Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
“Sebaiknya kamu suntik vaksin rabies dulu.” Vanesa melewatinya dan naik taksi kembali ke perusahaan.
Rumahnya hanya memiliki satu mobil, dan selalu digunakan oleh Sumitro, dulu Danang selalu mengirim mobil untuk mengantar dan menjemputnya, dia tidak perlu khawatir mengenai transportasi, sekarang dia sudah tidak ada, transportasi juga tidak sepraktis dulu lagi. Dia tidak begitu suka dengan Ringgo, jika memintanya untuk mengantarkan dan menjemput setiap hari, pasti bisa menarik kritikan orang lain. Setelah dia pikir-pikir, dia memutuskan untuk meluangkan waktu kosong dan pergi membeli sebuah mobil.
Di depan pintu perusahaan, aku bertemu dengan Selina, dia mengenakan busana dengan corak bunga, wajahnya bersinar dan menunjukkan ekspresi bangga.
Karyawan perusahaan berbondong-bondong menyapa Selina, mereka memanggilnya Manajer Andez, Vanesa tidak suka mendengarnya, kalau bukan karena kecelakaan itu, jabatan ini seharusnya sudah menjadi milikku.
Vanesa tidak melihatnya, dia ingin memutar untuk menghindarinya, namun dihentikan oleh tangan Selina: “Apakah matamu rabun? Berpapasan dengan manajer tapi tidak menyapa?”
“Dalam peraturan dan ketentuan tidak mentapkan bahwa kita harus saling menyapa ketika bertemu.”
“Meskipun tidak ada, namun ini masalah kesopanan. Lupakan saja, tidak ada yang bisa dikatakan pada wanita sepertimu.” Seperti sebuah pepatah, seorang pejabat baru selalu menetapkan tindakan tegas, Selinatidak bisa berurusan dengan Vanesa , dia tidak mudah sudah menjadi atasannya, tentu saja dia ingin menunjukkan kekuasaanya: “Aduh, aku mengatakan hal yang salah, kamu sudah bercerai, tidak bisa dipanggil seorang wanita lagi, seharusnya memanggilmu wanita yang sudah bercerai.”
Untuk seorang wanita cantik berusia 25tahun, dipanggil sebagai wanita yang sudah bercerai di depan publik, siapapun tidak akan senang, tapi apa yang dia katakannya tidak salah, memang benar dia sudah bercerai, Vanesa mengerti maksudnya, dia tidak ingin beradu mulut dengannya, dia hanya berjalan kembali ke kantornya dengan tatapan rekan kerja yang aneh.
Manajer dengan kedudukan yang berbeda memiliki kantor mereka sendiri, namun meja dan kursi di dalam kantor Vanesa sudah dipindahkan keluar, diganti menjadi sofa, kini sudah diubah menjadi ruangan istirahat.....
Tidak perlu berpikir lagi, sudah pasti ini adalah kelakukan Selina, kedua mata Vanesa terlihat marah, dan bertanya dengan suara keras: “Apa hakmu untuk melakukan ini?”
“Dik Sasa, kamu jangan marah, wanita di departemen kita lebih banyak, sulit menghindari ketidaknyamanan selama beberapa hari setiap bulan, aku melihat mereka tidak punya tempat istirahat pada siang hari, mereka hanya bersandar di atas meja. Aku hanya ingin memberikan sebuah ruangan agar mereka bisa berbaring, jika kamu merasa rasa perhatianku kepada rekan kerja juga salah, maka aku akan mengaku salah.”
Selina pandai memikat hati orang, jelas dia sengaja ingin membullyku, namun dia malah mencari alasan lain.
“Kenapa kamu tidak menggunakan kantormu sendiri, lagipula kamu tidak memberitahuku terlebih dahulu, ini jelas bahwa kamu membalaskan dendam pribadi di kantor.”
“Apa yang kamu katakan tidak profesional, aku adalah manajer, aku akan sering berhubungan dengan rekan bisnis, jika aku bahkan tidak memiliki kantor yang layak, apa aku tidak akan ditertawakan?” Selina menekukkan kedua tangannya dan menyipitkan matanya serta berkata dengan sinis: “Kamu hanya seorang supervisor, sebagian besar waktumu dihabiskan diluar, ada atau tidaknya kantor juga tidak begitu mempengaruhimu, kecuali jika kamu tidak suka dengan karyawan departemen marketing, dan tidak ingin berada di satu ruangan dengan mereka.”
Setelah Selina mengatakan itu, seseorang langsung mengatakan: “Jabatan Lady Sasa berbeda, bagaimana mungkin bisa satu kantor dengan kami, kami menghargai kebaikan Manajer Andez, lebih baik biarkan dia kembali ke kantornya.”
“Tidak ingin berada di satu ruangan dengan kami, kami juga tidak ingin melihatnya, dengan wajah dinginnya seperti itu, melihatnya lebih lama akan membuat perasaanku ikut memburuk.”
“Untungnya bukan dia yang menjadi manajer, kalau tidak aku sudah ingin mengundurkan diri.”
“Benar, setiap hari memasang wajah polos, padahal kenyataannya dia hanya bergantung pada pria agar bisa naik jabatan, sekarang Tuan Muda Shiba sudah bangkrut, dia segera menyingkirkannya, tidak berperasaan.”
Ada beberapa wanita dengan mulut besar bergumam dibawah instruksi Selina, suaranya tidak besar, namun masih terdengar oleh Vanesa.
Vanesa sangat sedih, namun dia tidak bisa membuat massa marah, dia tidak berani marah, hanya bisa memendamnya.
Namun, ini semua hanyalah permulaan, tujuan Selina sebenarnya adalah untuk mengusirnya. Pada rapat reguler, semua saran yang dikeluarkan oleh Vanesa ditolak, Selinamemarahinya karena membuat laporan sampah. Dia bersembunyi di belakang departemen marketing, dan mereka bekerja sama untuk menyingkirkan Vanesa , memisahkan dia dengan tanggung jawabnya, dan membiarkannya melakukan beberapa hal kecil seperti mengantarkan teh dan air.
Vanesa hanya bisa menggertakkan giginya, sampai Selina mengatakan bahwa tehnya terlalu dingin dan sengaja menyemburkan tehnya ke wajahnya, dia sudah tidak tahan lagi dan emosinya meledak, dia menuangkan semua teh dari dalam teko ke kepala Selina, kemudian dia keluar dengan marah.
Ini adalah hasil yang Selina inginkan, dia mengambil foto diri sendiri dalam keadaan yang memalukan dan menyebarkannya ke grup keluarga. Dia mengedit teks, mengatakan bahwa Vanesa menaruh dendam terhadapnya karena tidak bisa menjadi manajer. Dia hanya mengatakan dua patah kata padanya, dia marah dan kemudian menuangkan semua isi teh dari teko ke kepalanya.
Orang jahat selalu menyalahkan orang lain terlebih dahulu, kelakukan ini tidak bisa dikatakan berbahaya. Grup keluarga tiba-tiba sangat ramai, sebagian kecil orang hanya melihat dan memperhatikan, sedangkan sebagian besar orang mengkritik Vanesa.
Vanesa sangat menderita, dia tau, mereka tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan. Demakin dia pikirkan dia semakin emosi, teringat pada saat keluarga Shiba belum jatuh, kerabatnya selalu bersikap baik padanya, namun sekarang.......hati manusia sangat dingin.
Saat dia hendak mematikan ponsel dan mencari tempat untuk menenangkan diri, dia menerima panggilan dari nomor dengan kode area.
“Bukankah ini nomor dari Rumah Sakit afiliasi pertama?” Vanesa merasa sangat heran, dia menekan tombol jawab.
Terdengar sebuah suara datang dari sisi telepon: “Apakah kamu nyonya Vanesa ?”
“Benar, siapa ini?”
Novel Terkait
Menantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan