Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 27 Rasa Nikmat
Terlihat tubuh mulus Ayu yang terbuka, wajahnya memerah, dan dahinya dibasahi dengan keringat, seolah-olah dia baru saja mengeluarkan tenaga besar.
Timun di samping meja tempat tidur tampak ternodai air. Setelah dilihat lebih teliti, terlihat juga bulu hitam keriting disekitarnya.
Mungkinkah kakak iparku....
Nafasnya menjadi semakin cepat, Mendra memandang lekuk tubuh Ayu yang menawan, membuat darahnya langsung turun ke “barangnya” yang berada di perut bagian bawah.
Ia semakin menggebu-gebu, Mendra tidak tahan, ia perlahan memasukkan kepalanya.
Terdengar suara, pintu yang tidak terkunci itu tiba-tiba terbuka oleh kepala Mendra ...
"Siapa ..." ia terkejut, Ayu dengan cepat membuka matanya, melihat Mendra yang sedang menjulurkan kepalanya, pandangannya lurus, dia dengan cepat mengambil selimut dan menutupinya.
"Dasar Bocah, kenapa kamu tidak mengetuk pintu dulu sebelum kamu masuk ..." wajah nya memerah melihat Mendra, dan Ayu seperti sedang mencari tempat untuk bersembunyi.
Pagi ini, ia tiba-tiba merasa gatal dan ingin melakukan itu, jadi ia pun berpikir ingin menggunakan mentimun untuk memuaskan nafsunya. Tidak disangka, saat istirahat ia terciduk oleh Mendra.
"Ahem ... aku tidak melihat apa-apa ... Kakak ipar ..."
Dengan batuk canggungnya itu, Mendra dengan cepat menutup matanya dan meminta maaf, tetapi dia masih mengintip melalui sela-sela jari-jarinya, dan masih terlihat beberapa mentimun yang berkilau.
“Hufttt!” ia mendengus dingin, Ayu menutupi dirinya selimut dan berkata dengan marah, “Kamu telah kembali dari kota, apakah kamu bertemu dengan kakakmu?”
"Uh ... aku bertemu dengannya ..."
Dia menarik nafas dalam-dalam, Mendra benar-benar tidak tahu bagaimana cara memberitahu kakak iparnya soal apa yang tadi abangnya katakan di kota kepadanya.
Melihat Mendra ragu-ragu untuk berbicara, Ayu menjadi bingung, dan ia pun bertanya: "Ada apa Mendra, apakah abangmu memukulmu, bajingan itu, aku sudah tau ..."
"Tidak, kakak ipar, abang tidak memukulku, dia hanya menjelasan kepada ku tentang masalah kalian berdua ..." Mendra melihat Ayu yang membela dirinya, dan dengan cepat menjelaskan.
Ia tertegun, Ayu yang melihat ekspresi Mendra seperti sedang cemans, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang: "Ada apa? Lihat kerutanmu, kau terlihat seperti pria tua!"
"Oh ... Kakak ipar, kamu lihat saja sendiri ..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan surat cerai yang diberikan Hendra padanya, Mendra pun menyerahkannya kepada Ayu ...
"Bajingan, Hendra, kau brengsek, aku membencimu! ..."
Wajahnya semakin merah, melihat surat perceraian yang diserahkan oleh Mendra, tangan Ayu bergetar tak terkendali, matanya merah, dan tetesan air mata jatuh.
Melihat Ayu yang tidak bisa menerima, membuat hati Mendra tidak enak, dia segera melangkah maju untuk menenangkannya: "Kakak ipar, jangan begitu, masih ada aku ..."
"Huaa ... Mendra ..."
Ayu terisak-isak, dan langsung jatuh ke pelukan Mendra.
Ayu, yang baru saja menyelesaikan itu, belum memakai pakaian apa pun. Tubuh mulusnya mencengkram kuat lengan Mendra, dan kesenangan yang tak terlukiskan membuatnya bereaksi.
"Mendra, kehidupan kakak ipaarmu sangat pahit ..."
Ayu menatap Mendra sambil menangis, dan kedua gunung mulus yang lembut di dadanya menempel di dadanya dengan kuat, merasakan cengkraman tangan Mendra yang kuat dan berapi-api, wajahnya memerah, dan sedikit rasa malu muncul dalam hatinya.
“Kakak ipar, jangan menangis, jika abangku tidak menginginkanmu, maka aku yang akan menikahimu!” pandangannya lurus, Mendra memandangi Ayu dengan serius, dan bicara dengan nada tegas.
"Mendra... tidak, tidak boleh ... aku kakak iparmu ..."
Wajah nya memerah, Ayu menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Kenapa tidak boleh, kakak ipar, bukankah kamu sudah bercerai dengan abangku? Kenapa masih tidak boleh, kakak ipar, apa kamu berpikir kamu tidak akan bahagia jika bersamaku?"
Mendra tercengang, jelas ia sangat bingung, abangnya sudah menceraikan kakak iparnya, mengapa dia tetap tidak menerima cintanya!
"Mendra..., jangan begitu, aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja aku baru bercerai dengan abangmu, dan tiba-tiba langsung bersamamu, itu akan membuat orang-orang membicarakan kita dari belakang ..."
Wajahnya merah, Ayu sebenarnya memiliki beberapa kekhawatiran lain. Toh, “barang” Mendra masih tidak bisa digunakan, jadi bagaimana dia bisa menjalani kehidupan pernikahan di masa depan.
"Kakak ipar, apa menurutmu aku bukan laki-laki dan tidak bisa menjagamu ..."
"Mendra, jangan berkata seperti itu, aku akan menemukan cara untuk menyembuhkan penyakitmu di masa depan ..." Ayu tidak menyangka Mendra mengatakan hal seperti itu.
"Kakak ipar, “barang” ku sudah bisa digunakan, aku jamin, kamu pasti akan bahagia bersamaku ...!"
Wajah Mendra datar, dan dia tampak sangat cemas, seolah-olah dia berusaha membuktikan bahwa barang miliknya benar-benar bisa digunakan, dia segera berdiri, dan hendak membuka celananya.
"Mendra, kamu, jangan lakukan itu ..."
Wajahnya memerah, Ayu dengan cepat menutup matanya, Mendengar “barang” Mendra yang sudah bisa dipakai lagi, hatinya sedikit berdebar ...
Dengan cepat ia membuka celananya, “barang” milik Mendra di dalam celana sudah membesar daritadi. Dia menatap Ayu dengan serius dan berkata: "Kakak ipar, buka buka matamu dan lihat sendiri. Sekarang aku adalah seorang pria, seorang pria yang perkasa! "
Ayu di samping membuka matanya diam-diam dan melihat ke arah “barang” besar milik Mendra. Hatinya sangat terkejut. Kapan penyakit anak ini disembuhkan, aku bahkan tidak tahu bagaimana harus melihat ukurannya, jika bermain dengan itu, ia pasti akan serasa pergi ke surga ...
Dia memandang Mendra dengan malu-malu. Hati Ayu yang kesepian dan tak tertahankan sudah gelisah, wajahnya memerah, dan dia berbisik, "Mendra, sejak kapan barangmu sembuh? Mengapa kamu tidak memberi tahu kakak?..."
"Hehe ..." Dia tersenyum dan menatap wajah Ayu yang memerah, Mendra cukup bangga.
"Kakak ipar, aku baik-baik saja, jadi bisakah kamu menikah denganku ..."
Dengan wajah memerah, Ayu mengangguk, tetapi kemudian menggelengkan kepalanya lagi, ia berpikir, dan berkata: "Mendra, kamu, bisakah kamu bertanya lagi setelah beberapa hari, otak kakak sedang pusing sekarang, aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjawabmu... "
Melihat ekspresi malu Ayu, Mendra juga tahu bahwa dia tidak bisa memaksanya dengan keras, jadi dia menghela nafas dalam hatinya dan berkata, "Oke ..."
Melihat kasihan Mendra, Ayu tidak bisa menahan tawa.
"Oh ... Lihat dirimu, muka mu seperti terong layu, …. Baiklah, melihatmu begitu tulus padaku, kakak ingin memberimu sedikit hadiah, tutup matamu!"
"Hadiah apa?"
Mendra dengan cepat menutup matanya.
Novel Terkait
Cinta Yang Terlarang
MinnieThat Night
Star AngelAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaEverything i know about love
Shinta CharityLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyThe Sixth Sense
AlexanderLove and Trouble
Mimi XuKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)