Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 15 Kakak Sudah Datang?
"Iristy, bagaimana keadaanmu ? tak apa, kan ?
Markus yang berdiri di tepi sungai menatap Iristy dan segera berteriak, dia mengira Iristy terkilir lalu bertanya ragu.
"Tak apa-apa... " Wajahnya merona malu, Kaki putih dan lembut Iristy tidak bisa menahan penjepit. Kebetulan ia tertahan kepala Mendra, sehingga menjepit Mendra di posisi yang sangat awkwrad.
"Lupakan, aku datang bantu kamu menarik ke atas. "
Markus menatap Iristy dengan pandangan muak. Meskipun ia tidak memiliki banyak perasaan padanya, tapi bagaimanapun dia adalah iparnya, Tidak baik bagi orang luar untuk melihat bahwa ia seorang kepala desa yang bergosip.
"Jangan!”
Wajahnya segera memerah, Iristy segera berhenti memanggil Makrus.
Pada saat itu di bawah rok masih ada Mendra yang berlutut, Jika Markus melihat ini, berakhir sudah.
"Ada apa, Iristy, aku menarikmu ke atas, mengapa masih tak mau?" Raut wajahnya kebingungan, ada sedikit keraguan di ekspresi wajah Markus.
"Eh, bukan, aku belum selesai cuci pakaian ini... "
Wajahnya tersipu malu, Napas panas dari mulut Mendra menyentuh sepasang kaki putih Iristy. Perasaan melemas dan mati rasa membuatnya menjadi gila.
"Oh, kamu cuci yang cepat. Ngomong-ngomong, Iristy, ketika aku pergi ke kota untuk pertemuan hari ini, coba kamu tebak aku melihat siapa?" Tertawa nakal, Markus tampak sangat misterius.
"Siapa itu? " wajahnya keheranan, Iristy tidak bisa menahan untuk bertanya.
"Haha... aku bertemu kakak Markus, Hendra! "
Hati Mendra yang berada di bawah Iristy mendadak bergetar.
Kapan kakak tertua kembali, Dia masih bekerja di luar, dan Ini bukan musim panen. Apa yang dia lakukan atas kembalinya dia?
Ia bergumam dengan suara pelan, Mendra menggelang-gelengkan kepalanya.
Iristy merasakan gesekan antara rambut Mendra dan pahanya, yang gatal dan mati rasa. Selain itu, Markus masih di tempat, yang membuatnya merasakan kenikmatan belum pernah terjadi sebelumnya.
"Apa yang aneh? Mungkin dia kembali untuk menengok istrinya." Wajahnya merona, Iristy berbicara dengan suara lembut.
"Ha ha... "
Markus terkekeh, menatap Iristy dan melanjutkan pembicaraan: "Kalau dia benar-benar kembali, melihat ibu mertuanya saja sudah cukup. Aku lihat dengan mataku sendiri Hendra berjalan ke sebuah salon di kota dan berhubungan dengan bos perempuan di dalamnya. Kelihatannya akan ada perzinahan!"
Mendra yang berjongkok di bawah tubuh Iristy juga terkejut ketika mendengar hal itu.
Dia juga tahu bahwa ada begitu banyak wanita di Salon di kota. Paling dia hanya menatap pintu untuk melihat-lihat, tetapi dia tidak berharap bahwa kakaknya akan sedemikian mengecewakan, dia pergi ke tempat seperti itu untuk bermain.
"Sungguh atau bohong, kamu jangan berbicara sembarangan tentang ini, kalau kamu membiarkan Ayu tahu tentang hal itu, dia akan begitu marah!" Wajahnya datar, Iristy nampak sedikit tidak percaya.
"Sungguh, aku lihat dengan mataku sendiri, bos dari toko tukang cukur, aku pernah berurusan dengannya dulu... "
"Hum! kamu masih punya muka untuk bicara hal itu, bukannya kamu bos wanita itu, itu tidak lazim..."
Ia tersenyum, kesadaran Markus kembali lagi. Tadi dia hanya sedikit gembira, dan bahkan mengatakan hal ini pada orang tuanya juga.
"Bagaimana aku bisa kembali ke tempat seperti itu? Bagaimanapun aku ini seorang kader, kan? Ayo, Iristy, aku bantu cuci pakaian... " Markus segera menghentikan tawanya, dan dengan cepat berjalan ke sungai, berpikir untuk mengubah topik.
Memelototinya tidak senang, Irity menatap Markus kesal dan berkata dengan nada marah, "bagaimana bisa? Kamu itu kader besar, bagaimana caranya aku berani membantu kamu? Kemu lebih baik segera pulang..."
"Oh... oke, kalau begitu aku pergi, cepat selesaikan cucian, aku belum makan malam." Markus tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia berbalik dan berjalan dan segera pulang.
"Ya...”
Melihat Markus pergi, Iristy tidak bisa menahan malunya. Wajah cantiknya memerah. Dengan dia cepat membuka roknya dan menarik Mendra yang berjongkok di bawahnya.
"Mendra, cepat bangun, Markus udah jauh... "
Ia berdiri dengan cepat, Mendra menghirup udara segar. Baru saja ia berada di bawah Iristy disembunyikan.
Tatapannya bergairah, Mendra menyadari pakaian Iristy telah basah karena air sungai, cekungan dan cembungan di tubuh putihnya nampak timbul.
Memandangi wajah yang merona malu Iristy, Mendra yang bernafsu tubuhnya memanas, panas yang belum pergi tadi perlahan naik kembali.
Wajahnya merah padam, Iristy mendadak menyadari maksud pandangan Mendra. Tapi dia telah terganggu oleh Markus dan kehilangan minatnya.
Jarinya menusuk dahi Mendra lembut, dan berkata dengan suara halus, "Mendra, mari kita lupakan hari ini, aku bebas di malam hari, aku akan pergi cari kamu... "
"Benarkah... "
Tertawa malu, Iristy menatap Mendra dan mengangguk.
Hatinya bahagia, Mendra segera membantu Iristy dengan pakaiannya di dalam air, takut orang lain akan melihat kesalahpahaman, Mendra hanya mengantarnya sampai ke gerbang desa. Mereka sepakat untuk bertemu lagi ketika mereka punya waktu, sehingga masing-masing kembali ke rumah.
Dalam perjalanan pulang, Mendra kembali memikirkan kata Markus. Haruskah ia mengatakan pada kakak iparnya tentang kembalinya kakaknya.
Perlahan ia membuka pintu, Mendra segera masuk.
"Mendra, kamu sudah pulang, cepat cuci tangan, bersiap makan... " Ayu yang baru saja selesai masak menyapa dengan hangat.
"Ya, aku datang kakak ipar... " Mendra menjawab dengan terburu-buru.
Lupakan saja, aku akan menceritakan tentang hal itu ketika ada kesempatan. Besok, jika kakak tidak datang kembali ke rumah, aku akan pergi ke Toko Tukang Cukur di kota.
Setelah mencuci tangannya dengan air jernih, Mendra merapikan penampilannya dan berjalan ke dapur.
"Omong-omong, Mendra, setelah makan malam, kamu bantu kakak menggosok punggung, kakak berkeringat banyak hari ini, dan tubuh kakak lengket." Saat makan Ayu mengatakan sesuatu dengan dingin.
"Ha? "
Hatinya terkejut, Mendra tidak bisa mengontrol pikirannya untuk berfantasi liar.
Wajahnya sedikit merah, Ayu kesal dan memberikan Mendra tatapan angkuh, dan berkata sambil berpura-pura marah, "Apa pendapatmu, anak bodoh? Lenganku tak cukup untuk meraihnya, kalau kamu tak mau, lupakan saja! "
"Mau kak, tentu saja mau kakak ipar! " pikirannya bereaksi, Mendra dengan cepat berbicara.
Setelah makan malam Ayu membersihkan dapur dan berjalan menuju kamar mandi dengan handuk.
Byur..
Air mandi menyemburkan air panas, mengenai tubuh halus Ayu yang proporsional. Kulit putihnya yang lembut menarik berubah merah muda, dan rambut panjang yang indah itu membalut bahunya, memberikan Ayu beberapa kecantikan dipemandangan yang tidak jelas.
"Mendra, kamu belum datang juga, gosok punggungku... "
Novel Terkait
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeWonderful Son-in-Law
EdrickLove and Trouble
Mimi XuKisah Si Dewa Perang
Daron JayPerjalanan Selingkuh
LindaHanya Kamu Hidupku
RenataMy Enchanting Guy
Bryan WuKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)