Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
Hati Mendra sedikit mengelora melihat tampang Lestari yang tersipu. Kemudian melihat tubuhnya yang melekuk, membuatnya menelan ludah beberapa kali.
“Baiklah, kak...”
Lestari mentap sekilas Mendra, kemudian menggerakkan tubuhnya yang molek itu menuju kamarnya.
“Ayo, Kak Mendra. Masuk dan minum teh di rumahlu, aku sangat haus.”
Tanpa basa-basi, Angeline menggandeng lengan Mendra dan daging kenyal miliknya menempel di lengan bawah Mendra. Keduanya kemudian berjalan menuju ruang tamu.
“Kak Mendra, kamu istirahat dulu di sini. Aku akan memasakkan air hangat untukmu.”
Angeline menatap Mendra, kemudian tersenyum manis dan berlari kecil ke dapur untuk memasak air.
“Mendra, istirahat ya. Dimana Angeline?” Saat ini, Lestari dengan wajahnya yang merona berjalan masuk ke dalam ruang tamu.
“Iya, benar. Angeline pergi masak air untukku minum....”
Setelah menatap, Mendra tiba-tiba sadar bahwa Lestari menggantinya bajunya menjadi baju tidur tanpa lengan. Tubuhnya yang putih terlihat jelas, terutama kedua gunung yang berada di depannya, jika dilihat teliti akan terlihat dua titik itu.
Wajah Lestari merona menatap pandangan Mendra yang hot. Hatinya sedikit bergelora dan tersipu berkata, “Mendra, jika kamu punya waktu, datanglah membantu kakak mengoleskan vanishing cream ini.”
“Tentu saja ada, kak. Aku akan mengoleskannya untukmu sekarang!” Mendra menelan ludah, kemudian berdiri. Sepasang matanya penuh dengan pandangan yang bersemangat.
“Jangan, jangan disini. Jika Angeline melihatnya, dia akan salah paham. Kita ke kamarku saja....” Lestari menatap Mendra sekilas. Hati Lestari tiba-tiba merasakan waktu muda dulu.
Setelah berjalan cepat memasuki kamar, Lestari dengan sigap mengunci pintu kamar dan menarik gorden jendela. Seketika, cahaya dalam kamar sedikit gelap.
“Kak Lestari, apa yang kamu lakukan ini...”, tanya Mendra yang bingung.
“Tidak apa, aku hanya takut dilihat orang lain dan salah paham....” Lestari menjelaskan dengan wajah yang tersipu.
“Oh, begitu.” Mendra tidak banyak pikir, kemudian lanjt berkata, “Ah, kak, kalau begitu kita cepatlah mulai...”
“Ya....” Wajah Lestari memerah melihat Mendra, kemudian dengan cepat menanggalkan baju tidurnya. Tubuhnya yang putih mulus itu terlihat jelas di depan Mendra.
Meskipun Mendra pernah melihat sekali tubuh Lestari, tetapi tubuhnya yang begitu dewasa dan menggoda ini, membuat orang tidak tahan untuk melihat beberapa kali.
Gunung yang membulat, karena fator umur sedikit kendor ke bawah. Tetapi tubuhnya yang dewasa itu membuat hati Mendra bergetar.
“Kak, kamu, apa yang kamu lakukan ini....”, kata Mendra dengan terbata-bata.
Dengan wajah yang merona, Lestari berjalan pelan menuju tempat tidur. Daging lembek itu pun ikut berguncang mengikuti gerak kakinya. Bokongnya duduk di bagian depan tempat tidur, jarinya menunjuk-nunjuk ke area di antara kedua paha dan dengan tersipu berkata, “Mendra, kemarin aku tidak sengaja terciprat air panas ke area ini. Alhasil ada bekas merah yang besar. Bantulah aku mengoleskan vanishing creamnya ke sini....”
Pandangannya terbengong, dan mengikuti ke mana jari Lestari menunjuk. Yang terlihat adalah sebuah tanda merah yang ada di bagian dalam paha. Akan tetapi, area tersebut sedikit canggung karena berdekatan dengan daerah hitam Lestari.
“Kak Lestari..... Mengapa ada di area sana....”, kata Mendra dengan pandangannya yang bersemangat.
Lestari menatap Mendra dengan pandangan penuh rasa, kemudian dengan manja berkata, “Ya, di sana. Baiklah Mendra, kamu bantulah kakak mengoleskannya...”
Sejak Lestari melihat bagian ‘itu’ Mendra, semangat nafsu yang selama ini terkubur tiba-tiba bangkit lagi. Dia sendirinya merupakan wanita normal, tentu saja memiliki kebutuhan dan keinginan memuaskan jasmaninya.
Pepatah berkata, umur tiga puluh bagaikan serigala dan umur empat bagaikan harimau. Kebetulan, Lestari berada di antar umur itu. Dulunya, Mendra tidak begitu menarik. Tetapi sekarang Mendra tampak kekar dan muda ini membuat Lestari sedikit tidak tahan.
“Mendra, kamu bantulah kakak mengoleskannya. Kakak mohon....”
“Baiklah, kak. Tetapi kamu jangan sembarangan ngomong keluar ya. Jika orang lain tahu, Paman Hidris akan sangat marah....”, kata Mendra dengan pelan sambil menjilati bibirnya yang kering.
Sebenarnya dia sangat senang membantu Lestari akan hal ini, tetapi takut orang lain salah paham. Sehingga berbicara seakan sangat sopan.
“Ya, cepatlah kamu buat. Aku juga tidak bodoh, bagaimana bisa aku mengatakannya pada orang lain.”
Lestari terlihat sangat menantikannya, matanya terpejam dengan perlahan. Dia tertidur di atas tempat tidur, kedua kakinya yang mulus dan kenyal itu terbuka secara perlahan dan membentuk huruf M.
Hati Mendra sangat deg-degan, dia membuka vanishing cream yang di atas meja dan memencet sedikit keluar ke tangannya. Kemudian, tangannya bergerak ke bagian selangkangan Lestari dan semakun dalam....
Lestari sudah lama bekerja di ladang, tetapi pahanya tetap mulus, putih, dan kenyal. Mendra baru saja memasukkan tangannya. Perasaan yang ramah dan hanga itu seketika tersalurkan keluar, jarinya tidak tahan lagi dan menekan sekali ke bagian atas.
“Hmm... Ahh...”
Tubuhnya bagaikan dialiri listrik, bergerak sangat hebat. Lestari mengeluarkan suara desahan yang sangat menggoda.
“Kak, kamu, kamu kenapa? Tidak apa-apa kan?”, tanya Mendra dengan suara pelan, dia sedikit terkejut dan segera mengeluarkan tangannya.
Wajahnya merah, Lestari menahan sekuat tenaga energi dari bawah perut yang mau meledak. Dengan terbata-bata berkata, “Tidak apa-apa, Mendra.... Kamu, kamu lanjutkan saja....”
“Baiklah, aku mengerti....”
Melihat tampang Lestari yang tersipu, Mendra tidak tahu mengapa, hatinya tiba-tiba geli sendiri. Jarinya seperti sengaja untuk menyentuh daerah terlarang Lestari yang sudah basah itu.
“Hmm.. Ahh.. Ahh..”
Tubuhnya menggeliat, Lestari seperti telah mencapai ke puncak. Kedua kakinya yang panjang itu mengapit tangan Mendra yang berada di antara kedua kaki itu.
Secara tidak disengaja, jari Mendra yang tegak menusuk masuk ke bagian dalam Lestari yang sudah sangat banjir itu.
“Ahhh!”
Desahan yang menggoda. Lestari seperti telah dipuaskan oleh sesuatu, wajahnya memerah dan tersipu malu.
“Kak, ma.. maaf. Aku bukan sengaja.....”, kata Mendra yang terkejut menatap Lestari dan segera menarik jarinya.
Tubuhnya berguncang hebat. Hati Lestari mengalir suatu perasaan yang sangat bahagia. Perasaan terangsang yang tadi membuatnya sulit melupakannya.
Sejak suaminya menjadi cacat, ini pertama kalinya dia merasakan perasaan mengguncang ini. Tetapi, belum sempat dia menikmati perasaan bahagia ini, Mendra telah menarik jarinya.
“Mendra, bisakah kamu, menggunakan jarimu dan melakukannya lagi ke kakak...”, kata Lestari yang kepingin lagi dengan wajahnya yang memelas.
Novel Terkait
I'm Rich Man
HartantoHusband Deeply Love
NaomiKing Of Red Sea
Hideo TakashiAfter Met You
AmardaThe Winner Of Your Heart
ShintaLove Is A War Zone
Qing QingBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)