Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 46 Tanpa Belas Kasihan

Vanesa membelakangi Danang, dia berlutut di atas lantai seperti sebuah boneka, tidak bergerak sama sekali.

Pada pandangan pertama, Vanesa terlihat biasa saja.

Saat dilihat kedua kali, hati Danang bergetar dengan hebat.

Rambutnya, kemana rambut panjang sepinggangnya?

Tidak tau siapa yang telah memotong rambut panjang Vanesa, kini rambutnya hanya sepanjang pundaknya.

"Vanesa, kamu!" Saat melihat seluruh wajah Vanesa, hati Danang seperti tertusuk dengan keras.

Pipi kanan Vanesa memar dan bengkak, jejak telapak tangan yang berada di pipinya membuat orang terkejut. Seberapa besar tenaga yang diperlukan untuk meninggalkan jejak telapak tangan seperti ini!

Siapa?

Siapa yang melakukan ini!!

Kedua mata Vanesa terlihat linglung, dia menangis tanpa mengeluarkan suara. Vanesa telah hidup selama 25 tahun, baru kali ini dia semenderita ini.

Danang mengelus pipi Vanesa dengan lembut, dia menggunakan metode Zhenqi untuk mengobatinya. Sakit di pipinya bisa reda, namun luka di hatinya sudah terlalu dalam.

Bagi sebagian wanita, mereka tidak rela untuk memotong rambut panjang kesayangan mereka.

"Pergi, kamu pergi......" Vanesa tidak ingin Danang melihatnya dalam kondisi seperti ini dan mendorongnya pergi.

"Kamu beritahu aku, siapa yang melakukan ini!"

"Kamu tidak perlu peduli dengan urusanku, pergilah!" Vanesa membenamkan kepala dan wajahnya, tidak membiarkan Danang melihat keadaanya sekarang.

Melinda melemparkan cat merah yang ada di tubuhnya ke wajah Danang, "Apa yang kamu lakukan disini, apa kamu datang untuk menertawakan kami. Siapa yang megizinkanmu masuk, pergi jauh!"

"Hidup dan matimu tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya ingin tau, siapa yang memukul Vanesa dan siapa yang memotong rambutnya." Suara Danang sangat dingin, ekspresinya terlihat sangat ganas. Danang meninju dinding, dinding yang kokoh itu hancur hingga meninggalkan sebuah lobang besar.

"Kamu seekor anjing gila, apa yang bisa kamu lakukan padaku."

"Diam!" Sumitro berdiri dan menampar wajahnya, "Kamu istri yang gagal, jika kamu tidak rakus akan uang dan judi, dan bagaimana mungkin kamu bisa membeberkan rahasia penting dan berhutang miliaran rupiah."

"Aku juga korban, siapa yang tau jika bos dari ruang judi Pasti Untung bersekongkol dengan bibi Niu untuk menjebakku, dan memaksaku menandatangani kontrak pinjaman. Ditambah dengan rahasiaku, aku tidak bisa apa-apa, tetapi memberikan sertifikat rumah sebagai jaminan pada mereka. Aku tidak mengira mereka akan secepat ini datang untuk mengambil rumah, jika kamu tidak menggunakan kekerasan pada mereka, kita tidak akan sampai......"

"Masih berani berdalih, aku akan membunuh iblis sepertimu!" Lagi-lagi Sumitro menamparnya. "Kamu mencelakakan orang, masalah sebesar ini kamu juga tidak memberitahuku. Rumah seharga 6 miliar lebih kamu jual dengan setengah harga, kita akan tinggal dimana nantinya? Kenapa kamu tidak mati saja!"

"Kamu pukul aku, pukul saja aku sampai mati. Lagi pula jika sampai fotonya tersebar, aku akan sangat malu hingga tidak punya wajah untuk hidup." Melinda membuat keributan besar, keduanya mulai bertengkar hebat.

Vanesa diam-diam kembali ke kamarnya dan mengunci pintunya. Kemudian terdengar suara isak tangis dari dalam.

Danang tidak mengetuk pintu, dia juga tidak mengatakan apapun lagi dan berjalan keluar dengan cepat.

Ruang judi Pasti Untung, bagus, mulai dari sini!

Ruang judi ini hanya berjarak 5km dari komplek ini, Danang pernah menemani Melinda datang kesana beberapa kali, dia sudah familiar dengan rutenya.

Di dalam ruang judi, bos Black Cat sedang mendiskusikan masalah perempuan bodoh Melinda dengan anak buahnya.

"Tutup ruang gelap untuk beberapa hari, perhatikan juga ruang terang. Simpan hal-hal yang berkaitan, jaga-jaga jika seandainya perempuan sialan itu terpojok dan memanggil polisi." Black Cat sebagai seorang bos, dia juga ikut berkontribusi atas jebakan Melinda. Dia mendapatkan bonus sebesar 200 juta.

"Tenang saja Black. Ngomong-ngomong, Sabby anak itu cukup pelit, dia mendapatkan miliaran namun hanya memberikan kita sedikit ini." Adik paling muda tidak puas dan mengeluh.

"Kamu tidak tau apa-apa, kita hanya bertanggung jawab untuk meminjamkan tempat. Jika terjadi apa-apa, resiko kita juga paling kecil. Selain itu, ada orang yang memerintahkan Sabby, jika tidak dia tidak mungkin berani melakukan ini." Setelah Black Cat mengatakan ini, kelopak matanya sedikit bergetar. Hatinya selalu merasa akan ada sesuatu yang terjadi.

Sesuai dengan firasatnya, Black Cat membalikkan kepala dan melihat keluar. Dari pintu masuk terlihat ada seorang pria muda yang memakai kaus putih dan berjalan masuk. Mungkin ini hanya perasaannya, tapi dia merasa bawha pria ini memiliki aura jahat, dia takut bahwa pria ini datang dengan maksud tidak baik.

Danang membuka pintu dan melirik beberapa pria yang merokok di atas sofa. Dia tidak bertela-tele, "Siapa bos kalian."

"Siapa kamu? Untuk apa cari bos kami?" Adik Gigit berdiri.

"Aku hanya akan mengatakan sekali, suruh dia keluar."

"Sialan, kamu cari masalah." Gigit mengayunkan kakinya ke arah pinggang Danang.

Danang menangkap pergelangan kakinya, dan meninju kakinya hingga tulang kakinya patah.

Gigit terjatuh ke lantai, dia memegangi kakinya yang sudah berubah bentuk itu dan menjerit-jerit seperti seekor anjing.

"Siapa bos kalian?" Ekspresi wajah Danang tidak berubah, dia meraih orang lain.

"Aku tidak......Ah!!"

Danang mematahkan salah satu jarinya: "Sekarang sudah tau belum?"

"Itu dia, itu dia!" Pria itu langsung mengkhianati Black Cat.

"Bajingan, aku ada di sini!" Black Cat mengeluarkan sebuah pisau baja dari bawah bantal sofa dan menganyunkannya ke arah Danang.

Pisaunya belum sempat mengenai Danang namun sudah dijepit dengan dua jari Danang. Jari Danang lebih kuat dibandingkan dengan tang, tidak peduli bagaimana Black Cat menariknya, dia tidak bisa menarik keluar pisau baja itu dari kedua jari Danang.

Dang!

Danang sedikit menekukkan jarinya, pisau baja itu langsung patah. Danang mengambil pisau yang patah itu dan menancapkannya ke telapak kaki Black Cat dengan kejam. Pisau itu menembus telapak kaki Black Cat dan tertancap ke lantai kayu, memaku Black Cat di tempat.

Tidak bergerak akan terasa sangat sakit, namun jika bergerak akan terasa lebih sakit. Black Cat belum pernah bertemu orang yang sangat kejam, dia juga sudah tidak berani bersikap seperti pria tangguh lagi. Air mata Black Cat mengalir keluar dan meminta ampun, dia masih belum mengerti apa tujuan Danang.

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu