Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 1 Kejutan!

"Mendra, kakak ipar mau mandi, mengintailah dengan baik."

Ini adalah Desa YanYang, sebuah desa pegunungan yang tenang, ramah dan damai, di bawah lembah saat matahari terbenam, dalam Danau Bidadari bergema suara lembut dan manis dari seorang gadis desa yang menawan, Ayu.

"Kakak ipar, mandilah dengan tenang, aku mengawasimu disini." Teriak Mendra.

Setiap hari setelah membiarkan domba merumput, Ayu selalu pergi ke Danau Bidadari untuk mandi, dan setiap kali mandi dia selalu membawa adik iparnya Mendra untuk menyuruhnya mengintai.

"Mendra, ambilkan handuk itu, aku ingin mengelap wajah......"

Hatinya berdebar-debar, Mendra menepiskan ranting pohon yang tidak terjerat, dengan segera melihat ke arah danau, tubuh Ayu yang sangat putih dan hatinya tidak berhenti berdebar kencang.

Ayu adalah kakak ipar perempuan dari Mendra, juga adalah seorang yang diam-diam dia cintai saat malam hari, di matanya, Ayu sama seperti artis wanita yang ada di televisi, sangat menawan dan menarik perhatian orang.

Tubuh yang putih bersinar itu, bagian yang menonjol, bagian yang meliuk, lekukan tubuh yang menjadi perhatian orang tersebut, Mendra berangan-angan ingin memeluknya di atas tempat tidrunya sendiri.

Ayu yang sedang mandi, juga memerhatikan Mendra yang mencuri-curi pandang, wajahnya merona merah, tapi dia tidak mengatakan apapun.

Tahun lalu, Mendra naik gunung untuk memotong kayu bakar, tidak tahu binatang buas apa yang menggigitnya, meskipun tubuhnya bukanlah hal yang serius, tapi setelah dia kembali, alat kelaminnya tidak berfungsi lagi, tidak peduli pada saat apapun, selalu terkulai lemah.

Seiring berjalannya waktu, Mendra menjadi cibiran orang-orang Desa YanYang, lelaki yang tidak berguna.

Karena hal ini juga, ketika Ayu mandi, dia tennag saat meminta Mendra membantu mengintai.

"Anak bodoh, jangan lihat lagi, setiap hari kamu melihatnya, apakah belum cukup, cepatlah mengawasi sekitar, jangan biarkan orang lain mencuri-curi pandang."

Saat ini Ayu berenang ke tepian, dengan segera melilitkan gaun motif bunga ke tubuhnya, dua tonjolan di dadanya itu, memantulkan cahaya matahari terbenam, lebih indah daripada bunga di gunung.

Tapi, Ayu tidak memerhatikan, bahwa mata Mendra memandang dengan lebih serius lagi.

Ini membuatnya menjadi lebih senang dan geli, katanya kamu bukanlah pria sejati, kenapa masih sangat tertarik dengan tubuh wanita, tidak perlu menanahan pikiran gugupmu itu.

"Kakak ipar, kamu sangat cantik. Tunggu sampai penyakitku sembuh, aku juga ingin menikahi wanita muda sepertimu." Mendra mengusap-usap matanya yang pegal itu, mengatakannya sambil menyengir.

Ayu menyeringai, tersenyum manja, sengaja menggoda adik ipar yang tidak berguna itu, berteriak merayu: "Mendra, katakanlah, apa yang bagus dari kakak ipar?"

Mendra mengusap kepalanya, berkata ringan: "Tidak hanya karena kakak ipar tumbuh dengan cantik, tapi juga postur tubuh yang bagus, aku dengar dari para gadis desa, pantat yang besar bisa melahirkan anak dengan mudah."

"Baiklah, tunggu sampai punyamu berfungsi kembali, kakak ipar akan merawatmu sendiri, menjamin tidak ada yang lebih besar dari milik kakak ipar, dan bisa melahirkan anak juga!"

Ayu menyunggingkan bibir merahnya itu, mengeluarkan tawa puas yang menggembirakan. Tapi hatinya turut prihatin dengan keadaan Mendra, khawatir bahwa selama hidupnya tidak akan bisa menikah, anak perempuan keluarga manapun juga tidak bersedia menikahi pria yang tidak bisa melakukan seks macam ini.

Ekspresi wajah Mendra menjadi gembira, dengan segera menganggukkan kepala, "Terimakasih kak, hehe, aku sangat mengagumi kakak laki-lakiku, bisa menikahi seorang wanita cantik seperti kakak ipar ini."

"Benarkah? Tapi keluarga kakakmu tidak berpikir seperti itu......" Ekspresi wajah Ayu tiba-tiba berubah seperti menyembunyikan sebuah kepahitan.

Kakak laki-laki tertua Mendra sepanjang tahun bekerja di luar kota, meskipun dirinya sudah menikah beberapa tahun lamanya, tapi selain hari di saat musim panen dan imlek, hampir tidak pernah bertemu, dia juga mendengar kabar dari orang-orang desa yang bekerja dengannya, sepertinya dia bersama wanita lain di luar sana......

"Bagaimana bisa, kakak ipar, kamu tumbuh dengan sangat cantik seperti ini, jika kakakku memang bercerai denganmu, kak, aku akan mengambilmu sebagai istriku, hehe......" Mendra tersenyum dan tertawa bodoh.

Sehubungan dengan kakak tertuanya yang bekerja di luar kota sepanjang tahun itu, Mendra sejak awal sudah mendengar-dengar kabar, jikalau saja dia berguna, Mendra sejak awal sudah ingin membawa kakak iparnya itu ke ranjangnya.

"Pergi sana, bocah bau, bahkan kakak iparmu ini juga berani menggoda, lihat saja jika aku tidak memukulmu......" Wajah Ayu merona, menatap sinis Mendra dengan malu dan marah, mengambil handuk yang dipakainya mengelap tadi dan melemparkannya ke Mendra.

Mendra tertawa konyol, dia juga tidak menghindar, malahan dia membawa terus handuk wangi Ayu itu, diletakkannya di tubuhnya.

"Huh! Bocah bau, apa yang kamu ketawakan!" Melihat wajah Mendra yang cekikikan itu, wajah Ayu merona merah dan dia berteriak manja.

"Kakak ipar, ekspresi marahmu itu sangat cantik, lebih menawan daripada artis-artis wanita di televisi." Melihat wajah Ayu memerah itu, Mendra menatapnya dengan pandangan kosong.

Mendengar pujian dari Mendra, Ayu yang wajahnya merona merah itu menatapnya sinis, dan berteriak: "Huh, bocah dungi, mulutmu memang manis sekali, masih saja tidak segera membantuku mengelap punggungku, lenganku tidak sampai......"

Hatinya kembali berdebar, Mendra segera mengambil handuk, berjalan menghampiri Ayu, biasanya Mendra juga sering membantu Ayu untuk mengelap punggungnya dan lainnya, tapi dia juga sering menahannya, siapa suruh bagian tubuhnya yang kecil itu tidak berguna.

"Oh ya, Mendra, berikan sabun mandi yang dibawakan oleh kakakmu itu, berikanlah padaku, aku mendengar dari istri kepala desa katanya, saat wanita-wanita di kota besar mandi, mereka menggunakan itu."

"Baiklah, ini kan, kakak ipar." Mendra mengambil sebuat botol sabun mandi dari bawah pohon di tepian, menghampiri Ayu dengan celana kolor besarnya.

Tubuh yang putih bersih dan proporsional itu, melawan wajah cantik dari Ayu, seperti membuat orang tidak tahan untuk menggigitnya.

"Mendra, kamu bantu kakak ipar untuk mengelap punggung dulu."

Ayu menerima sabun yang dipegang oleh Mendra, membalikkan badannya, membelakanginya, mata Mendra memanas saat melihat pantat putih besar yang bulat sempurna dan meliuk itu.

Hatinya berdebar kencang, Mendra perlahan mengulurkan tangannya, meletakkan tangannya di punggung wangi yang putih dan halus milik Ayu, perlahan menggerakkan tangannya.

"Fiuh......" Wajah Ayu memerah, aroma wangi bunga anggrek yang sangat pekat, perlahan dia menutup matanya, menikmati layanan Mendra.

Nafasnya menjadi cepat, dia sangat bekerja keras, mengelap punggung belakang Ayu yang putih bersinar itu.

"Sudah, Mendra, tidak perlu dilap lagi, aku akan memakai sedikit sabunnya."

Dia perlahan membuka matanya, Ayu berjongkok, membungkukkan badannya mengambil sedikit sabun di tangannya, pantat sempurnanya itu, secara kebetulan menimpa perut Mendra.

Seketika itu, perasaan yang penuh dengan keterkejutan itu, dengan erat menempel pada bagian milik Mendra itu, perasaan seperti petir yang menyambar, menyebar ke seluruh tubuh Mendra.

Bagian tubuh milik pria yang awalnya terkulai lemas itu, tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh datang......

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu