dad*nya memerah. Dengan nada bicara yang aneh berkata, “Desi, kita ke sini saja ya. Hehe.......”
“Hah? Untuk apa ke sana? Di situ bau pesing, aku tidak ingin pergi ke sana!”, kata Desi dengan suara manjanya, sembari mengipas-ngipas hidungnya.
“Hehe... Kamu tidak mengerti ini. Di tempat itu lebih merangsang!”
Setelah tertawa, Hendra mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan memberinya di tangan desi, “Nah! Hari ini jika kamu mau menemaniku untuk bermain di sana, semua uang ini akan menjadi milikmu!”
Matanya berbinar, Desi langsung menyambar uang yang dari Hendra.
Sendirinya sekali bisa mendapatkan 200 ribu, dan masih harus menyicil. Kali ini langsung dapat beberatus ribu, ini membuatnya sedikit tergiur. Mau dimanapun itu tetap bermain, dan dia benar-benar tidak pernah melakukannya di tempat seperti ini.
Dia dengan cepat memasukkan uang ke dalam BH nya, kemudian menekan lengan Hendra dan dengan manja berkata, “Kamu benar-benar jahat, Kak Hendra. Melihat hubungan kita selama ini, hari ini aku akan menyetujuimu.....”
Setelah tertawa mesum, Hendra merangkul pinggul Desi masuk ke dalam toilet umum.
Mendra yang bersembunyi di samping dan melihat aksi kakaknya yang begitu hebat, hatinya sangat membencinya. Dirinya dan kakak ipar berhemat, tidak disangka dia menghabiskan uang banyak demi hal demikian!
Setelah mendesah tak berdaya, Mendra pun ikut masuk ke dalam.
Toilet umum ini bisa dikatakan fasilitas umum yang paling bagus di kota ini. Dulunya ada seorang pemimpin yang datang berkunjung, kebetulan melihat seorang pria yang mabuk. Pria mabuk ini berdiri di tengah jalan raya dan mengeluarkan ‘barang’nya untuk buang air kecil.
Pemimpin itu sangat emosi pada saat itu dan memaki keras Walikota. Lalu, dibangunlah toilet umum ini dan bahkan ada toilet single room di dalamnya!
Mendra masuk ke dalam toilet pria. Tiba-tiba terdengar suara wanita yang mendesah.
“Ahh... cepat... Kak Hendra, kamu sangat hebat... Ahh...”
Mendengar suara yang menusuk sampai ke tulang rusuk, Mendra pun segera menutup telinganya dan berjalan ke depan pintu toilet.
“Kamu si penggoda kecil ini, teriak begitu keras, apakah tidak takut didengar orang lain!”
“Huhu.. Aku tidak takut, aku akan semakin terangsang jika ada yang melihat...”
Tubuh Desi telanjang dan duduk di atas tubuh Hendra. Kedua gunung di depan ini berguncang naik turun dengan kencang, terlihat seperti dua bola air, sangat menggiurkan.
“Hari ini, akan menyuapimu sampai kenyang, penggoda kecil!” Dia dengan keras memeras dad* Desi. Hendra duduk di atas toilet dan menggoyangkan pinggulnya dengan kencang.
“Ahhh! Kak Hendra... Kamu sangat hebat...”
Saat ini, Mendra yang berdiri di luar toilet, meskipun hati ini emosi dengan kakaknya sendiri, namun dia tidak bisa mengelak reaksi normal dari seorang pria.
B*ngk*, teriakan wanita ini memang sangat menggoda. Tidak tahu bagaimana itu terlatih begini. Tidak heran kalau kakaknya suka bermain dengan wanita seperti ini, ternyata begini.
“Ahhhh! Inilah suara panjang yang telah ditahan daritadi. Hendra mendekat ke ujung gunung Desi yang memerah, dengan napas ngos-ngosan berkata, ”Kau si penggoda, puas tidak!”
Wajah Desi yang merona, menatapi Hendra dengan pandangan tidak senang. Dia baru saja menikmati rangsangan ini, si Hendra ini malah menghentikannya dan membuatnya sangat kesulitan.
Tetapi karena Hendra sudah membayar uang, dirinya juga tidak bisa berkata apa-apa. Kemudian dia memasang wajah penuh kepuasan dan berkata, “Ini sangat puas bagiku. Kak Hendra, kamu benar-benar sangat kuat!”
“Hehe... Kalau begitu, lain kali kita lanjutin lagi. Kamu cepatlah pakai bajumu, nanti jika ada yang lihat......”
Hendra tertawa puas dan berpikir ini adalah toilet umum, sehingga dengan cepat memakai baju dan bersiap untuk pergi.
Mendra langsung memasang raut wajah serius dan berdiri di depan pintu toilet. Dia ingin membicarakan hal mengenai kakak iparnya dengan jelas bersama kakaknya!
Ngikk.. Hendra merangkul pinggul Desi dan keluar dari toilet itu dengan wajah yang berseri.
“Mendra! Kamu, bagaimana kamu bisa di sini!”, kata Hendra yang panik karena melihat adiknya berada di sini.
Mendra tertawa dingin melihat kakaknya yang panik, dengan emosi berkata, “Kakak, kamu bertanya apa yang aku lakuan di sini. Aku malah ingin bertanya kepadamu, bukankah kamu sedang kerja di luar, apa yang kamu lakukan dengan wanita seperti ini di sini!”
Melihat Mendra yang sangat emosi itu, Hendra merasa sedikit bersalah. Dia kemudian merangkul bahunya sambil berkata, “Oh, bukankah ini lapangan sedang libur beberapa hari, baru mau pulang. Ayo, kita kakak adik berdua membicarakannya di luar. Di sini bukanlah tempat yangcocok untuk berbicara!”
Hendra diam-diam memberi kode pandangan ke Desi, dengan ramah merangkul bahu Mendra menuju jalan keluar toilet. Desi yang melihat keadaan ini, dengan sigap kabur dari sini.
.......
“Kak, kamu bercerailah dengan kakak ipar!”, kata Mendra dengan memasang wajah seriusnya.
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaHalf a Heart
Romansa UniverseLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieCinta Yang Tak Biasa
WennieCinta Dan Rahasia
JesslynAdore You
ElinaKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)