Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!

Tubuh ini tidak tahan untuk berputar sedikit, Novi hanya merasa tubuhnya sangat kaku dan kesemutan.

“Kamu sudah sadar ya....”

Merasakan pergerakan orang dipelukannya, Mendra bertanya kepada Novi.

“Iya... Terima kasih telah menolongku...”

Wajah Novi merona karena melihat pandangan mata Mendra yang tampak bersemangat.

Kepala menunduk, barulah sadar bahwa bagian dadanya yang putih bagaikan salju itu nongol semua karena tidak tertutup dengan baju yang sudah robek. Kedua gunung tinggi itu terlihat terang oleh pantulan cahaya.

“Apa yang sedang kamu lihat? Cepat tutup matamu!”, teriak Novi yang malu.

Mendra terbatuk sekali karena canggung dan menjelaskan, “Keke.. Cewek cantik, dengarkan aku. Ini tidak bisa menyalahkan saya, bajumu ini dirobek oleh pria tadi....”

Setelah selesai berbicara, Mendra tidak tahan untuk melihat sekali lagi ke arah situ. Wanita ini makan apa ya sehingga bagian itunya sangat besar, seperti roti kukus besar yang baru keluar dari kukusan yang membuat orang ingin meremasnya dengan kuat!

“Kalau begitu, bisakah kamu menurunkanku sekarang....”, kata Novi dengan wajah memerah kepada Mendra.

“Oh.. oh.. Bukan...”

Wajah Mendra juga memerah dan sedikit tidak tega menurunkan Novi. Tekstur kenyal yang dirasakan oleh tangannya membuatnya belum puas.

“Hey, ganteng! Siapa namamu?”, tanya Novi yang masih tersipu.

“Namaku Mendra. Bagaimana denganmu, cantik?”

“Aku... Namaku Novi... Kamu boleh memanggilku begitu...”

Melihat wajah Mendra yang penuh dengan aura pria yang jantan, jantung Novi tidak berhenti berdetak keras. Apakah ini sama dengan film action dimana kita harus membalas kebaikan pahlawan dengan tubuh ini....

“Kak Mendra, aku telah pulang!”

Saat ini, Angeline yang baru saja pulang dari membeli kain perban dengan cepat berlari kemari. Melihat Mendra dan Novi tersenyum dan bercanda dengan gembira, hati Angeline sedikit perih.

“Oh, Angeline, kamu telah kembali ya. Cepatlah mengobatiku...” Mendra tidak menyadari perubahan raut wajah Angeline dan langsung menunjukkan lengannya yang terluka.

Angeline pun berjalan dengan wajahnya yang murung ke samping Mendra dan memeriksa luka, Kemudian membungkusnya dengan kain perban.

“Ah, Mendra. Kamu, kamu terluka ya....”

Novi yang berada di samping Mendra melihat lukanya berkata demikian dan sedikit kasihan kepadanya.

“Huh! Bukankah ini karena menolongmu barulah Kak Mendra bisa terluka!”, jawab Angeline dengan ketus kepada Novi.

Dengan ekspresi yang penuh kasihan dan khawatir, Novi berkata, “Maaf ya, Mendra. Gara-gara menolongku, makanya kamu terluka begitu parah!”

“Tidak apa-apa, Novi. Ini hanya lukakecil, tenanglah... Angeline hanyalah hiperbola, jangan diambil di hati....”, kata Mendra kepada Novi sambil mempelototi Angeline.

“Tidak apa.. Apa yang dikatakan Angeline emang benar.. Kamu terluka karena aku. Bagaimana jika kalian datang ke rumahku, aku akan meminta ibuku memberimu sedikit uang sebagai tanda terima kasih...”, kata Novi.

“Tidak perlu, Novi. Ini memang sudah seharusnya. Sudahlah, cepatlah kembali ke rumah. Aku tidak mengantarmu...”

Mendra tersenyum tipis menolak permintaan Novi. Kemudian dia mengambil keranjang yang penuh dengan jamur yeshan dan ayam hutan, kemudian berkata kepada Angeline, “Ayo kita pergi, Angeline. Kta masih harus menjual habis ini semua untuk biaya sekolahmu!”

“Ya...”

Angeline memandang Novi dengan pandangan penuh kebencian. Dia tampak sengaja merangkul tangan Mendra.

“Tunggu sebentar!”

Melihat Mendra sudah mau pergi, Novi malah memanggilnya.

“Tunggu sebentar, apakah kalian datang ke kota untuk menjual barang dari gunung?”

“Benar. Mengapa?”

“Jika begitu, kamu ikutlah dengan saya. Di kota ini ada sebuah restorang Haiwang, itu merupakan restoran keluarga kamu. Kebetulan kami membutuhkan bahan dari gunung. Aku menjamin kamu akan puas dengan harganya!”

Hati Mendra seketika berseri. Dia pernah mendengar tentang restoran ,, itu merupakan restoran besar dan bernama. Kemudian setelah bertukar pandang dengan Angeline, keduanya mengangguk untuk pergi ke sana.

Mendra menatap Novi sambil berkata, “Benar-benar sangat berterima kasih padamu, Novi!”

“Untuk apa mengatakan ini. Mendra, kamulah yang menolongku. Jika tidak, mungkin aku sudah dikotori si brengsek itu...” Berbicara sampai sini, Novi masih saja merasa tidak nyaman.

“Hal kecil. Ayo kita pergi sekarang.”

Setelah tersenyum tipis, Mendra mengangkat keranjang dan tampak sangat bahagia. Sedangkan Angeline yang berada di samping tampak tidak senang.

“Aduh.. Mendra, kepalaku terasa sedikit pusing. Apakah kamu bisa menopangku?” Wajah Novi sangat merah, juga tidak tahu pusing benaran atau pura-pura. Novi terlihat sangat lemah.

“Hmm.. Baiklah...”

Mendra memberikan keranjang yang penuh dengan Ayam hutan ke Angeline yang bermuka pahit. Mendra segera menopang Novi. Baju bagian depannya masih saja hancur, kedua bola kenyal Novi menempel di lengan Mendra.

Hati bergelora. Beginilah Mendra menopang Novi dan berjalan ke arah restoran Haiwang.

.......

Melihat restoran Haiwang yang dihias begitu indah, Mendra pun segera menopang Novi masuk ke dalam.

“Novi!”

Baru saja masuk ke dalam restoran, seorang wanita dewasa memakai baju cheongsam ketat segera lari menghampiri mereka. Kakinya yang mulus dan panjang, ditambah lagi dengan stoking hitam yang membuat orang ingin mengelusnya sekali.

Melihat Novi yang ditopang Mendra, wanita itu segera bertanya, “Apa yang terjadi padamu, Novi?”

“Ma.. Huhu..”

Melihat ibu kandung sendiri, Novi lmendadak merasa sangat kasihan dan segera meraihnya.

Air matanya mengalir di bahu ibunya dan berkata, “Ma, si Victor memberikanku obat tidur. Jika bukan Mendra yang menolongku, mungkin anak perempuanmu ini sudah di.... Huhu...”

“Victor ini terlalu kelewatan. Kali ini aku akan menghabisi dia!”

Melihat Mendra dan Angeline yang berada di samping, wanita ini segera membungkuk kepada mereka. Dadanya yang mulus dan putih itu menimbulkan sebuah garis yang dalam.

Melihat itu, Mendra sedikit goyah. Kedua ibu anak ini sebenarnya makan apa, kok bisa keduanya sangat besar!

“Mendra, terima kasih kepadamu yang telah menolong Novi kami. Nantinya jika butuh bantuan, katakan saja!”

Melihat wanita itu menegakkan tubuh, Mendra segera memalingkan pandangannya dan berkata, “Tante, ini sudah seharusnya saya lakukan. Oh ya, Novi mengatakan bahwa disini membutuhkan bahan dari gunung?”

Tante?

Mendengar Mendra yang memanggil demikian, Tika tidak kuasa menahan tawa dan berkata, “Hehe, panggil saja aku Kak Tika. Jangan panggil tante, itu membuatku terlihat tua saja...”

“Kak Tika...” Melihat wajah Tika yang begitu tirus dan mulus, Mendra pun tidak tahan memanggil sekali lagi.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu