Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 13 Dia Wanita kepala desa

Ayu melihat Mendra dengan air mata yang penuh di wajahnya, dia juga tidak tahu kenapa, setelah Mendra meminum satu mangkuk obat China yang dibuat olehnya, tiba-tiba dia menjadi gila.

"Mendra, sadarlah, jangan seperti ini, aku ini adalah kakak iparmu......"

Melihat Mendra dengan sedikit takut, Ayu dengan sekuat tenaga menahan tangan besar Mendra yang sedang meremas dadanya.

Tubuh lembutnya itu tidak bisa menahannya dan langsung gemetaran, bagian sensitifnya diremas dengan ganas oleh Mendra, tubuh Ayu tidak bisa menahannya dan muncul sebuah reaksi fisik yang malu, dalam hatinya tiba-tiba muncul sedikit rasa senang yang tidak bisa dilukiskan.

Wajahnya memerah malu, sorotan mata Ayu menjadi lebih kabur, kedua tangannya juga yang awalnya barusan menahannya, perlahan-lahan berubah menjadi lebih mengikutinya dan patuh, tangannya yang lembut perlahan-lahan melingkari dan memeluk pinggang Mendra.

Sebenarnya, untuk masalah ini, juga tidak bisa menyalahkan Mendra, dari awal beberapa hari yang lalu benda anak itu si Mendra, sudah bisa digunakan lagi, tapi Ayu saja yang tidak tahu.

Obat China yang diminta oleh Ayu dari dokter China itu, sebenarnya dalamnya ada beberapa bahan untuk obat perangsang nafsu, ditambah lagi tubuh Mendra sendiri sudah diam-diam menyukai kakak iparnya sendiri, jadi sedikit demi sedikit, Mendra mana mungkin bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Srek....

Dengan kasar merobek baju yang dipakai Ayu, dan langsung menunjukkan bulatan penuh yang putih itu, Mendra hanya merasa seluruh tubuhnya menjadi panas, di dalam benaknya saat ini hanya ada sebuah pikiran, yaitu tubuh putih bersinarnya Ayu...

Mendra sama seperti seekor binatang buas yang sangat bernafsu, dia menimpa Ayu di bawahnya.

"Mendra...Mendra, aku adalah kakak iparmu, apa kamu tidak mengenaliku lagi...."

Melihat Mendra yang menjadi gila, dalam hati Ayu merasa sangat menyesal tanpa henti, kalu dari awal tahu akan seperti ini dia tidak akan menyuruhnya untuk minum obat China ini.

Sekumpulan air mata menetes dari sudut matanya, Ayu sama seperti seorang yang sudah menerima takdirnya, dan memejamkan matanya sendiri, lagipula, kakaknya Mendra juga sudah lama tidak menyentuhku, anggap saja hari ini aku sedang bermimpi sebuah mimpi yang sangat tidak masuk akal.

......

Setelah menunggu lama, Ayu yang juga tidak menunggu sampai Mendra melakukannya, dalam hatinya tiba-tiba merasa tidak pasti, dan bergegas membuka kedua matanya.

"Mendra, kamu, kamu kenapa......"

Hanya melihat, ekspresi wajah Mendra yang saat ini memerah, seluruh dahinya semuanya berkeringat, dan penampilannya tampak terlihat sangat mengerikan.

"Tidak, ini adalah ka...kakak...iparku...." Setelah mengucapkan satu kalimat ini dengan sekuat tenaga, Mendra melihat air mata Ayu yang jatuh dari ujung matanya, dalam hatinya langsung terkejut.

Mengulurkan tangan besarnya ke pahanya sendiri, dan langsung mencubitnya dengan kuat, rasa sakit itu dalam sekejap membuatnya menjadi tenang sejenak.

Melihat kulit daging Ayu yang putih bersinar telanjang, Mendra tidak bisa menahannya untuk tidak menelan ludah, ekspresinya lamban, dan dia tidak tahu harus mengatakan apa.

"Kakak ipar....aku....aku....maaf, aku juga tidak tahu kenapa, baru saja meminum semangkuk obat China yang kakak berikan padaku tadi, aku langsung merasa sedikit tidak bisa mengontrol diriku sendiri......kalau tidak kamu memukul saja tidak apa-apa...."

Melihat Mendra yang gelisah tidak tenang, tingkahnya yang tidak tahu apa yang harus dilakukan sangat lucu, membuat wajah Ayu memerah, dan tidak bisa menahannya mengeluarkan suara pft, dan langsung tertawa.

"Huh! Dasar anak ini, berhenti untuk berlagak seperti seorang korban ya, berdasarkan apa yang kamu katakan tadi, kamu menyalahkanku ya karena sudah memberikan semangkuk obat China ke kamu?" Dengan kesal mendengus sejenak, Ayu dengan tidak senang melirik Mendra sekilas.

Melihat kakak iparnya yang sepertinya, tidak marah padanya, dalam hati Mendra merasa sangat tenang sambil menghela nafas.

Tertawa terbahak-bahak, sorotan mata Mendra, tiba-tiba berubah menjadi sangat fokus, dan langsung dengan lurus menatap Ayu yang bajunya sudah dirobek olehnya.

Wajahnya yang memerah, Ayu melihat sorotan mata Mendra yang lurus tegak melihatnya, dia tidak bisa menahannya lalu menundukkan kepala dan melihat sekilas dadanya sendiri.

"Anak nakal, kamu masih melihatnya, barusan belum puas ya menyentuhnya?", kata Ayu dengan kesal, dengan wajah cantiknya yang memerah, menatap Mendra sekilas dengan kuat.

"Haha......" Mendra yang tertawa malu, agak merasa canggung sambil menggaruk-garuk kepalanya, lalu berkata dengan pelan, "Belum puas menyentuhnya, dengan kakak ipar mana bisa puas menyentuhnya?"

"Ingin dipukul ya kamu!", kata Ayu dengan kesal, sambil dengab wajahnya yang memerah, dia sambil bergegas menutupi dadanya yang seksi itu dengan bajunya.

"Haha...kakak ipar, kamu terlihat cantik saat sedang marah...", kata Mendra sambil tersenyum bodoh, yang tidak bisa menahan untuk tidak memujinya.

Wajah cantiknya memerah, dalam benak Ayu dia hampir saja meloncat keluar, adegan Mendra yang menimpanya di ranjang tadi, sepertinya obat China ini memang benar-benar memiliki khasiat, penyakit Mendra ini bisa terbilang bisa disembuhkan.

...

Tidak bisa menahan untuk tidak mengintip sekilas, benda di bawah perut Mendra yang sedari tadi berdiri tegak dan besar lebar itu, dalam hati Ayu yang terdalam tiba-tiba menjadi gelisah, tidak disangka benda anak itu si Mendra ternyata begitu besar, kalau saja melakukannya sejenak, pasti akan lebih nyaman lagi dibandingkan menggunakan mentimun setiap hari....

Ah tidak tidak! Apa yang sedang kamu pikirkan Ayu, Mendra itu adalah adik ipar kamu, wajahnya memerah, dalam hati Ayu menghela nafas dan menegur dirinya sendiri sejenak.

"Anak nakal, pandai berbicara ya kamu, cepat bangun, aku akan pergi untuk memasak makan malam untukmu." Dengan tidak senang dia melirik Mendra sekilas, ekspresi wajah Ayu tersipu malu, dan dia langsung bergegas lari keluar dari dalam kamar Mendra.

"Iya..." Tertawa terbahak-bahak, Mendra melihat Ayu yang tersipu malu seperti itu, dia tidak bisa menahan untuk tidak tertawa.

Perlahan-lahan bangun dari tempat tidur, Mendra membereskan tempat tidur yang agak berantakan itu, lalu dengan cepat keluar dari kamar, berjalan ke menuju ke Ayu yang sedang sibuk di dapur.

"Kakak ipar, sangat sibuk ya, apakah perlu aku membantumu...."

Wajahnya memerah, Ayu dengan tidak senang sambil meliriknya sekilas, sambil berkata dengan lembut, "Sambil bermain saja, aku kerjakan sendiri saja tidak apa-apa, kalau kamu tidak melakukan apapun, pergi berjalan-jalan ke luar saja."

"Oh, oke deh...."Melihat Ayu yang tampaknya tidak membutuhkan bantuannya, Mendra terpikirkan ingin pergi ke tepi sungai untuk mandi, pas sekali dia juga ingin melepaskan panas di tubuhnya.

..........

Berjalan dengan cepat di tepi sungai, angin sepoi-sepoi yang segar berhembus datang, dan mengenai tubuh Mendra.

Tidak bisa menahannya dia pun langsung menundukkan kepala dan melihatnya sekilas, bendanya itu sedari tadi tetap saja masih berdiri tegak, Mendra agak merasa kesulitan, ini sudah hampir 2 jam, tapi miliknya itu kenapa masih berdiri tegak dan keras.

Untung saja di perjalanan, tidak bertemu dengan orang yang dikenal, kalau tidak, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengatakannya lagi.

Hush hush...

Baru saja berjalan sampai di tepi sungai, Mendra mendengar suara orang mencuci tangan dengan tangan, melihatnya dengan seksama, dia baru tersadar ternyata di tepi sungai ada seorang wanita yang sedang berjongkok mencuci sesuatu, rok panjang merah mudah itu dari awal sudah basah karena terkena air sungai, dan mencerminkan celana dalam berenda berwarna hitam.

Eh, ini bukannya Iristy istrinya kepala desa kan, dengar-dengar dia datang dari kota, penampilannya cantik dan menawan, terutama kulitnya yang putih lembut itu bisa memeras air, tapi kenapa dia bisa bersama dengan Markus si brengsek itu, benar-benar sangat disayangkan.

"Kak Iristy, lagi cuci baju ya, apa perlu aku membantumu" mendra bergegas menyapanya dengan ramah.

Mendongak ke atas, Iristy baru sadar kalau ada Mendra, lalu dia pun tersenyum ringan, dan bergegas membalas perkataannya, "Terimakasih ya, Mendra, kamu istirahat saja, pekerjaan ini sebentar lagi selesai kok...."

Selesai berbicara, Iristy langsung berbalik mengarah ke Mendra dan tersenyum padanya.

Tiba-tiba melihat itunya yang berdiri tegak lurus, dalam hatinya tiba-tiba terkejut!

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu