Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 23 Surat Perceraian!
“Hah? Mendra, apa yang kamu katakan sekarang ini?”, tanya Hendra dengan raut yang membingungkan kepada Mendra.
“Huh!”
Setelah itu, Mendra berteriak kepada Hendra, “Kak, apakah kamu mengira aku tidak melihat kejadian hari ini? Kamu keluar dan melakukan hal seperti ini, apakah kamu tidak takut menyakiti hati kakak ipar?”
“Mendra, kamu masih kecil. Masih banyak hal yang tidak kamu mengerti. Pria keluar bermain, bukankah ini hal yang sangat wajar? Lagipula, kakak iparmu juga tidak tahu hal ini.”
Hendra yang melihat Mendra yang sangat emosi itu, dia sudah tahu bakal parah.
“Hendra, kamu yang melakukan hal ini, apakah ada muka menghadapi kakak iparku!” Melihat kakaknya yang tidak serius, Mendra yang emosi langsung memanggil namanya.
“Tadi kamu memanggilku dengan sebutan apa? Mendra, kamu yang tidak berguna ini, sudah berani bertingkah ya. Apakah begini caranya kamu berbicara dengan kakakmu!” Hendra dengan alami dibuat marah dengan perkataan Mendra.
“Kamu mengira bahwa aku tidak bisa melihat bahwa kamu mempunyai rasa kepada Ayu? Dasar tidak berguna! Apakah kamu akan menikahinya jika aku menceraikannya?”
“Ya, benar!”, jawab Mendra dengan pandangan serius kepada Hendra.
Melihat pandangan Mendra yang begitu serius, Hendra pun terbengong. Seketika dia merasa bahwa dulunya dia telah menganggap remeh adik kecilnya ini...
“Baiklah, br*ngs*k. Kamu benar-benar telah dewasa.”
Raut wajah Hendra berubah serius dan menepuk bahu Mendra dengan berat. Setelah menatapinya beberapa saat, dia pun pergi meninggalkannya.
“Kak, mau kemana dirimu?”, panggil Mendra dengan buru-buru karena kakaknya yang pergi tanpa berkata apapun.
“Aku mau pergi ke halte, nantinya kamu yang menjaga kakak iparmu ya... Oh iya, sekarang harusnya aku memanggilnya Ayu, bukan...” Hendra tertawa sendiri kemudian lanjut berkata, “Oh iya, kamu pulang dan katakan padanya bahwa aku dan dia tidak ada hubungan sama sekali. Terserah dia mau berbuat apapun nantinya!”
Setelah selesai berkata demikian, Hendra berbalik dan berjalan menuju halte bus kota. Sebenarnya, kepulangan dia kali ini sebenarnya ingin membicarakan perceraian dengan Ayu.
Ada seorang janda kaya yang jatuh hati kepada Hendra yang kekar ini, namun dengan syarat Hendra harus bercerai dengan Ayu. Jika tidak, jangan harap Hendra bisa menggunakan uang janda itu sepeser pun.
Awalnya masih berpikir bagaimana mengatakannya. Siapa yang tahu bahwa Mendra si bocah ini malah berani datang ke kota mencarinya. Lagipula dirinya tidak menaruh perasaan apapun kepada Ayu, jadi biarkanlah mereka berkembang. Juga tidak tahu, itunya tidak berguna lagi dan bagaimana pulak dia berhubungan dengan Ayu?
Hendra pun mengeluarkan surat perceraian dari dalam kantongnya dan melemparkannya ke bawah kaki Mendra dan berkata, “Pulang dan suruhlah kakak iparmu tanda tangan di atasnya, setelah itu kami berdua tidak akan ada hubungan apapun lagi. Nantinya terserah bagaimanapun kamu bermain dengan kakak iparmu, tidak akan ada apa-apa!”
Mendra pun perlahan memungut surat perceraian dari lantai. Hatinya sedikit senang dan segera mengantonginya.
Melihat kakaknya yang biasa saja, ini membuat Mendra menjadi sedikit emosi. Jangan-jangan kakak ipar dengan kecantikan yang luar biasa itu, tidak berharga sedikit pun di mata kakaknya?
“Sudahlah, aku sudah mau pergi. Jika tidak pergi lagi, aku tidak sempat mengejar mobilku. Nantinya, kamu hiduplah bersama Ayu, jaga dia dengan baik....”, kata Hendra ke Mendra yang berada di sampingnya. Setelah selesai, dia langsung bergegas naik ke bus dan tidak menoleh ke belakang.
“Aku akan menjaga dia dengan baik. Kamu tenanglah!”, ini merupakan sumpah di dalam hari Mendra sembari melihat bayangan kakaknya yang kian menjauh.
Dia megambil napas panjang kemudian terpikir dengan Angeline yang menunggunya untuk pulang bersama. Dia pun membereskan pemikirannya dan berlari menuju tempat perjanjian mereka.
.......
“Kak Mendra, kemana perginya dirimu? Mengapa sangat lama kembali?”, kata Angeline yang melihat bayangan Mendra yang datang.
Sambil tersenyum, Mendra dengan canggung memegangi kepalanya dan dengan pelan berkata, “Tadi bertemu dengan sedikit masalah. Ini sedikit memperlambat, maaf ya....”
“Huh!” Wajah Angeline memerah karena marah, dengan tersipu berkata, “Kak Mendra, jangan-jangan kamu pergi ke salon untuk bermain cewek....”
“Mana ada, mana mungkin aku kembali ke tempat seperti itu. Dan lagipula, aku juga tidak memiliki banyak uang, kamu tahu itu.”, kata Mendra yang menjelaskan dengan buru-buru.
“Baiklah....” Angeline mengangguk, lalu raut wajahnya berubah dan tiba-tiba menghela napas dan berkata, “Hey... Kak Mendra, lihatlah aku yang tidak memiliki cara mendapatkan uang. Kemana aku bisa mendapatkan uang untuk sekolah.....”
Melihat Angeline yang menghela napas, Mendra tidak tahu bagaimana menghiburnya. Dia kemudian menepuk pelan punggungnya dan dengan pelan berkata, “Ayo, janganlah bersedih lagi Angeine. Kak Mendramu ini akan membawamu pergi makan yang enak!”
“Benarkah!” Wajah Angeline langsung berseri ketika dikatakan ingin pergi beli makan yang enak.
“Ya...” Mendra mengangguk, kemudian terpikir dirinya yang berjanji membelikan vanishing cream untuk Lestari. Kebetulan ditangannya ada beberapa puluh ribu, seharusnya cukup.
Satu tanganMendra menarik tangan kecil Angeline dan masuk ke dalam Mall kota.
Wajah merona, namun Angeline tidak melepaskan genggaman Mendra. Tangan yang kecil dan lembut, dipegang juga sangat nyaman.
.......
Mendra mengambil dua buah vanishing cream. Kemudian melihat Angeline yang mengambil beberapa jajanan murah, hatinya sedikit iba kepadanya. Dia lalu mengambil beberapa bungkus kerupuk dan meletakkannya di tangan Angeline.
“Kak Mendra, sudahlah, barang-barang ini sangat mahal.....” Angeline sibuk mengembalikan kerupuk itu kembali ke estalase.
“Ambillah, Angeline. Kalau segini saja, Kak Mendramu ini masih mampu kok.....” Mendra bersikeras memberikan kerupuk itu kepada Angeline.
Wajah Angeline memerah, karena tidak bisa menang darinya, dia pun mengambil sebungkus kerupuk itu.
Setelah pembayaran di kasir, kantong Mendra hanya tersisa beberapa uang logam saja. Keduanya bergandengan tangan terlihat seperti sepasang kekasih muda, yang kemudian berlari kecil menuju jalan ke rumah..
......
“Ibu, aku telah pulang!”, teriak Angeline ketika sampai di rumah.
“Kalau sudah pulang ya pulang, untuk apa kamu berteriak. Seperti cewek gila saja, nantinya siapa yang mau denganmu.”, kata Lestari yang keluar dari rumah.
“Kak Lestari, ini vanishing cream kamu.” Mendra dengan cepat mengeluarkan vanishing cream dari kantongnya.
Lestari dengan tersipu menatap Mendra, kemudian dengan manja berkata, “Mendra, terima kasih ya. Ini kakak akan masuk ke dalam mengambil uang untukmu.”
“Tidak perlu kak, tidak seberapa.”, kata Mendra.
Wajahnya memerah, kemudian sambil menatap Mendra berkata, “Terima kasih, Mendra. Kalau tidak, nanti kamu bantu kakak mengoleskannya ke tubuh kakak. Kakak sedikit tidak bisa menjangkaunya....”
Novel Terkait
Love In Sunset
ElinaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongThat Night
Star AngelLelaki Greget
Rudy GoldMy Goddes
Riski saputroDewa Perang Greget
Budi MaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)