Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
Setelah meninggalkan kamar, Danang langsung menelpon ke Tuan Aji untuk memverifikasi situasi, Tuan Aji menjamin kepada Danang bahwa masalah ini pasti akan terurus.
Dalam waktu beberapa menit, Vanesa menerima telpon Sumitro. Di dalam telpon, Sumitro tertawa dengan senang: "Sasa, kamu ini memang. Ada koneksi semacam ini juga tidak beri tahu ayah, kamu membuat ayah khawatir"
"Koneksi apa?"
"Aku baru saja menerima kabar bahwa pada saat Selina membawa orang rumah sakit untuk melihat pabrik dan menegosiasikan kontrak pembelian, orang itu mengatakan bahwa mereka hanya akan menandatangani kontrak dengan kamu. Kalau kamu tidak ada, mereka akan mengakhiri kerja sama, jelas, ada yang mendukung kamu dari belakang"
"Tetapi aku tidak dekat dengan orang rumah sakit"
"Bukannya keluarga Ringgo itu berbisnis di bidang pembuatan obat? Bisa jadi dia yang menggunakan kekuasaan untuk membantu kamu. Tidak peduli apa pun, kamu pulang dulu saja. Kalau nenek menelpon kamu, kamu jangan mengangkatnya. Biarkan ayah yang komunikasi dengan dia saja, sekarang hak mengontrol di tangan kita, aku harus menggunakan kesempatan ini untuk melampiaskan kemarahanku"
Ringgo ?
Vanesa tidak memiliki kesan yang baik ataupun buruk terhadap Ringgo , dia hanya merasa Ringgo ini agak berlebihan dan pintar berpura-pura, tidak cukup nyata.
Sekarang bukan saatnya berpikir tentang ini. Vanesa bermaksud untuk menyapa Moshina dan segera pulang ke rumah, setelah melihat Danang yang ada di samping, secara relfkes Vanesa pun melakukan gerakan mengeluarkan uang.
Setelah berpikir, Vanesa merasa tidak sesuai. Pada saat dia mau menarik balik tangannya, Danang malah berkata: "Memijat sekali Rp. 400,0000. Melihat kamu itu teman bos, cukup kasih Rp. 300,000 saja"
"Oh" Vanesa mengulurkan tangannya ke dalam dompet lagi, dia meletakkan uang di atas kasir dan berkata: "Tidak perlu kembalian lagi. Aku itu teman bos kamu, hubungan kita hanya orang asing, kamu tidak perlu melakukan diskon untuk aku"
"Baik" Danang mengangguk dan tidak melihatnya lagi.
Dia tahu tingkah lakunya sangat kekanakan, tetapi dia tidak bisa mengontrol diir ketika menghadapi Vanesa.
Moshina menyimpan uang dengan senyuman kemudian melihat Danang dari atas sampai bawah: "Benar-benar sangat mengejutkan ya. Waktu melamar diri, kamu berkata semua temanmu itu bos, waktu itu aku tidak percaya, tetapi sekarang aku sudah percaya"
"Jadi? Apakah kamu mau memecat aku karena identitas aku?"
"Aku tidak tega" Ekspresi Moshina terlihat licik: "Katakan, apa maksud teknik menusuk jarimu itu?"
"Itu hanya teknik pemijatan umum, tidak ada yang bisa aku katakan"
"Teknik umum? Kamu bisa membohong Vanesa , tidak akan bisa membohongi mata elangku. Teknik menusuk jari itu teknik rahasia. Teknik ini memiliki fungsi yang ajaib untuk menghilangkan bengkak dan melancarkan sirkulasi darah. Dalam negera kita, jumlah orang yang pandai menggunakan teknik bisa dihitung pakai sepasang tangan"
"Kamu tahu ini dari mana?"
Moshina merubah posisi berdirinya dan menunjuk ke pipinya: "Dulu waktu melakukan pelatihan di luar kota, aku pernah menyaksikan seseorang menggunakan tekinik ini. Tekniknya sama, tetapi jumlahnya berbeda. Dia menusuk 9x dengan lembut dan 9x lagi dengan kuat, sementara kamu itu 3x, aku berpikir mungkin kepanasan tubuhmu tidak cukup"
Semakin pintar kamu menggunakan teknik ini, jumlah menusuknya akan semakin sedikit. Yang paling hebat itu 1x lembut dan 1x kuat.
Danang tertawa, sengaja tidak menjelaskan tentang itu: "Kakek aku adalah seorang dokter tradisional desa, dia berprofesi di bidang mengobati penyakit yang sulit dan rumit. Kemampuan aku membedakan obat herbal dan teknik penyembuhanku semuanya diajarkan oleh kakekku"
Bekerja di Bubble Tea, Danang tidak akan benaran hanya melakukan pekerjaan ringan. Dia memiliki pemikiran sendiri, menunjukkan kemampuan dia itu hanya masalah waktu, jadi dia dari dulu sudah memikirkan cara menjelaskan hal ini kepada orang lain.
Sesuai ekspektasi, Moshina bersikap seperti Tuan Aji, memiliki peminatan yang besar terhadap Danang. Setelah mengetahui kakek sudah meninggal, mereka mulai memaksa Danang mengajarkan teknik ini kepadanya.
Danang menggunakan cara yang sama yang dia lakukan terhadap Tuan Aji. Dia mengajarkan
Moshina melatih teknik pernapasan, meminta Moshina untuk melatih itu selama 1 tahun baru membahas tentang yang lain.
Ekspresi Moshina terlihat seperti mendapat harta, langsung mengaktifkan mode belajar giat...
Di lantai bawah rumah Sumitro.
"Ayah, apakah kamu pernah memikirkannya? Kalau kita masuk ke dalam, berarti wajah kita sudah dibuang ke lantai" Selina berkata dengan wajah mengeluh. Dia bekerja sangat keras untuk menemani perwakilan rumah sakit mengelilingi pabrik selama sepanjang hari, pada ujung-ujungnya orang tidak menganggap dia dan hanya mau menandatangani kontrak dengan Vanesa. Jangan berkata tentang menghancurkan rencana dia dulu, sekarang dia bahkan harus datang ke sini secara pribadi dan meminta tolong kepada mereka.
"Bukannya semua ini hasil tingkah laku kamu sendiri? Kamu ini hanya tahu mengadu. Kamu mengira aku tidak tahu malu ya? Awalnya aku mau meminta ibu untuk berbicara dengan Vanesa saja, tetapi Vanesa tidak mau mengangkat telpon, pasti Sumitro yang memerintah dari belakang, dia berkata kepada ibu bahwa orang rumah sakit itu melihat wajah Vanesa , makanya mau bekerja sama dengan keluarga Andez. Sementara kamu malah menggunakan cara seperti itu untuk mengusir Vanesa pergi, yang paling patut dibenci adalah, Sumitro malah berkata aku yang memerintah kamu untuk begitu. Nenek yang sialan!" Sumita berkata dengan marah.
"Bukannya nenek dia itu nenek kamu juga" Selina mengomel kemudian menambah: "Aku sudah berkata banyak kali, petugas keamanan itu yang sendiri terpeleset..."
"Jangan berkata lagi. Kamu benar-benar menganggap nenekmu itu bodoh ya? Apakah kamu merasa dia tidak tahu apa yang sedang kamu pikirkan? Di bawah kondisi selama tidak merugikan keluarga Andez, nenek bisa diam saja. Tetapi kalau terjadi masalah, dia akan segera berubah wajah dan bersikap kejam"
Selina tetap tidak ikhlas: "Kalau begitu, palingan jangan bekerja sama dengan rumah sakit saja. Kurang makan sekeping daging itu tidak akan mematikan"
"Kamu tidak mengerti apa pun!" Sumita memarahinya: "Meskipun pesanan rumah sakit itu memnag tidak banyak, tetapi kerja sama ini adalah loncatan yang sangat baik. Jika kontrak dinegosiasikan, keluarga Andez dapat menggunakan kekuatan rumah sakit untuk mempromosi diri. Kamu berpikir saja, kalau rumah sakit kelas pertama saja menggunaka mesin keluarga Andez, apa yang akan dipikirkan oleh rumah sakit kecil lain? Hal ini sama dengan seperti seorang model muda disukai oleh bintang kelas pertama, apakah kamu mengerti?"
"Aku mengerti, asal mereka tidak kelewatan..."
"Mereka kelewatan pun kamu harus menerimanya. Kalau tidak, bisa jadi posisi manajer yang kamu belum duduk sampai hangat sudah harus diberikan kepada orang lain"
Melihat ekspresi Sumita yang begitu serius, Selina juga tidak berani mengeluh lagi. Dia menarik nafas dengan dalam dan mengunjungi rumah Vanesa dengan berbagai macam hadiah mahal.
Novel Terkait
My Beautiful Teacher
Haikal ChandraCantik Terlihat Jelek
SherinPergilah Suamiku
DanisThick Wallet
TessaSang Pendosa
DoniEverything i know about love
Shinta CharityMenunggumu Kembali
NovanMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan