Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
Ekspresi wajahnya memerah, Iristy tidak bisa menahannya dan melihatnya beberapa kali lagi.
Ya Tuhan, aku dengar orang desa disini bukannya bilang, kalau benda anak ini tidak bisa digunakan lagi kan, kenapa bisa begitu besar, dilihat secara garis besar, beberapa kali lebih besar daripada pria yang ada di rumahku.
Mungkinkah, anak ini meminum obat ajaib apa, bendanya itu kenapa bisa baik-baik saja?
"Kakak, coba bilang kamu masih bersikap sungkan apa kepadaku, semuanya dari desa yang sama, benarkan." Mendra melihat Iristy yang sedikit linglung, lalu suara byur terdengar, dia masuk ke dalam sungai.
Tiba-tiba, rasa yang sangat dingin, dari bawah kakinya menyebar ke seluruh tubuhnya.
Meskipun diri sendiri mempunyai dendam dengan Markus, tapi Iristy ini biasanya sangat bersikap sopan denganku, selain itu, wanita bersuami yang sangat cantik ini, pria mana yang tidak ingin mengobrol lama dengannya.
Hatinya seketika menjadi gelisah, Iristy melihat bagian selangkangan Mendra yang menjulang tinggi itu, dalam hatinya tidak bisa menahan dan merasa sedikit bergairah.
Meskipun dirinya sudah menikah dengan Markus selama beberapa tahun, tapi dia dalam seminggu paling banyak satu dua hari saja berada di rumah, sepanjang tahun menjadi seorang janda, dengar-dengar dari orang kalau dia di luar sudah memiliki wanita lain, tapi aku sendiri seorang wanita, juga tidak berdaya mendapatkan pria seperti dia, siapa suruh pada saat itu mengejarnya karena dia adalah kepala desa, dan merasa kalau bisa menjalani kehidupan yang lebih baik kedepannya.
Sambil menghela nafas, Iristy melihat benda Mendra yang sedari tadi berdiri tegak lurus di dalam sungai, dalam hatinya tiba-tiba agak sedikit tergoda yang tak tertahankan, karena dia mencari wanita lain di luar sana, kenapa aku tidak bisa mencari pria lain juga!
"Kak Iristy, sini aku bantu kamu memerasnya."
Mendra dengan sangat ramah membantu Iristy mengeringkan baju yang ada di dalam sungai.
"Mendra, kapan kamu bersikap baik begini kepada kakak?"
Sambil tersenyum, Iristy dengan menawan menatap Mendra, dan berkata demikian sambil menggodanya.
"Haha....bukankah memang begitu, kakak ini sangat cantik kan, dan juga tubuhmu memiliki bau wangi, sangat enak untuk dicium baunya!"
Mendengar Mendra yang memujinya, Iristy dengan menawan meliriknya sekilas, dan dalam hatinya benar-benar merasa sangat senang, tampaknya diri sendiri masih memiliki daya tarik ya...
"Hehe....mulutmu memang manis ya, masih begitu kecil sudah tahu caranya membohongi orang lain, kalau sudah besar akan sangat luar biasa."
"Sekarang aku sudah menjadi besar, oke, Kak Iristy, kalau tidak percaya kamu bisa melihatnya....", kata Mendra bercanda sambil tertawa, dan sambil menatap lurus tegak Iristy.
Ekspresi wajahnya sedikit memerah, Iristy seperti sengaja melakukannya dan berkata, "Anak nakal, pintar mengejek kakakmu ini ya, aku tidak percaya kalau benda lembekmu itu, bisa sebesar apa."
Pria yang baru saja mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, setelah mendengar perkataan Iristy, mana mungkin dia merasa senang, dia dengan sengaja menegangkan bendanya yang sedari tadi sudah menjulang berdiri tegak lurus, dan meluruskan seluruh celananya.
"Kak Iristy, kamu lihat sendiri saja besar atau tidak, benda ini pasti lebih besar untuk digunakam daripada milik suamimu!"
Iristy memang dari awal ingin, melihat-lihat apakah benda Mendra itu sudah sembuh atau belum, tangan yang sedang bergerak menggosok baju itu semakin lama semakin melambat, sorotan matanya tidak bisa menahan untuk tidak bisa menatapnya sampai melongo.
"Mendra, bendamu itu gimana kamu melakukannya, aku dengar orang desa bilang, kalau bendamu itu sudah tidak bisa digunakan lagi kan, dan kalau dilihat-lihat kenapa bisa lebih besar lagi daripada punya Markus!"
Dengan terkejut, wajah cantik Iristy, tertulis penuh dengan rasa kaget, ada apa dengan anak ini, kalau dilihat dengan seksama bendanya sama besarnya dengan mentimun di desa ini, membuat orang gemetaran.
Mendengar Iristy yang memujinya, dalam hati Mendra penuh dengan rasa bangga, lalu dia tertawa terbahak-bahak, dan berkata dengan pelan, "Kakak, aku kan sudah bilang padamu, aku sudah tumbuh besar, kamu masih tidak percaya, ini sih bukan palsu lagi kan!"
"Iya..benar-benar menjadi 'besar'ya...."
Dengan ekspresi wajahnya yang memerah, Iristy mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu sambil tersipu malu sambil melihat Mendra sekilas, dengan menawan berkata, "Mendra, kamu tumbuh begitu besar, apakah pernah tidur dengan seorang wanita?"
Dengan ekspresi malu, Mendra bergegas berkata, "Tidak, tidak pernah...."
Aduh, dia masih seorang pria yang lembut, dalam hatinya seketika merasa senang, Iristy sambil melihat Mendra sambil bergegas berkata dengan tersipu malu, "Kalau begitu apa kamu ingin tidur dengan kakak?"
"Aku..." Tertegun sejenak, Mendra masih mengira kalau dirinya salah dengar, lalu bertanya dengan terkejut, "Kakak, ini kamu sendiri ya yang bilang...."
"Iya, aku yang bilang sendiri..." kata Iristy bergegas menanggapinya, dengan wajah cantiknya yang memerah malu, sekarang dirinya sendiri hidup seperti seorang janda, kenapa tidak bisa mencari Mendra untuk menghibur diri sejenak, apalagi uang anak ini juga sangat banyak.
"Kakak, kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi..."
Hatinya seketika bergetar, Mendra yang awalnya energinya yang sudah menjulang tinggi mana bisa untuk menahannya lagi, diantara teriakan suara Iristy, dia langsung dengan sekali menariknya masuk ke dalam air, dengan tangan kasarnya langsung menuju ke arah dadanya dan menjelajahinya.
"Hmm..." Suara erangan yang tidak jelas keluar dari mulutnya, Iristy sudah sepanjang tahun ini tidak dihibur oleh orang lain, tubuhnya menjadi sangat sensitif.
"Mendra, hari ini..masa..masalah ini..jangan pernah kamu, mengatakannya ke siapa-siapa..."
"Kamu tenang saja, kak Iristy, aku ini tidak bodoh, masalah seperti ini, bagaimana mungkin aku mengatakannya ke siapa-siapa", kata Mendra dengan pelan, sambil tertawa pelan.
Masalah dirinya yang sudah pulih, dia tidak akan mungkin mengatakannya pada siapapun, aku akan dengan baik membuat si bajingan Markus itu, mendapatkan beberapa label nama yang buruk.
Saat, Iristy dan Mendra yang sedang melakukan ini itu di dalam sungai, dan di saat dia segera ingin melakukan hubungan itu, tiba-tiba, dari sebelah terdengar suara langkah kaki seseorang.
Ekspresinya seketika menegang, Iristy bergegas menepuk pundak Mendra, dan dengan gugup berkata, "Mendra, cepat, kamu cepat sembunyi, sepertinya Markus sudah pulang!"
Ha! Apa, Markus!
Seketika terkejut, Mendra bergegas melepaskan tangannya yang ada di tubuh Iristy, dan tidak ingin berhadapan langsung, jadi dia ingin bersembunyi.
"Mendra, cepat kamu masuk ke bawahku sini aku akan menutupimu", teriak Iristy yang terburu-buru, dengan wajah yang cemas.
Hanya cuma bisa seperti ini, dengan mengambil nafas dalam-dalam, Mendra yang seorang penyelam menyelam ke dalam sungai, dan berenang sampai ke bawahnya Iristy.
Kedua kakinya yang putih tinggi langsing itu menjepit leher Mendra, dan dia menurunkan rok panjangnya untuk menutupi kepala Mendra, celana dalam berwarna hitam muda itu, dalam sekejap terlihat semuanya.
Dengan ekspresi memandang lurus ke depan, wajah cantik Iristy dengan cepat kembali normal, tapi mati rasa di antara kedua kakinya itu, malah membuatnya agak merasa tidak nyaman.
......
"Eh? Iristy, apa yang kamu lakukan di dalam sungai?"
Saat ini Markus yang baru saja selesai rapat di kota, dan sekalian bermain dengan para gadis, berjalan ke tepi sungai. Lalu melihat Iristy yang sedang berdiri di dalam sungai dengan wajah yang memerah, dia langsung bertanya padanya.
"Uhuk uhuk...aku ini bukannya lagi cuci baju kan, tidak hati-hati, aku jatuh ke dalam sungai", jelas Iristy sambil menjelaskan, dengan wajahnya yang agak memerah.
"Oh...yasudah, kalau begitu aku akan menarikmu ke atas sini, ayo kita cepat pulang dan memasak, aku sudah hampir mati kelaparan."
Saat ini, Mendra yang sedang berjongkok di bawahnya Iristy, di dalam sungai ini, juga tidak bisa menahan dan mengeluarkan mulutnya, lalu ingin bernafas mengganti udara.
Tapi, lidah Mendra yang pintar itu, benar-benar dengan tidak sengaja malah menyentuh, daerah kedalaman sensitif, yang ada di antara kedua kakinya Iristy.
"Ah......" Seluruh tubuhnya bergetar, Iristy tidak bisa menahan untuk tidak mengerang.
Novel Terkait
Kembali Dari Kematian
Yeon KyeongLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyHalf a Heart
Romansa UniverseThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)