Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
Hati Mendra mulai terguncang. Dia dengan suara bergetar berkata, "Kak, kakak ipar, hal baik apa ya..."
“Kamu akan tahu ketika kamu datang."
Jessica menatap malu Mendra, lalu dia perlahan-lahan melepaskan tangan Mendra yang berada di depan dadanya, memutar tubuh indahnya dan berjalan menuju ke rumahnya.
Mendra dalam hati diam-diam memarahinya iblis, lalu dia segera mengejarnya.
.......
Jessica tinggal di sebelah timur desa. Mendra biasanya juga jarang berurusan dengan Jessica. Ini juga merupakan kunjungan pertamanya ke rumah Jessica.
Jessica pun sekilas menatap genit Mendra. Dia pun terlihat seakan-akan sengaja menyanjungnya, dengan memperlihatkan pantat yang agak nungging sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Glek! Mendra pun menelan ludahnya begitu melihat sosok belakangnya.
Ketika memasuki ruangan, Jessica menyalakan lampunya. Mendra pun segera mengamati sekilas ruang tamunya. Ruangan yang dibersihkan Jessica terlihat sangat bersih, dimana memperlihatkan bahwa Jessica masih bajik.
"Mendra, kamu duduk di sofa sebentar. Aku akan pergi mengganti pakaianku..." kata Jessica malu dnegan pipi yang agak memerah.
"Ganti baju? Untuk apa kamu mengganti baju, Kak Jessica?” Pikiran Mendra menjadi tidak stabil. Dia pun dengan agak bingung menanyakannya.
Melihat penampilan menawan Jessica, hati Hendra juga ikut tergerak. Dia dalam hatinya berpikir, munginkah janda cantik ini masih ingin menggunakan tubuhnya untuk menggodaku?
Jessica sekilas menatap malu Mendra, lalu dengan marah sekaligus malu berkata, “hei hei, kamu nanti juga akan tahu.”
Meskipun Jessica berkata demikian, tetapi di malah diam-diam memaki dalam hatinya. Jika bukan karena kamu memegang kelemahanku, aku juga tidak akan melakukan hal seperti ini.
Jessica segera berjalan cepat ke kamarnya, mengeluarkan piyama renda leher V berwarna ungu tua dari lemari, lalu mencoba untuk mencocokan pada tubuhnya.
Jessica segera melepaskan baju dan celananya. Kedua payudara putih, lembut dan bundar segera meloncat keluar. Kakinya yang panjang dan kuat terbuka sedikit. Jessica pun mengenakan piyamanya.
Kerah leher V terbuka lebar, menunjukkan belahan dada putih Jessica, dimana membuat orang-orang tidak dapat tahan untuk melihatnya berkali-kali.
Jessica lagi-lagi mengeluarkan stoking hitam dari lemarinya, merentangkan lurus kaki rampingnya dan memasangnya. Dia pun terlihat semakin menggoda.
Piyama yang menarik ini dibawakan Markus dari ibu kota untuk diberikan kepadanya. Jessica pun ingat ketika dia baru mengenakan piyama ini, mata Markus langsung menatap lurus padanya, seakan seperti anjing jantan yang mengalami berahi dan langsung bergegas ke arahnya.
Hari ini, Jessica akan menggunakan pakaian ini untuk menggoda burung kecil Mendra, bukankah itu pekerjaan yang sangat mudah.
Dengan senyum yang menawan, Jessica pelan-pelan berjalan menuju ke ruang tamu.
.......
“Mendra…”
Suaranya terdengar menggoda. Jessica menggoyangkan tubuh seksinya, lalu pelan-pelan berjalan mendekati Mendra.
"Ah..." mendengar suara lembut Jessica, Mendra pun segera meresponnya. Matanya terasa panas dan dia baru menyadari bahwa pakaian yang dikenakan Jessica sangat seksi.
Mendra yang belum pernah melihat pakaian seperti ini pun segera melompat dari tempatnya. Wajahnya dalam sekejap memerah dan matanya menatap lurus ke dua belahan dada lembut Jessica.
Melihat Mendra yang tertegun menatapnya, Jessica pun terkikik-kikik dan berkata, "Mendra, aku cantik tidak?"
“Ca-cantik…” Mendra langsung mengangguk kepalanya.
Wajah Jessica sedikit merah. Hatinya terasa sangat bahagia begitu mendengar jawaban Mendra. Tampaknya pesonanya masih sama seperti sebelumnya.
Dengan senyum lembut, Jessica menatap Mendra sekilas, lalu pelan-pelan berjalan bak wanita anggun ke arah sofa.
“Ah…” Jessica tiba-tiba menjerit. Tubuhnya dengan cepat jatuh ke arah Mendra.
Mendra langsung bertindak cepat. Dia segera mengulurkan lengannya, memegang pinggang ramping Jessica.
Tangannya yang besar kebetulan berada tepat di dada lembut Jessica yang tidak memakai pakaian dalam. Mendra pun tercengang. Dia pun tidak bisa menahan diri dan meremas dadanya.
“Uh…”
Dada Jessica terasa sakit. Dia pun mengerang sejenak. Wajahnya sedikit merah, lalu matanya langsung menatap Mendra.
“Kak Jessica... Aku, aku tidak sengaja...” Mendengar erangan menggoda Jessica, wajah Mendra memerah dan dia segera menarik kembali tangannya dari dada Jessica.
"Tidak apa-apa Mendra. Kakak ipar juga tidak menyalahkanmu. Kakak awalnya memang ingin membuatmu melihat…” kata Jessica sambil menatap Mendra, dimana pandangannya terlihat sangat menggoda.
Ketika mendengarnya, bagian bawah Mendra membara-bara dan tiba-tiba menjadi panas. Burung kecil yang lesu itu sedang pelan-pelan terbangun.
“Hu…hu…”
Tidak ada yang tahu apa yang telah terjadi, tapi tepat saat hati Mendra mulai berguncang, wajah Jessica tiba-tiba tampak sedih. Tubuhnya melemah di pelukan Mendra dan mulai menangis pelan.
"Kak Jessica, ad- ada apa denganmu? Kenapa kau menangis…" Mendra pun tertegun dan segera bertanya ketika dia merasakan tonjolan tubuh lembut Jessica dalam pelukannya.
"Mendra, kakak ipar hari ini akan mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Apa yang kamu lihat di atas gunung yang ada aku dan kepala desa itu karena dia yang memaksaku untuk melakukannya."
Jessica menggerakkan tubuhnya, berusaha mendekatkan tubuhnya ke pelukan Mendra. Air mata Jessica berlinang membasahi pipi cantiknya, dimana membuatnya terlihat sangat menyedihkan.
"Dia memaksamu? Kakak ipar, maksudmu si bajingan tua Markus itu memaksamu, makanya kamu baru melakukan hubungan intim dengannya di atas gunung?"
Mendra pun tertegun. Dia jelas tidak mempercayainya karena dia sendiri mendengarnya dengan jelas di tempat kejadian. Jessica demi menjadi Direktur Komite Wanita di desa, makanya dia baru melakukan hal itu bersama Markus di atas gunung. Bagaimana bisa dia hari ini mengatakan dengan mulutnya sendiri bahwa Markus yang memaksanya, kan.
"Betul. Mendra, kamu juga tahu bahwa aku adalah janda yang tak berdaya dan tidak memiliki seorang pria baik sepertimu ini. Aku pun hanya bisa melakukan hal itu dengan Markus. Kalau tidak, bagaimana bisa aku seorang diri tetap hidup di desa ini..."
Ketika Jessica mengatakannya sampai di sini, dia pun segera menutupi wajahnya dengan tangannya. Air matanya tampaknya akan segera mengalir ke bawah, dimana membuatnya terlihat sangat menyedihkan.
Mendra menatapnya dengan curiga, lalu dengan lembut menghiburnya, "Kak Jessica, ini pasti sangat sulit untukmu…”
Mendengar perkataan Mendra, raut Jessica tiba-tiba menjadi tegang dan dia pun menempelkan dirinya pada tubuh Mendra, memandang Mendra seolah-olah sedang memohonnya sambi terisak, “Mendra, kalau begitu kamu harus membantu kakak ipar, ya. Jika kamu mengatakan keluar mengenai kejadian di gunung itu, maka aku benaran akan kehilangan mukaku!”
"Er... Ini..." kata Mendra ragu-ragu. Dia pun berpura-pura menjadi canggung.
Novel Terkait
Lelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyMeet By Chance
Lena TanNikah Tanpa Cinta
Laura WangSang Pendosa
DoniMore Than Words
HannyTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniPengantin Baruku
FebiKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)