Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
"Dalam persepsi masyarakat umum, obat-obatan tradisional tiongkok lebih mahal dari pada obat-obatan barat, ditambah obat barat lebih cepat menghasilkan hasil, jadi orang-orang tentu saja lebih memilih berobat ke dokter barat"
"Kalau begitu, mengapa kamu masih berbisnis di arus yang melawan? Bisa jadi kamu akan kehilangan semua modalmu"
Moshina meletakkan tongkat penggiling di tangannya dan menatap ke Danang: "Kata-katamu tidak benar. Pertama, aku adlaha seorang dokter pengobatan tiongkok, kemudian aku adalah seorang pengusaha. Pengobatan C
ina telah terakumulasi selama ribuan tahun dan merupakan saripati dari negara kita, pengobatan ini pantas aku selidiki selama sepanjang hidup. Tujuan aku mendirinkan Bubble Tea adalah ingin meneruskan pemikiran ini dengan cara aku sendiri dan membantu orang yang membutuhkan"
Setelah itu, Moshina menghela nafas panjang: "Sayangnya kecepatan kehidupan di masyarakat sekarang terlalu cepat. Pengobatan tradisional Tiongkok itu relatif lebih lambat, tetapi orang-orang lebih memilih untuk menerima efek samping untuk minum obat barant. Kamu lihatlah di sekeliling ini, pijatan orang buta, klub SPA kesehatan, pijatan kaki, termasuk klub penurunan berat badan, semua ini terkait secara paksa dengan pengobatan Tiongkok, tetapi sebenarnya di sana tidak ada satu orang pun yang mempelajari pengobatan Tiongkok secara serius. Mereka hanya sembarang ikut campur pasaran dan memperdalam ketidakpercayaan orang-orang terhadap pengobatan tradisional Cina"
Pada saat mereka sedang berbicara dengan asyik, sebuah suara yang familier berdering dari belakang.
"Nana" Vanesa berjalan masuk dengan kaki pincang, kedua matanya memerah, jelas dia menangis tadi, kondisnya juga terlihat pasrah.
"Sasa, kamu.... kamu ini kenapa?" Moshina langsung menghampiri dia dan memegangnya.
"Aku, aku...."
"Nanti saja baru bilang, sini sini, pergi mandi dulu di kamarku" Moshina membantu dia naik ke lantai atas, di tengah itu dia tidak lupa menoleh ke belakang: "Asisten Lin, kamu jaga toko ya, ada masalah telpon aku saja"
Secara refleks Vanesa pun menoleh juga ke Danang, pada saat menyadari orang itu adalah Danang, Vanesa pun bertanya dengan kaget: "Kenapa kamu di sini?"
"Oh, dia adalah asisten baru aku namanya Ayam Shiba. Kenapa, kalian saling kenal ya?"
"Ayam Shiba apaan, nama aku Danang. Nama saja kamu bisa salah ingat, aku benar-benar tidak tahu mau berkata apa lagi" Danang berkata, kemudian dia melihat ke Vanesa dengan tatapan khawatir: "Kamu terpeleset ya?"
"Mata kamu itu mata apa? Melihat dari sisi mana apun tidak terlihat seperti terpeleset, seharusnya dia jatuh ke dalam lubang, untungnya bukan lubang taik" Moshina berkata dengan nada suara bersyukur sementara Vanesa hanya memasang wajah tidak berdaya.
Kamar tidur utama di lantai tiga.
"Selina itu benar-benar terlalu licik. Dari kemarin dia sudah berusaha menghancuri kamu, sekarang bahkan menggunakan cara bawah kelas seperti ini, benar-benar sangat tidak masuk akal" Setelah mendengar Vanesa bercerita, Moshina berkata dengan marah.
"Sekarang berkata apa pun sudah terlalu telat, setelah kehilangan kerja sama yang penting itu, aku sudah susah mau bangkit kembali di perusahaan"
"Mengundurkan diri saja kalau begitu, mendingan kita sama-sama mengurus Bubble Tea. Buat apa menjadi tempat pelampiasan orang lain?" Moshina menasehati dengan tulus.
"Kalaupun mau pergi aku pun tidak mau pergi dengan penampilan seperti ini. Lagian, Bubble Tea masih belum tentu bisa berjalan lancar. Kalau aku pergi begitu saja, siapa yang menjadi dukungan ekonomi kamu nanti?"
Hubungan Vanesa dan Moshina adalah teman baik dan pihak bekerja sama. Ada sebagian besar biaya dekorasi dan biaya bahan obat dikeluarkan oleh Vanesa.
Setelah mandi, wajah Vanesa terlihat tidak begitu pucat lagi. Dia menyandar di atas papan tidur dan mengganti topik, bertanya mengapa Danang bisa tiba-tiba menjadi asisten Danang.
Kemudian Moshina pun menceritakan proses bagaimana Danang melamarkan diri, setelah itu Vanesa baru melepaskan perasaan waspada dia, awalnya dia mengira Danang bekerja di sini itu memiliki tujuan lain.
"Sasa, aku ingat suami rumput kamu itu juga bernama Danang. Kamu tidak pernah memposting foto kalian di sosial media, sampai sekarang aku tidak pernah menjumpai dia" Waktu Vanesa menikah, Moshina sedang berada di luar kota melakukan pelatihan tertutup, baru-baru ini dia baru kembali New York. Dia tidak begitu jelas terhadap masalah yang terjadi antara keluarga Andez dan keluarga Shiba, Vanesa sendiri juga tidak pernah membahas tentang itu duluan.
"Tidak, kamu pernah menjumpainya" Vanesa tidak berbohong, "Asisten kamu yang berada di lantai bawah adalah mantan suami aku"
Moshina merasa sangat kaget. Api gosip dia pun ternyala, dia sibuk bertanya ini itu kepada Vanesa , pada akhirnya bertanya mengenai etika Danang.
"Aku bahkan tidak memberi tahu orang tua aku tentang masalah aku berinventasi di Bubble Tea, Danang tidak mungkin mengetahui hal itu. Seharusnya hanya sebuah kebetulan, meskipun dia tidak memiliki kemampuan yang luar biasa, etika dia termasuk bagus, dia selalu bersikap sopan kepadaku dalam masa 3 bulan tinggal bersama aku"
"Begini saja bisa menahan diri. Kalau bukan seorang gay, dia pasti bermasalah dalam bidang itu" Moshina menebak.
Vanesa : "...."
Pada saat Moshina turun ke lantai bawah mengambil obat, Danang tidak bisa menahan diri dan bertanya tentang kondisi Vanesa. Moshina mau menjawab, tetapi dia sudah tidak ingat secara detail, akhirnya dia pun berkata dengan kesimpulan dirinya: "Istrimu dipukul orang!"
Mendengar jawaban Moshina, Danang langsung berlari ke lantai 3. Hal ini membuat Vanesa sediki terharu tetapi tidak tahu harus menangis ataupun tertawa, Vanesa tahu teman baik ini memiliki otak yang berbeda dengan orang bisa, kalau ingatan tentang pengobatan tradisional itu dia mengingat semua, tetapi kalau bidang lain kecerdasan dia agak lama.
"Bengkak sampai begitu besar, aku lihat sebentar" Danang duduk di sisi tempat tidur dan memegang pergelangan kaki Vanesa yang putih dan kurus.
"Tidak perlu...."
Mulut Vanesa tidak secepat tangan Danang, tanpa memberi Vanesa kesempatan menolak, Danang langsung menusuk jari telunjuknya ke kaki Vanesa , kemudian dia mengetuknya 3 kali dengan lembut, kemudian mengetuk 3 kali lagi dengan kuat, gerakan ini berhasil mengeruk kemacetan darah yang tersumbat.
Kaki Vanesa merasa sesuatu yang dingin dan lembab mulai mengalir di bagian kakinya, semua rasa sakitnya menghilang, bahkan kulit yang tadinya memerah juga mulai kembali ke normal, tempat yang bengkak juga menghilang setengah.
"Untungnya tulang tidak terluka, sekarang sudah boleh tidur dari tempat tidu, asal dalam 2 jam jangan olahraga berat sudah tidak apa-apa" Danang mengingatnya.
"Terima.... Terima kasih" Vanesa berkata dengan suara kecil.
"Apa? Agak keras sedikit, aku tidak mendengar" Danang mengelus telinganya.
"Masih berani sikap sombong ya kamu" Vanesa mengangkat tinjunya, jarang-jarang menunjukkan penampilannya yang aktif. Setelah teringat dengan sesuatu, Vanesa menurunkan tanganya kembali. Tatapannya memiliki kesepian yang tersembunyi, kemudian dia pun berkata: "Setelah keluarga Shiba bankrupt, semua anggota keluarga Andez pun melepaskan topeng munafik mereka. Mereka menjadi sangat licik, egois dan dingin, aku merasa sangat pasrah dan pada waktu itu aku baru sadar, dulu mereka bersikap seperti itu kepada aku semua itu karena kamu"
"Kekuatan aku masih belum meredup, dia akan membantu kamu kapan saja. Aku sudah mendengar bos New York menceritakan masalah kamu, kamu tenang saja. Barang yang seharusnya milik kamu, tidak ada yang bisa merebutnya...."
Novel Terkait
Cantik Terlihat Jelek
SherinDark Love
Angel VeronicaCinta Tapi Diam-Diam
RossieGue Jadi Kaya
Faya SaitamaCinta Seorang CEO Arogan
MedellineCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan