Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!

Meong… meong…

Untungnya, Mendira memiliki pikiran yang cerdik. Dia dengan cepat mengeluarkan suara kulit kucing untuk mengelabuinya.

"Oh, ternyata kucing yang meong..."

Wajah Ayu memerah dan dia tidak bisa tahan untuk merasa lega. Dirinya adalah wanita normal, sedangkan kakak Mendra sudah lama tidak pulang. Perasaan bahwa dia harus hidup sendiri dari awal sudah membuatnya lapar dan haus. Makanya dia baru pergi ke dapur dan mengambil mentimun untuk memuaskan keinginan dan kesepiannya.

"Hah..." Ayu menghela napas panjang dan langusng berkata pada dirinya, "Andaikan barang Mendra dapat digunakan…”

Pada saat ini, Mendra yang berada di luar jendela mendengar perkataan kakak iparnya. Dia pun terbengong.

Kakak iparnya bisa mengatakan hal seperti itu, bukankah itu berarti dia menyukaiku? Perasaan Mendra menjadi tidak stabil. Dia ingin sekali bergegas dan berkata kepada kakak iparnya, kakak ipar, di sanaku sudah bisa digunakan!

Setelah menghirup udara dingin, benak Mendra tiba-tiba muncul gambaran kakaknya, Hendra.

Mendra menggelengkan kepalanya, mencoba menenangkan dirinya. Meskipun Hendra memperlakukan Ayu dengan tidak baik, tetapi bagaimanapun juga, Ayu adalah kakak iparnya. Selama dia dan kakaknya telah menjalani hubungan suami istri, maka dirinya tidak bisa melakukan sesuatu yang keteraluan. Tetapi jika mereka benaran bercerai…

Mendra perlahan-lahan turun dari jendela. Karena takut akan mengganggu Ayu, dia pun berjinjit dan berjalan kembali ke kamarnya.

Ketika memasuki ruangan, Mendra segera melepas beberapa pakaiannya yang usang, menyeka tubuhnya dengan handuk, kemudian berbaring di ranjang kecilnya.

Angin sepoi-sepoi bertiup kemari, biarkan Mendra, yang berguling seharian, dengan puas memejamkan matanya.

.................

Keesokan paginya, Mendra bangun pagi-pagi, merentangkan pinggangnya, mengenakan pakaian dan pergi keluar.

Hari ini sepertinya sedikit aneh. Ayu, yang biasanya bangun sangat pagi, malah untuk pertama kalinya masih tertidur pada hari ini. Mendra juga tidak terlalu memikirkannya. Dia dengan cepat berjalan ke kebun sayurnya, mengambil beberapa mentimun dan berpikir untuk memasak mentimun yang sudah di potong.

Prang…

Mendra mencuci beras dengan air bersih. Lalu dia menyalakan api dan menuangkannya ke dalam panci. Mentimun yang baruan dipetik diletakkan di atas talenan, dimana ditaruh beberapa wijen dan bawang putih di atasnya. Mentimun segar pun sudah siap dihidangkan.

"Kakak ipar, makanan sudah siap!" Mendra meletakkan makanan yang sudah disiapkan di atas meja, mencuci tangannya, dan menjerit memanggil Ayu di kamar.

"Oh. Iya…”

Terdengar bunyi pintu berderit. Ayu mendorong buka pintunya dan perlahan-lahan berjalan keluar. Wajahnya yang cantik masih terlihat agak memerah, seakan-akan efek kegairahan semalam masih belum reda.

Setelah membasuh wajahnya dengan air, Ayu hanya mengenakan gaun tidur sutra hitam, dan tampaknya benaran kosong di dalamnya. Setelah melihat lebih cermat lagi, bisa menyadari bahwa terdapat dua bagian yang menonjol di sana.

"Kakak ipar, silakan duduk dan coba mentimun buatanku. Enak sekali." Mata Mendra pun panas dan dia segera mengatakannya.

Wajah Ayu memerah dan dengan malu menatap Mendra. Dia semalam melakukan banyak hubungan dengan mentimun. Selain itu, bahkan membuat “dia” sampai lembut.

"Mendra, kamu semalam tidak mendengar apa-apa, kan?" Wajah Ayu sedikit merah dan dia pun sudah tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Tidak. Semalam aku menikmati udara dingin dan langsung pulang. Kemudian aku pun pergi tidur. Aku tidak mendengar apa-apa..." Mendra terkekek-kekek dan segera berpura-pura menjadi bodoh.

"Oh..." balas Ayu dengan suara kecil. Lalu dia mengangkat mangkuknya dan menyesap buburnya.

Wajah Ayu dalam sekejap berubah menjadi serius. Dia tiba-tiba teringat sesuatu dan memandang Mendra sambil berkata, "Oh iya, Mendra, semalam ketika kamu pergi menikmati udara dingin, Bibi Lestari datang ke rumah kami."

"Eh? Untuk apa Bibi Lestari datang kemari?" Mendra seketika tertegun dan langsung bertanya padanya.

"Hah..." Ayu menghela napas dan berkata, "Bukankah demi urusan suaminya. Aku juga tidak tahu dia dengar dari mana, ada seorang dokter tradisional pengobatan di desa sebelah yang memiliki keterampilan medis yang luar biasa dan mengklaim bahwa dia dapat menyembuhkan penyakit apapun. Makanya Bibi Lestari datang kepadaku dan bilang untuk pergi melihat bersamanya. Terus kebetulan aku juga bilang bahwa aku akan pergi bertanya apakah penyakitmu itu dapat disembuhkan atau tidak."

Bibi Lestari ini juga merupakan seorang wanita yang kasihan dan tegar. Prianya tahun lalu terjebak dalam tanah longsor di atas pegunungan. Meskipun dia diselamatkan, tetapi dia menjadi lumpuh dan terus terbaring di ranjang juga tidak melakukan apa-apa.

Jika itu wanita biasa, maka mereka dari awal sudah melarikan diri. Tetapi Bibi Lestari bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia sendirian menanggung bebannya dan bahkan membawa putrinya kesana-kemari. Sebenarnya di dalam hati Mendra, dia sangat mengagumi Lestari ini.

Terlebih lagi, kakak iparnya tidak lupa untuk mencarikan dokter untuknya. Hatinya seketika menjadi hangat. Mendra pun dengan lembut berkata, "Ya, baiklah, kapan kamu akan pergi? Kakak ipar, aku pergi mengantarmu, ya..."

"Aku sebentar lagi akan pergi. Kemungkinan setelah kita selesai sarapan kita, Lestari akan datang kemari..." kata Ayu sambil tersenyum tipis.

Duk duk!

Begitu menyelesaikan perkataannya, terdengar suara ketukan di depan pintu.

"Ayu, sudah bangun? Ini aku, Lestari." Lestari, yang cantik itu, sedang mengetuk di pintu luar sambil berteriak ke dalam.

"Iya. Tunggu sebentar ya, Bibi Lestari."

Ayu dengan cepat mengambil dua suap makanan dan segera berjalan ke kamar untuk mengganti pakaiannya.

"Mendra, nanti tolong bersihkan dapurnya, ya. Aku akan pergi dulu, jangan sampai biarkan orang menunggu terlalu lama." Ayu menyuruhnya, lalu segera berjalan keluar dari pintu.

"Oh. Kamu pergi saja kakak ipar. Aku akan membersihkannya..." Mendra segera menjawabnya dan dengan cepat membersihkannya di dapur.

"Kak Mendra, apa yang kamu lakukan di rumah?" Ketika Mendra sedang mencuci piring, tiba-tiba terdapat seorang gadis cantik dengan sosok indah yang sedang bersandar di jendela dapur.

Mendra mendongak kepalanya, mendapatkan bahwa itu adalah putri Lestari yang baru menginjak usia delapan belas tahun, Angeline. Mendra pun tersenyum tipis dan segera berkata, "Kenapa kamu ada di sini, Angeline? Apakah kamu merindukanku?"

"Enak saja. Aku tidak memikirkanmu, kok." Wajah Angeline memerah, seakan-akan Mendra telah membacakan isi pikirannya. Lalu dia pun menatap Mendra.

"Oh iya. Kak Mendra, aku dengar-dengar hari ini ada film bagus yang akan ditayangkan di TV. Tapi kami tidak punya TV. Bisakah kamu membiarkan aku menonton sebentar dengan TV milik keluargamu?"

Angeline menatap malu Mendra. Dia pun seakan-akan bertingkah manja, menarik lengan Mendra dan menggoyangkannya. Sudut tajam yang dalam masa perkembangan di dadanya pun menyentuh lengan Mendra.

Pikiran Mendra menjadi tidak stabil. Dia pun segera berkata, "Baiklah. Tidak masalah. Ketika aku sudah selesai membersihkan dapurnya, kita akan pergi menonton TV."

"Baik! Kak Mendra memang yang paling terbaik..." Angeline tersenyum manis, lalu segera membantu Mendra membersihkannya.

........

"Apakah ada gambarnya, Angeline."

Mendra berdiri di atap bungalow, mengutak-atik antena parabola kakaknya, yang tidak tahu di mana dia bisa mendapatkan, dan masuk ke kamar sambil bertanya pada Angeline.

Pada saat ini, Angeline juga menyadari bahwa gambar blur di TV akhirnya telah muncul gambaran. Namun, yang tersalur dari TV adalah suara erangan pria dan wanita, yang malah membuat wajahnya tersipu.

Begitu melihat lebih dekat, pria dan wanita di TV itu tidak mengenakan pakaian apapun, dimana saling berpelukan dengan tubuh telanjang!

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu