Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 31 Abang Adik Berantem
Sementara di dalam rumah, Sumitro memberi kode mata kepada Melinda setelah mendengar bunyi bel, kemudian melambaikan tangannya untuk meminta Vanesa kembali berbaring di kamarnya.
"Bukannya ini abang kedua, angin apa yang membawa kamu ke sini?" Sumitro menyambut mereka masuk dengan sopan.
"Bisa ada angin apa? Pastinya angin barat" Melinda berkata. Dia sedang memegang pel dan menggiling di atas tanah.
"Jangan berkata seperti ini, abang kedua itu pasti sengaja datang menjenguk kita"
"Benar-benar sangat langka. Biasanya yang datang tiba-tiba itu, kalau bukan pencuri pasti penjambret" Melinda dan Sumitro satunya memerankan orang baik, satunya memerankan orang jahat.
Sumita juga merupakan seorang lelaki tua berpengalaman, dia berkata dengan senyuman: "Iya. Benar-benar sudah lama tidak berjumpa, aku lumayan kangen sama adikku ini, aku sengaja membawa sedikit hadiah kecil untuk kamu, yaitu sekotak Teh Congyang, dua botol vodka..."
"Abang kan sudah berkata itu hadiah kecil, tidak perlu menyebutnya satu per satu, letak saja di sebuah sudut. Kalau tidak ada masalah lain, kalian pulang saja dulu, rumahku yang kecil ini tidak bisa memuat terlalu banyak orang" Melinda sangat membenci Sumita sekeluarga. Sumita mencelakai suaminya, Selina juga mencelakai anak gadisnya, sementara Joko yang tidak berguna itu, mencelakai Danang tidak sukses dan malah dipukul.
"Sudah, jangan berkata lagi. Bisa jadi abang kedua datang itu karena ada urusan penting, iya kan bang?"
"Iya. Selain menjenguk kamu dan Melinda, kami datang untuk meminta maaf kepada Sasa. Masalah tadi pagi ada sedikit salah paham, Selina bukan sengaja begitu. Kita semua adalah sekeluarga, tidak perlu berantem dan menunjukkan lelucon kepada orang luar. Selain itu masih harus meminta Sasa memberi tahu temannya yang di rumah sakit, jangan memengaruhi kerja sama yang penting ini demi masalah kecil" Sumita berkata dengan senyuman.
Sumitro tidak berkata apa-apa, dia memberi kode mata kepada Melinda, kemudian Melinda langsung melangkah dengan cepat dan sengaja terpeleset, menumpahkan air kotor yang berada di dalam ember pel ke arah Selina.....
Melinda itu sedang membalas dendam. Setelah itu dia pun berpura-pura tidak bersalah: "Aduh, aku bukan sengaja juga"
"Wanita tua yang jahat, aku akan menghabiskan kamu!" Selina mana pernah diperlakukan seperti itu, dia langsung berteriak dan mau menyerang Selina, sementara Sumita langsung menahan dia.
Piak!
Sumita menampar Selina: "Bagaimana aku mendidik kamu biasanya? Tidak tahu bersikap sopan, kamu sedang buat apa?"
"Kamu memukul aku?" Riasan di wajah Selina bahkan sudah hancur seperti hantu, dia menatap ke Sumita dengan wajah tidak percaya.
"Tidak tahu mengontrol diri, pantas dipukul. Melinda sudah berkata dia bukan sengaja, dia itu orang tua, bukan orang bodoh yang tidak malu, dia mana mungkin akan sengaja menumpahkan air kotor ke tubuhmu?" Sumita berusaha menahan emosinya dan menghina Melinda secara tidak langsung.
"Hais, sayang lantaiku yang sudah dipel tadi" Melihat ekspresi Sumita yang sangat membenci dia tetapi tidak bisa menghabiskannya, Sumitro merasa sangat puas di dalam hati. Setelah merasa puas, Sumita pun berkata: "Sasa adalah orang yang lapang dada, tidak akan memasukkan masalah kecil seperti ini ke dalam hati"
"Baik kalau begitu. Abang merasa lega setelah mendengar kata-katamu. Kalau tidak ada masalah lain, aku membawa Selina pulang dulu. Anak ini perlu dididik dengan baik"
"Jangan buru-buru, masih ada satu hal yang aku diskusikan dengan kamu" Sumitro akhirnya menunjukkan ekor serigalanya: "Aku mendengar abang kedua menerima proyek investasi baru. Aku khawatir abang kedua terlalu sibuk, jadi aku ingin membantu abang kedua sedikit. Apakah abang kedua mau memberikan aku kesempatan?"
"Sumitro, aku sudah memberi cukup muka untuk kamu. Jangan memaksa aku untuk merobek hubungan kita secara terus terang" Sumita berbisik kepada Sumitro: "Mau merebut kue di tanganku, apakah kamu merasa kamu memiliki hak?"
"Aku tidak mau kamu merasa, aku mau merasa, aku merasa aku oke kok"
"Jangan berbicara hal tidak berguna dengan aku, aku tidak percaya kamu berani membuang daging gendut rumah sakit"
"Siapa berkata aku mau melepaskannya? Perusahaan seperti Donsan termasuk banyak di New York. Aku memiliki sumber daya rumah sakit di tanganku, aku bisa bekerja sama dengan siapa saja"
"Kamu berani?!" Sumita berkat sambil mengigt gigi tuanya: "Kamu tidak takut ibu mengusir kamu keluar dari keluarga Andez?"
"Abang kedua, apakah kamu bodoh? Apakah aku tidak bisa melakukannya secara diam-diam, kalau masalah seperti itu terjadi, orang pertama yang aku menarik bersamaku adalah kamu. Setidaknya aku masih memiliki sejumlah besar biaya saluran, bagiamana dengan kamu?" Waktu berpura-pura bodoh, Sumitro akan terlihat seperti orang bodoh, tetapi sekali bersikap licik dia akan terlihat seperti setan.
"Hahaha, abang sedang bercanda dengan kamu. Kamu memiliki niat untuk membantu abang, tentu saja abang merasa sangat bahagia. Nanti aku menyuruh orang untuk menyerahkan proyek kepada kamu" Sumita menepuk bahu Sumitro dengan wajah berwarna tanah: "Adik baikku sudah besar, sayapnya juga sudah semakin kuat, hati-hati waktu terbang, jangan sampai sayapnya patah"
"Abang kedua, kalau kamu memiliki waktu untuk bermain dengan aku, mendingan pulang dan melatih keterampilan kepala besi. Agar lain kali kalau ada orang bodoh yang berani menghancurkan kepalamu dengan botol anggur, kamu masih bisa menyerangnya kembali"
Sumitro menyindir perjamuan keluarga terakhir Danang kasus meniup kepalanya dengan botol anggur. Hal ini membuat warna wajah Sumita berubah dari warna tanah menjadi warna merah.
Setelah keluar dari rumah, Sumita langsung marah dengan suara besar. Sayangnya dia tidak bisa memarahi ayah ataupun ibu Sumitro, sehingga kata kotor yang bisa dikatakan terbatas.
"Ada ibu seperti apa memang ada anak seperti apa, Vanesa itu sama seperti ibunya. Aku tidak akan melepaskan mereka!" Selina berkata dengan marah.
Sumita menarik nafas dengan dalam sebelum menelpon anak putranya: "Masih belum tahu Danang si binatang kecil itu dimana?"
Novel Terkait
Gaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangSang Pendosa
DoniYama's Wife
ClarkMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraBeautiful Lady
ElsaMr. Ceo's Woman
Rebecca WangLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan