Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 36 Kecanduan Berjudi
“Aku memaafkanmu sekali, melepaskanmu pergi.”
“Aku bebas datang dan pergi, di dunia ini tidak ada yang bisa menghentikan, kamu termasuk barang apa, apakah layak untuk memerintahku?” Danang memandangnya dengan sangat datar, mengulurkan dua jari : “Aku bisa menyetujui permintaanmu, tetapi mari kita bicarakan hal yang tidak menyenangkan dulu, jika aku menyembuhkannya, kamu bisa melumpuhkan satu tangan pergi dari New York, atau pergi menyerahkan diri.”
“Ah, nada bicaranya benar-benar gila, jika kamu memiliki kemampuan itu baru dibicarakan lagi.”
Danang juga tidak bertele-tele, tangannya memilih jarum halus, menusuk masing-masing titik betis tungkai bawah kakek tua dan lubang kaki sendi siku tungkai atas, dirangsang dengan teknik yang aneh, dengan bantuan energi vital yang asli.
Tidak lebih dari tiga menit, Danang menyimpan jarum.
“Aku masih mengira kamu memiliki trik besar yang mengejutkan, ini adalah trik untuk menipu anak-anak, juga berani ditunjukkan, benar-benar tidak tahu diri.” Dokter Vosh tidak melihat trik lainnya, dalam hatinya menganggap Danang sebagai orang yang bodoh.
Danang malas mempedulikannya, meminta kakek tua mencoba lompat dan merasakannya.
“Sialan, tidak sakit dan juga tidak gemetar lagi!”Orang tua itu bersemangat, yang paling mengerti tubuh sendiri adalah diri sendiri, dia seperti sudah mengganti sepasang sendi baru.
“Tidak mungkin.”
Senyuman Dokter Vosh hampir menjadi kaku, matanya berbalik : “Aku sudah tahu, kalian berdua berkolaborasi untuk datang berakting kan.”
“Berakting kepalamu!” Beberapa teman kelas kakek itu saat muda juga pernah bergabung, biasanya terlihat lembut, saat marah masih memiliki sedikit perilaku pada saat itu.
“Dokter dewa, kamu adalah dokter dewa kecil.” Kakek tua meraih lengan Danang, dengan air mata mengenang dimatanya, penyakit ini sudah menyiksa dia selama bertahun-tahun, dia tidak pernah berpikir bahwa ada hari dimana dia bisa sembuh.
Dokter Vosh melihat situasi tidak baik, memberi perintah : “Bawa pembuat masalah yang gila ini pergi.”
Beberapa petugas manajemen kota hanya pekerja sementara, sudah menerima bayaran dari Dokter Vosh tentu saja harus menyelesaikan masalah untuknya, berdiri tegak dan bergegas maju.
“Persetan, memiliki kemampuan jadi bisa melakukan apapun seenaknya saja, aku tidak percaya, kamu coba saja bertindak. “Kelompok pasien yang dipimpin oleh kakek itu berinisiatif membantu, para petugas tidak berani gegabah.
Danang mendekati Dokter Vosh dengan satu tangan disakunya : “Katakan, menyerah atau melumpuhkan tangan.”
Situasi saat ini tidak menguntungkan terhadap Dokter Vosh, membuat masalah menjadi besar belum tentu dia bisa mengatasinya, tentu saja tidak bisa menyerahkan diri, begitu dia membuka mulut akan sama saja dengan dia mengakui bahwa dia menjual obat-obatan yang kedaluwarsa, dia tidak tahan dengan tuduhan itu.
“Tanganku disini, jika kamu berani coba saja sentuh !” Dokter Vosh berpikir ingin menyingkirkan masalah ini sendiri, dia tidak percaya Danang bisa melumpuhkan tangannya dibawah mata semua orang.
“Karena kamu telah mengajukan permintaan dengan tulus, maka aku berwelas kasih memuaskan kamu. “pergelangan tangan Danang bergetar, menembakkan jarum halus, menusuk pergelangan tangannya.
“Persetan kamu diam-diam melukai orang! “Tangan kanan Dokter Vosh mati rasa sementara waktu, tidak bisa diangkat, dia ingin mencabut jarum halus itu, kata-kata Danang terdengar: “Sekarang hanya kaku saja, jika dicabut tangan kamu akan cacat, beri kamu kesempatan untuk menyerah, setelah memikirkan dengan baik datang cari aku.”
Bukti tertulis maupun bukti barang semuanya ada, Danang tidak takut dia kabur, juga tahu dia tidak berani kabur, kecuali dia bersedia menjadi pria berlengan satu.
Begitu Danang pergi, dua pasien itu juga ikut pergi, ingin meminta dokter dewa kecil ini membantu mereka juga.
Moshina berdiri dipintu, memegang teropong untuk mengamati situasi disisi seberang, melihat Danang membawa sekelompok pelanggan kembali dia tersenyum riang.
Danang menggunakan teknik akupuntur untuk menghilangkan setengah dari penyakit pasien, membiarkan mereka minum obat Cina yang diresepkan oleh Moshina, dengan begitu maka sudah membantu orang dan juga menghasilkan uang.
Dokter Vosh disana sedang jungkir balik, dia tidak pernah menyangka tangannya diikat dan menunggu ditangkap, meminta orang menyingkirkan semua obat yang sudah kedaluwarsa, mewaspadai diserang balik oleh Danang.
Mengenai jarum yang ada dipergelangan tangan, dia tidak mendengarkan saran dan menarik membuangnya, tiba-tiba tangan kanannya seperti tidak berdaya, dia juga tidak menganggapnya serius.
“Kakak, aku tidak bisa menerima hinaan ini, persetan, aku pergi mencari beberapa orang kejam untuk menghancurkan tokonya!” Sabby masih merasakan sakit dilengannya, keringat dingin didahinya.
"Otakmu sudah cacat, sudah zaman apa masih saja merusak toko.” Dokter Vosh menggunakan tangan kiri memijit tangan kanan, setelah merenung sejenak, matanya tiba-tiba bersinar : “Aku hampir melupakan suatu hal yang penting, bajingan itu hanya seorang pekerja tidak terampil di Bubble Tea, dan bukan seorang dokter, bahkan tidak memiliki sertifikat kualifikasi medis, masih berani belajar menyelamatkan hidup dan mengobati yang terluka, saat dia membuka bisnis, aku akan mengirim salam kesana…..”
Melinda baru-baru ini terobsesi dengan perjudian, memenangkan uang selama tiga hari berturut-turut, bermain semakin lama semakin besar, dari awal mulai dua atau empat ratus ribu hingga dua atau empat juta.
Beberapa malam ini dia bermimpi bertarung dengan orang lain, uang ini terlalu enak didapatkan.
Setelah beberapa percobaan, bibi Niu mengajarkan dia trik untuk memenangkan uang 100%, itu adalah lemparan ganda, misalnya taruhan pertama adalah dua juta, jika menang terus lanjut dua juta, jika kalah taruh empat juta, kalah lagi taruh delapan juta, begitu seterusnya.
bibi Niu memberitahu dia bahwa metode lemparan ganda ini hanya cocok untuk orang-orang yang memiliki dana cukup, selama kamu memiliki dana untuk bertahan, didepan kalah beberapa kali juga tidak masalah, jika diakhir bisa menang itu sudah stabil, menurut argumen bibi Niu dan eksperimen pertama Melinda sendiri, setelah menghafal ide itu, dalam lima kali pasti bisa menang sekali.
bibi Niu bermain seperti itu, dibandingkan Melinda dia bermain lebih besar, tiga hari berturut-turut dia memenangkan beberapa ratus juta rupiah, dia membeli tas bermerek untuk diri sendiri, mengatakan bahwa wanita cantik adalah wanita yang mandiri, kebebasan finansial adalah tujuan akhir wanita.
Melinda sangat iri, tentu saja dia juga memiliki kecurigaan, mereka yang setiap hari memenangkan uang lalu bagaimana dengan orang kalah.
Novel Terkait
Menaklukkan Suami CEO
Red MapleCantik Terlihat Jelek
SherinLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieUnplanned Marriage
MargeryThe Revival of the King
ShintaMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan