Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 49 Babak Terakhir (2)

Lestari pada saat ini juga merasakan gerakan pada tangan Mendra. Wajah cantiknya memerah dan dia tidak bisa tahan untuk melihat Mendra. Namun, apa yang dilakukan bocah ini sungguh membuatnya terasa nyaman.

Kaki kecil Lestari ini seakan sengaja menjelajah di atas selangkangan Mendra yang menjulang tinggi di balik celananya.

Besar sekali. Teman kecil Mendra ini benaran membuat orang terkjut. Ini masih dibatasi celananya dan bahkan sudah membuat orang terkejut. Jika benar-benar memainkannya, maka itu sungguh akan terasa seakan berada di surga.

"Kak Lestari, apa yang sedang kamu lakukan..."

Pikiran Mendra menjadi tidak stabil. Dia pun menatap wajah cantik Lestari yang terlihat genit sekaligus buram. Mendra pun tidak bisa menahan dirinya untuk mengatakannya keluar.

"Dasar bocah tengik. Sudah sampai saat ini, untuk apa berpura-pura, hah. Masih saja tidak segera datang kemari, bagianku itu sudah terasa sangat menderita."

Lestari menatap malu Mendra. Pada saat, Lestari juga berada dalam masa sulit menahan hawa nafsunya. Kaki kecil yang halus itu semakin bersemangat menjelajahi bagian yang mengangkat tinggi ke atas.

Lestari dengan lembut menjepit barang panas yang membuatnya ketakutan itu. Dia pun tidak bisa menahan dirinya untuk menggosoknya naik dan turun.

Ssst! Mendra tiba-tiba menghirup udara dingin. Dia hanya merasakan panas di seluruh tubuhnya. Teman kecilnya pun semakin lama berdiri semakin tegak.

"Um... Ah... Mendra... Nyaman tidak, ahh..."

Lestari pun tidak bisa menahan erangannya. Wajah cantiknya memerah, pandangannya kabur dan mulutnya bergumaman dengan suara pelan.

Melihat Lestari yang terangsang, Mendra pun tidak bisa menahan hawa nafsunya, dan dirinya langsung menerkamnya.

......

Lestari terbaring rata di tanah. Pakaian kedua orang ini terlepas dan berserakan di atas rumput. Tubuh putih dan lembut Lestari terlihat di hadapan Mendra.

Tangan besar dan kasar itu menjelajah ke dua gundukan di dada Lestari. Jari-jari Mendra menjepit ke dua titik kecil itu, lalu pelan-pelan mengusapnya.

"Hmm... Mendra ... Ahh..."

Wajah Lestari memerah dan dia pun tidak bisa menahan erangannya.

Mendra terkekek-kekek. Mulut kecilnya mengarah ke dua bundaran yang montok dan lembut itu, menggigitnya.

"Ah... Um..."

Gesekan gigi itu membuatnya merasa semacam gatal sekaligus mati rasa yang luar biasa, dimana membuatnya tidak bisa menahan keinginannya untuk menjerit keluar. Kaki ramping pun tidak bisa tahan untuk menjepit lebih erat dan perasaan malunya telah melonjak keluar.

Kedua tangan Lestari pelan-pelan menjelajahi pinggang Mendra. Tangan lembut itu dalam sekejap langsung masuk ke dalam Mendra.

Hah! Besar sekali! Setiap kali dirinya menyentuh teman kecil ini, hati gadisnya langsung bergetar. Bagaimana bisa teman kecilnya ini bisa tumbuh begitu besar.

Wajah Lestari memerah. Dia dengan tidak sabar langsung menaikannya. Semenjak Jack lumpuh, dia sudah lama sekali tidak menjadi seorang wanita. Hari ini, dia dan Mendra berada di atas gunung lagi. Kesenangan dan rangsangan yang didapat dari kegiatan selingkuh ini membuat tubuh Lestari bersemangat.

Pinggang Mendra pun terjepit di antara kaki rampingnya. Miss V-nya lestari dari awal telah membasah.

"Mendra, cepatlah berikan ke kakak ipar. Aku sudah tidak tahan lagi."

"He he..."

Mendra menyeringai nakal sambil menatap wajah malu Lestari. Dia seolah-olah sengaja menggosok-gosok lubangnya, tetapi tidak memasukannya ke dalam.

"Ah..." Pandangan Lestari kabur dan bibir merah seksinya mendesah. Tubuh terasa begitu panas dan terasa akan segera menyiksanya gila.

"Mendra... Ahh... Jangan bermain-main dengan kakak ipar... Cepatlah masuk, ah..."

Kaki ramping menjepit kuat Mendra dan bagian bawah perut Lestari memaksa untuk memasukannya. Barang yang besar dan panas itu menusuk masuk bersamaan dengan bagian basahnya.

“Ahh!”

Tubuh Lestari menjadi tegang dan bergetar. Seluruh hatinya telah dipenuhi oleh Mendra, dimana perasaan kepenuhan itu benaran terasa sangat indah. Bahkan sebelum Jack menjadi lumpuh, perasaan itu tidak sebanding dengan apa yang dibawakan Mendra.

"Mendra... teman kecilmu ini besar sekali... Cepatlah berikan semuanya ke kakak ipar..."

Tubuh Lestari sedikit bergetar. Wajah cantiknya pun terlihat penuh dengan kepuasan.

"Kakak ipar, kalau begitu aku akan memulaikannya..."

"Yah... Mendra... nanti kamu pelan sedikit, ya. Bendamu itu terlalu besar, kakak ipar takut tidak bisa tahan..."

Wajah Lestari memerah, memandang Mendra dengan tatapan malu sambil mengatakan bahwa teman kecilnya itu masih tidak bisa dimakan sepenuhnya oleh Lestari.

"He he... aku tahu... Kak Lestari…”

Mendra menyeringai nakal, berbaring di atas di tubuh indah Lestari, perlahan-lahan mengguncang tubuhnya.

.........

“Fiuh....”

Lestari menghela napas panjang. Tubunya pun berbaring malas di atas tubuh Mendra, memandangnya dengan pandangan kabur. "Mendra, bagaimana bisa teman kecilmu itu tumbuh begitu besar, hah. Kakak ipar hari ini telah dibuat sengsara olehmu."

"He he..."

Mendra menyeringai nakal. Ketika dia ingin menggoda Lestari, tiba-tiba, wajahnya tertegun. Terdengar suara derap langkah kaki yang berjalan kemari.

"Ibu, Kak Mendra, apakah kalian di sini?”

Angeline, yang baru saja selesai memetik jamur liar, berlari kemari dengan memikul sekeranjang penuh jamur liar.

"Kak Lestari, cepatlah bangun. Angeline tampaknya akan datang kemari..."

Mendra tampak tegang. Dia pun segera menarik keluar dari tubuh Lestari dan wajahnya tampak sedikit panik. Jika dia tahu bahwa dirinya telah melakukan hal ini dengan ibunya, maka mereka berdua tidak akan bisa bertemu lagi.

Lestari juga tampak sangat panik. Tanpa mempedulikan gumaman air mengalir di sana, dia segera bangkit berdiri dan mengenakan pakaian dengan panik.

"Kak Lestari, aku akan pergi menghentikan Angeline. Kamu pakailah pakaianmu dan cepatlah keluar." Melihat Lestari yang panik dan dua gundukan di dadanya yang terus berkeliaran, Mendra pun tidak bisa menahan dirinya untuk menangkapnya.

Angeline memelotot malu Mendra. Dia juga tidak punya waktu untuk beribut dengan Mendra. Dia pun dengan panik mengenakan pakaian dalamnya, menutupi pemandangan kedua bagian itu.

Mendra diam-diam menghela napas sambil cepat-cepat mengenakan pakaiannya. Dia pun segera berjalan menuju Angeline sambil memikul keranjangnya.

..........

“Angeline, di sini!”

Begitu berjalan ke lerengan pegunungan, Mendra melihat Angeline tergesa-gesa berjalan menuju kemari.

"Hei, Kak Mendra, lihat aku telah memetik sebanyak ini!"

Angeline tergesa-gesa berlari menuju Mendra. Dia dengan bangga menggoyang keranjang yang dipikulnya.

Pandangannya memanas. Ketika Angeline memamerkan dirinya, dua bundar daging lembut yang masih dalam masa pertumbuhan itu ikut menggoncang ke atas dan bawah.

"Angeline, kamu hebat sekali, ya!” Mendra tersenyum tipis sambil mengatakannya dengan pelan.

"Mendra, Angeline, ayo kita pergi sekarang. Sore, kita akan pergi ke Markas Brigade untuk memilih Direktur Komite Federasi Wanita."

Pada saat ini, Lestari, yang baru saja selesai mengenakan pakaiannya, pelan-pelan berjalan kemari dari belakang batu. Wajah cantiknya masih agak memerah, dimana menunjukkan bahwa sisa kehangatan dari kejadian barusan masih belum reda.

Mendra tersenyum nakal, menatap wajah cantik Lestari yang memerah dan cara jalannya yang agak aneh. Dia pun tidak bisa menahan dirinya dan tertawa.

"Kak Lestari, bagaimana kalau kamu pulang dan istirahat dulu? Aku dan Angeline pergi pun sudah cukup, kok."

"Eeh... Kalau begitu baiklah. Kalian berhati-hatilah di jalan..."

Setelah memikirkannya, Lestari segera menyetujuinya. Kedua kakinya, yang telah berguling kesana kemari ketika bersama Mendra, terasa agak pegal dan sakit. Jika dia berjalan ke dalam kota, maka dia benaran tidak bisa berjalan terlalu banyak!

"Yah. Kalau begitu kamu harus cepat kembali untuk beristirahat. Kak Lestari, aku dan Angeline akan langsung pulang setelah menjual semuanya.”

Dengan senyum tipis, Mendra mengambil keranjang dari tangan Lestari, menggandeng tangan kecil Angeline, dan segera berjalan menuju ke kota.

................

Beberapa saat kemudian, Mendra dan Angeline sedang berdiri pintu depan restoran Haiwang.

"Kak Mendra, akhirnya kita telah tiba..."

Wajah Angeline agak memerah. Melihat keringat di dahi Mendra, dia langsung mengeluarkan selembar tisu dari sakunya, membantu menyeka keringat Mendra.

Hati Mendra menjadi hangat. Melihat wajah cantik Angeline yang tampak serius menyeka keringatnya, Mendra pun jadi ingin menciumnya sejenak.

"Mendra! Sejak kapan kamu datang?" Tiba-tiba, terdengar seruan terkejut Novi dari suatu kejauhan.

Mendra mendongak kepalanya, mendapatkan Novi yang berjalan keluar dari restoran. Dengan senyuman tipis, Mendra dengan suara pelan berkata, "Yah, bukankah ini demi mengambil jamur liar. Apakah rumah kalian masih menerimanya?"

"Terima, kok. Terakhir kali Master tidak berhenti memujimu. Dia mengatakan bahwa jamur liar yang kamu kirim itu lezat. Jika ada, dia akan mengambil semuanya!"

Novi menyipitkan matanya dan hatinya pun terasa semakin bahagia begitu melihat Mendra. Semalam dia bahkan memimpikan Mendra dan keduanya masih melakukan beberapa hal yang tak terlukiskan. Ini bisa dikatakan sebagai gadis yang mulai jatuh cinta. Mendra adalah penyelamatnya dan di hati Novi pun telah terukir sosoknya Mendra.

"Bernahkah! Aku telah mengambil banyak sekali ini. Kamu mau melihatnya?"

"Boleh. Mendra, kamu ikutlah denganku…”

Novi tertawa kecil dan tersenyum, lalu segera membawa Mendra dan Angeline masuk ke dapur belakang.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu