Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 50 Babak Terakhir (3)

"Master, lihatlah siapa yang datang kemari!"

Sang Master, yang telah sibuk di dalam dapur, tampak bahagia. Dia pun segera merangkul Mendra dan dengan girang berkata, "Ha ha! Mendra, kamu datang juga. Kamu tahu tidak, jika kamu tidak datang lagi, tamu-tamu itu yang akan memakanku!"

"Eeh… Master, lihatlah. Kali ini aku membawakanmu tiga keranjang. Ini seharusnya sudah cukup bagimu..."

"Ha ha, itu sudah cukup. Kamu benar-benar hebat, ya. Nanti aku akan membiarkan Novi membawamu untuk menghitung uangnya. Kamu bisa letakkan jamur liar itu di sini."

Sang Master terbahak-bahak. Lalu dia segera membantu Mendra meletakkan keranjang, yang terisi dengan jamur liar, di bawah lantai. "Jeff, pergi ambilkan timbangan elektronik kemari!"

Sang Master meletakkan jamur liar ke atas timbangan elektronik. Dia melirik sekilas dan dengan suara pelan berkata, "Oh, tampaknya kali ini kamu telah mengambil banyak, ya. Seluruh jumlahnya hampir mendekati 75 kilogram."

"Jeff, bawa jamur liar ini ke belakang dan pergi mencucinya."

Setelah memberi salam, sang Master kembali ke dapur dan mulai sibuk melakukan kerjaannya.

"Mendra, kamu ikutlah denganku. Kamu lebih baik tunggu aku di dalam dulu. Aku akan pergi mengambilkan uangmu."

Setelah selesai mengatakannya, Novi membalik tubuhnya yang masih muda, membawa Mendra dan Angeline ke dalam sebuah kamar.

.............

"Nih. Kalian berdua duduk dan beristirahatlah dulu. Aku akan pergi mengambilkan uangmu."

Novi memberitahu sejenak, lalu berjalan keluar. Tetapi tidak lama kemudian, dia segera kembali dan wajah cantiknya penuh dengan tulisan minta maaf.

"Mendra, bisakah kamu menungguku lebih lama sedikit? Aku saat ini tidak punya uang tunai, jadi aku harus pergi ke bank untuk mengambil tunainya."

"Tidak masalah. Kita punya banyak waktu," kata Mendra sambil tersenyum tipis, dimana menunjukkan bahwa dia tampak sangat santai.

"Baiklah. Kalian tunggu saja di sini. Aku akan segera kembali."

"Ya... Baiklah... Kamu cepat pergi saja."

Setelah memberitahu mereka, Novi segera berlari menuju ke bank.

......

"Astaga, perutku terasa agak sedikit sakit. Angeline, aku pergi ke toilet dulu, ya. Kamu tunggu saja sebentar di sini."

"Apakah Kak Mendra baik-baik saja? Perlukah kita pergi ke rumah sakit?”

"Tidak apa-apa. Kurasa karena perutnya terlalu kenyang. Aku cukup pergi ke toilet saja."

Mendra juga tidak tahu kenapa perutnya tiba-tiba terasa sakit. Dia pun segera bergegas keluar dari kamar Novi.

Mendra segera berlari ke toilet restoran. Dia langsung segera membebaskannya keluar dan membilasnya dengan air. Lalu dia memakai celananya dan berjalan keluar.

"Um... Ah... Um... Ah..."

Ketika Mendra hendak kembali ke kamar Novia, tiba-tiba terdengar suatu napas terengah-engah yang menawan dan menggoda dari kamar di sampingnya.

Mendra pun tertegun. Ini suara siapa, ya? Mungkinkah itu suara ibu Novi yang cantik itu, Tika?

Pikiran Mendra menjadi tidak stabil. Dia segera berlari ke pintu kamar, diam-diam bersandar di jendela, melihat ke dalam.

Dia mendapatkan tubuh Tika telanjang, dengan dua bundaran dada besar yang terekspos keluar. Kaki rampingnya pelan-pelan terbuka, membentuk huruf M. Tangannya memegang mainan karet yang tampak seperti bentuk teman kecil seorang pria, yang dalam perjalanan masuk ke dalam Miss V, pelan-pelan menusuknya masuk.

"Um... Ah... Um... Nyamannya... Ah..."

Wajah Tika memerah, menunjukkan bahwa dia telah terangsang. Gerakannya di tangannya semakin lama dan semakin cepat, dan kulit putihnya mulai muncul warna merah muda yang abnormal.

Di luar jendela, hati Mendra juga tergoncang. Dia tidak menyangka bahwa ini Tika, di siang hari dalam rumah, akan melakukan hal ini. Namun, bentuk tubuhnya sangat bagus. Ingin sekali coba melakukan dengannya!

Pada saat ini, Tika masih tidak tahu ada seorang pria yang sedang menatapnya di luar. Gerakan di tangannya semakin lama semakin cepat, dan tempat misterius itu juga menjadi semakin basah. Tubuh halusnya bergoncang-goncang, dan dia pun mengeluarkan teriakan puasnya.

"Ah!”

Tika mengeluarkan teriakan yang menggerakkan jiwa. Tubuhnya, yang seperti genangan air, terbaring di atas ranjang, mengekspos keluar warna kulit putih.

Di luar pintu, pikiran Mendra menjadi panas. Entah apa yang telah merasukinya, dia tiba-tiba mendorong buka pintunya dan masuk ke dalam.

"Ah! Mendra, kamu, bagaimana kamu bisa masuk!"

Wajah cantik Tika memerah. Melihat Mendra yang masuk ke dalam, dia pun sangat terkejut dan segera menjerit kaget.

"Kak Tika, apa gunanya kamu menggunakan mainan seperti itu. Bukankah lebih baik aku membantumu, kan..."

Api semakin membara-bara dalam matanya. Bagian bawah yang panas itu juga perlahan-lahan berdiri, hampir akan meledakkan celananya!

Pikiran Tika menjadi tidak stabil. Dia pun tidak bisa menahan dirinya untuk melirik ke bagian Mendra yang ereksi itu.

Tika tampak terkejut. Barang itu sangat besar, bahkan lebih besar dari apa yang telah dibeli di internet. Selain itu, dirinya bahkan telah membeli salah satu ukuran terbesar itu. Sebaliknya, punya Mendra yang berada di balik celana terlihat begitu besar. Selama melakukannya sebentar, maka dirinya akan terasa berada di surge…

Lagi pula, dirinya juga telah menjadi janda untuk waktu yang lama. Anggap saja perbuatannya bersama Mendra pada hari ini adalah sebuah mimpi!

"Mendra, kalau begitu kamu kemarilah dulu, biarkan aku memeriksa sebentar, apakah punyamu itu besar atau tidak!"

Perasaan Mendra menjadi tidak stabil. Hatinya diam-diam juga terasa senang. Tampaknya dirinya punya kesempatan hari ini dan rasanya pasti sangat nikmat bermain dengan wanita cantik ini.

Mendra segera berjalan ke sisi Tika, dengan cepat melepaskan celananya, memperlihatkan bagiannya yang panas dan sangat besar itu.

Astaga! Teman kecil ini besar sekali. Ukurannya terlihat sama dengan benda yang ada di genggaman tanganya, dan bahkan lebih besar sedikit.

Perasaan Tika tergoncang. Melihat benda besar yang ganas itu, hati Tika pun mulai bergetar.

"Mendra, kamu mendekatlah sedikit..."

Tika pun tampak malu. Lalu dia menatap Mendra sambil berkata dengan suara menggoda.

Mendra segera berjalan ke sisi Tika dan duduk di samping ranjangnya. Dia tersenyum nakal dan tangan besar itu diletakkan menjelajah di dada Tika.

Mendra tidak bisa menahan dirinya dan memegang kedua dadanya. Tangan besar dan kasarnya bagaikan ular yang berenang, meluncur ke paha dalam Tika yang berwarna putih itu.

Mendra dapat merasakan ujung jarinya basah. Dia pun tidak bisa menahan dirinya, menusuk tangannya ke dalam.

"Ah..."

Bagian sensitifnya telah diserang, membuat Tika tidak dapat menahan jeritannya.

"He he... Kak Tika, suaramu terdengar merdu sekali..." Tika dapat merasakan hawa panas yang menghantam daun telinganya, mendengarkan tawa aneh dan godaan Mendra.

Wajah cantik Tika memerah. Dia pun menatapnya sekilas. Melihat bagiannya yang menjulang tinggi, tangan lembut Tika tidak bisa menahan diri untuk memegangnya.

Telapak tangannya yang dingin menyentuh bagian yang panas itu. Tika pun terasa seperti disengat listrik. Hati gadisnya sudah lama tidak mengalami kegelisahan seperti ini.

Bibir merah Tika terbuka sedikit, dimana mulut kecil itu, perlahan-lahan menjelajahinya.

"Ugh..."

Mendra tidak bisa menahan diri untuk mengeluarkan erangannya. Dia pun tidak bisa menahan perasaan bangga ketika melihat wanita cantik dan elegan di bawahnya ini sedang melayani tubuhnya.

"Puh!"

Wajah Tika tampak malu, pelan-pelan memuntahkan keluar bau aneh dari dalam mulutnya. Dia pun berbaring di atas tubuh Mendra seolah-olah dirinya sudah lemas.

"Mendra, saatnya bagimu untuk membantuku menjilat itu ..."

Sial!

Mendra diam-diam mengutuk dalam hatinya. Dia menatap wajah merah Tika, mengutuk dengan penuh semangat. Memang tidak salah, wanita di kota memang lebih bisa bermain.

"Baiklah... Kak Tika, mari aku bantu melayanimu."

Mendra menyeringai nakal, pelan-pelan merangkak di atas tubuh halus Tika, dan lidahnya yang cerdik bahkan dengan jail menjelajahinya.

“Um... Ah... Nyaman sekali... Mendra... Betul, di bagian kecil itu... Lebih kuat lagi... "

Wajah cantik Tika memerah, kaki rampingnya bergetar-getar, dan tangan kecilnya memegang kepala Mendra, tubuhnya perlahan-lahan menggoncang.

Bagian rambut yang tampak seperti seperti janggut pria itu membuat Mendra merasa jengkel. Dia pun tidak bisa manahan dirinya untuk menarik dua helai. Melihat rambut keriting itu, Mendra pun tidak bisa menahan tawanya.

“Ah!”

Tika tidak bisa menahan rintih kesakitannya. Dia menatap malu Mendra sambil menggerutu marah, "Dasar bocah tengik, apa yang sedang kamu lakukan, hah? Kamu ingin menyakitiku!"

"Eeh... Bukankah ini karena aku melihat rambut Kak Tika terlalu banyak, makanya aku ingin membantumu merapikannya!"

Mendra tersenyum, lalu dengan canggung terbatuk sambil berkata dengan lembut. Dia sebenarnya tiba-tiba berpikir untuk menggoda Tika dengan cara ini. Tapi dia tidak menyangka bahwa Tika akan sangat marah.

"Pergi sana. Dasar tengik, mungkinkah kamu suka yang tidak berambut, hah." Tika melirik kesal Mendra sambil menggerutu menggoda.

“Maksudnya?”

Mendra tertegun sejenak, lalu tiba-tiba memberikan senyum misterius. Dia tentu pernah mendengar tentang hal ini. Tampaknya ada beberapa wanita yang akan melakukannya. Selain itu, mereka yang tidak mempunyai rambut biasanya akan memiliki hasrat yang sangat kuat.

"Kak Tika, apakah kamu pernah bertemu wanita yang tidak memiliki rambut? Aku belum pernah bertemu, loh." Mendra menyeringai nakal, mengulurkan tangan besarnya, pelan-pelan mengusap dada Tika.

Tika perlahan-lahan memjamkan matanya, menikmati layanan yang diberi Mendra, lalu dengan lembut berkata, "Aku juga belum pernah melihat wanita yang tidak memiliki rambut. Apakah otakmu itu hanya bisa memikirkan wanita? Kamu tidak takut disedot sampai kering, ya!"

"He he, aku tidak takut. Tubuhku ini sangat kuat. Kamu tenang saja, Kak Tina!"

"Sungguh, kah. Aku tidak percaya, kecuali kalau kamu hari ini dapat melayani dengan baik..."

"Kak Tika, kamu lihat saja. Hari ini aku jamin kamu tidak akan bisa turun dari ranjang!" Dengan senyum aneh, Mendra melemparkan dirinya ke Tina.

"Bocah tengik, kamu coba saja!" Tubuh Tika menjadi panas dan dia juga tidak bisa menahan diri untuk menjerit.

Tiba-tiba, di ruangan terdengar gerakan pria dan wanita yang bersatu, serta erangan hebat Tika.

..............

Pada saat ini, Novi juga baru saja kembali dari bank setelah mengambil uangnya. Dia berjalan ke kamar dan hanya mendapatkan Angeline di dalamnya. Dia pun tertegun dan bertanya dengan suara centilnya, " Angeline, kenapa hanya kamu sendirian di kamar? Dimana Mendra?"

"Eeh… Kak Mendra bilang dia sakit perut, jadi dia pergi ke toilet."

"Apakah dia baru pergi?"

"Tidak, dia sudah lama perginya, tapi aku tidak melihatnya kembali..." Wajah Angeline sama-sama tampak tak berdaya. Mendra sudah lama berada di toilet dan dia belum melihatnya kembali. Dia seharusnya tidak berada dalam masalah, kan.

"Eeh… biarkan aku pergi mencarinya. Dia seharusnya tidak tersesat, kan."

Novi bergumam pelan, lalu dengan langkah cepat, berjalan menuju ke toilet rumahnya.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu