Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 23 Serangan Tak Terlihat
Meja dan kursi di bawah pohon sakura sangat berbeda dengan meja dan kursi lainnya, meja setengah mengambang, kursi multifungsi dan otomatis, bisa bersandar, bisa berbaring, bisa bergoyang, bisa bergetar.
Bahkan Melinda dan nenek Yun juga sudah terpikat, penuh kekaguman memuji.
“Maaf, tempat ini tidak terbuka untuk umum.” Pelayan cantik mengingatkan.
“Kenapa?”
“Tempat ini hanya untuk menjamu tamu yang diundang secara pribadi oleh bos kami.”
“Bos kalian sekarang juga tidak mengundang tamu, lagi pula kosong yah kosong saja, lebih baik berikan pada kami dulu, kalau tidak aku bayar dua kali lipat.” Ringgo bergaya mewah mengatakannya.
Pelayan cantik menggeleng kepala sambil tersenyum: “Jangankan dua kali lipat, dulu bahkan ada tamu yang mengeluarkan harga sepuluh bahkan seratus kali lipat juga tidak bisa mendapatkan tempat duduk itu, ini adalah aturan di restoran.”
“Apanya yang aturan atau tidak, aturan itu mati, orang itu hidup, bos kalian juga tidak di sini, akan beri kamu uang tambahan dua juta lagi, kamu bagi dengan yang lain, cukup disembunyikan saja, siapa yang bisa mengetahuinya.” Melinda mengajukan ide buruk, dia merasa uang tip dua juta sudah cukup banyak.
“Dua juta juga berani diucapkan, pada saat itu aku memberi lebih dua puluh juta masih ditolak, tempat yang tidak bisa kamu dapatkan jangan muncul pikiran itu.” Tamu di samping mendengarnya langsung berkata sambil tersenyum.
Melinda tahu orang yang makan di sini identitasnya pasti tidak biasa, juga tidak berani sembarangan membalasnya, merasa tidak senang dan kesal, melampiaskan amarah ke pelayan: “Jika menurut aku, yang kalian lakukan hanyalah reputasi tanpa nama, bisa menghasilkan uang tapi tidak mau, apa yang dipikirkan oleh bos restoran kalian?”
“Bos dia membuka restoran ini memang bukan demi menghasilkan uang, yang dimakan di sini adalah perasaan, identitas, dan kenikmatan, kalian mau makan ya makan, tidak mau makan pergi saja, jangan buat keributan di sini, merusak ketenangan saja.”
Melinda orang yang bersuara keras, bicara juga terdapat amplifikasi, membuat para tamu tidak puas.
“Tante sudahlah, tempat lain juga bagus, kita ganti tempat lain saja.” Ringgo bergegas membujuk, dia dengar di Restoran Cattlepack ada sebuah peraturan tak tertulis, jika ada orang yang membuat keributan di restoran atau jika lebih dari tiga meja tamu membuat keluhan, akan diusir keluar, dan selamanya dimasukkan ke dalam daftar hitam, dia tidak ingin sia-sia menghabiskan dua ratus juta itu.
Ringgo dan lainnya mundur dan mencari tempat lain, memilih tempat lain dan duduk, bersiap memesan makanan.
Di luar restoran, seorang pria berpakaian formal keluar dari lift, tergesa-gesa mencari pelayan: “Kenapa tidak angkat telepon?”
“Nada dering ponselku dimatikan dan diletakkan di meja bar jadi tidak memperhatikannya, ada apa Manajer Gray?”
“Apakah tadi ada seorang tuan yang bermarga Shiba ke sini?”
Pelayan berpikir sejenak, menunjuk ke Danang yang sedang melamun di luar.
“Yah ampun!” Manajer Gray menepuk-nepuk kepalanya, berjalan ke hadapan Danang dengan langkah kecil, membungkuk untuk minta maaf, menjelaskan sebab akibatnya.
Saat dia menerima telepon dari Velisa kebetulan sedang berada di luar mengantar tamu, tidak berhasil menelepon pelayan dalam restoran, karena itu sudah mengabaikan tamu agung.
Kening Manajer Gray penuh butiran keringat, orang yang disebut sebagai tamu agung oleh bos pastilah orang yang penting sekali, jika dia sampai marah, maka pekerjaannya ini pasti tidak bisa dipertahankan lagi, pekerjaan dengan bayaran yang begitu baik, jika sampai terlewatkan maka seumur hidup tidak akan bisa menemukannya lagi.
Seketika, dia berpikir banyak sekali, bahkan sudah terpikir jika sampai dipecat tidak ada kemampuan untuk membayar cicilan rumah, gambaran seorang pria yang sudah berusia tiga puluh lebih, berlari ke sana-sini demi pekerjaan, matanya bahkan sudah memerah.
“Tidak apa-apa, aku tidak buru-buru, lebih cepat atau lebih lambat masuk juga tidak masalah, gadis kecil di restoran kalian juga cukup baik, masih menuangkan segelas teh untukku, harum dan lezat.” Danang menepuk bahunya dua kali, menunjukkan senyuman ramah, mengalami penderitaan selama beberapa hari, dia tahu bahwa hidup tidaklah mudah, karena pihak itu tidak menyinggungnya, dia juga tidak akan sengaja berbuat jahat dengan orang lain.
Manajer Gray terharu hingga hampir meneteskan air mata, dia tidak menyangka Danang begitu mudah diajak komunikasi, tidak ada gaya “orang berkuasa” sedikit pun.
Dengan begini, Danang disambut masuk dengan hangat olehnya.
nenek Yun yang sedang memesan melihat Danang berjalan ke sini, marah sambil berkata: “Apa yang terjadi, bukankah sudah dikatakan, orang ini tidak datang bersama kami, siapa yang membiarkan dia masuk.”
“Danang, kalau kamu begini terus aku akan lapor polisi.” Vanesa benar-benar sangat kecewa padanya, bergaya akan mengambil ponsel.
Alhasil, Danang berbelok di persimpangan, langsung menginjak ke atas tangga, duduk di kursi di bawah pohon sakura.
“Kamu sibuk saja, aku akan memanggilmu jika ada apa-apa.” Danang melambaikan tangan, Manajer Gray tersenyum sambil pergi.
“Kamu adalah manajer di restoran ini?” Melinda menghentikannya.
“Ada masalah apa?”
“Apa yang kalian lakukan, bukan hanya membiarkan orang seperti itu masuk, masih membiarkan dia duduk di sana, bukankah kalian mengatakan hanya orang yang diundang oleh bos secara pribadi baru bisa……” Melinda baru bicara setengah langsung berhenti, dia teringat Danang mengatakan bahwa dia datang karena diundang orang, apakah dia tidak berbohong?
“Tuan Shiba adalah tamu agung bos kami, mohon kalian bicara lebih hormat sedikit.” Manajer Gray bersikap tidak merendahkan diri juga tidak sombong, dia sudah dengar dari pelayan apa yang terjadi dengan Danang sebelumnya, tentu saja saat bicara lebih memihak dia.
Melinda seperti ditinju oleh orang, dia tidak bersedia percaya kalau itu benar, seharusnya Danang berjuang mati-matian demi hidup baru benar, kenapa dia bisa begitu bebas leluasa, masih menjadi tamu agung bos Restoran Cattlepack, sebenarnya ada apa ini?
Bukan hanya dia, ekspresi nenek Yun juga tercengang, Ringgo lebih tidak perlu dikatakan lagi, jelas-jelas Danang tidak melakukan apa-apa padanya, tapi malah pura-pura pamer dan sombong, menginjaknya di bawah kaki.
Raut wajah Vanesa juga sudah pucat sekali.
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiHei Gadis jangan Lari
SandrakoKing Of Red Sea
Hideo TakashiLove and Trouble
Mimi XuAfter Met You
AmardaPredestined
CarlyMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan