Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 15 Membantumu Membuat Alis

Di musim seperti ini, mau hujan langsung hujan.

Diiringi guntur dan kilat, akhirnya turun hujan, jatuh di atas genteng rumah, angin mengubah lekungan hujan, jendela kaca bunyi tik tik tik oleh air hujan.

Lapisan hujan putih dan berkabut berhamburan ke tanah, seperti asap cerobong dapur yang naik.

Melihat hujan semakin deras, Vanesa mulai ragu, dia berpikir apakah mau mengambilkan payung untuk Danang atau tidak.

Sudahlah, dia juga tidak bodoh, pasti berada di lantai bawah menunggu hujan berhenti, dan hujan pasti akan berhenti.

Angin menerobos masuk, meniup rambutnya hingga beterbangan, air hujan juga masuk mengikuti angin, membasahi baju depan dadanya.

Dia sedang bersiap menutup jendela, tiba-tiba tertegun.

Melalui jendela, dia melihat Danang, dia tidak menunggu hujan reda di lantai bawah, tapi melihat ke sana melihat ke sini di tengah hujan, sepertinya sedang mencari sesuatu.

Apa yang sedang dia lakukan?

Apakah dia sedang mencari cincin?!

Benar, dia sedang mencari cincin, Vanesa melihat lebih lama lagi, memastikan tujuannya.

“Si bodoh ini, bagaimana mungkin bisa menemukannya.” Vanesa merasa lucu dan menyesal, menyesal karena tidak seharusnya tadi mempermainkan dia.

Dengan begini, satu melihat dari atas, satu mencari di bawah, awalnya mengira dia akan menyerah dengan cepat, tapi dia mencari hingga langit gelap.

Hujan sudah reda, dia pergi dengan membawa kekecewaan.

Vanesa juga sudah basah kuyup, menghela nafas, setelah mandi lalu berbaring di atas ranjang, selimut ditutup hingga ke kepala.

Keesok harinya, begitu langit terang Danang sudah bangun.

Sepanjang malam dia tidak tidur, tidak ada yang tahu apa sedang dia pikirkan, otak sedikit kosong.

Waktu yang dijanjikan adalah jam 10.00, masih belum sampai jam 09.00, sudah menerima telepon dari Melinda .

Suara Melinda penuh sukacita: “ Danang, ada satu hal tante ingin minta tolong padamu?”

Tampaknya kelembutannya kembali seperti saat Keluarga Shiba masih belum bangkrut.

Danang dengan singkat menjawab sepatah “Katakan”.

“Mungkin ada kesalahpahaman antara kita dengan apa yang terjadi sebelumnya, tante minta maaf padamu, kamu juga jangan menyimpannya dalam hati, jadi begini, hari ini kalian mau pergi mengurus prosedur perceraian, sebelum itu, aku ingin kamu merekam sebuah video.”

“Video apa?” Danang tidak paham.

“Bukan apa-apa juga, hanya ingin menyuruhmu menjelaskan bahwa alasan utama perceraian karena kamu, coba kamu pikir-pikir, sekarang kalian bercerai, orang-orang yang tidak tahu permasalahannya pasti akan berpikir Keluarga Andez yang sekarang mata duitan, tidak apa-apa jika orang lain salah paham padaku, tapi Sasa tidak bersalah, aku tidak ingin dia dianggap cewek matre sombong oleh orang lain, akan memberi dampak jika kelak dia mencari pasangan lagi, reputasi seorang wanita adalah nyawanya, tidak boleh demi dirimu menghancurkan reputasinya.”

“Aku tahu, Vanesa bukan wanita seperti itu, aku sendiri yang berinisiatif mengajukan perceraian, tidak perlu kamu bicara banyak, aku juga akan berbuat begitu.”

Di seberang telepon, Melinda marah dan bergumam dua kata, berkata bahwa sudah menyelesaikan model esai, sudah dikirim ke wechat Danang, menyuruh dia mengikuti itu untuk rekam.

Di dalam dokumen total ada tujuh persyaratan.

1.Mengakui diri sendiri berubah, berkhianat dalam pernikahan.

2.Mengakui kalau setelah menikah tidak ada kontak seksual, alasan utamanya karena dia bermasalah dalam seksual.

3.Mengakui Keluarga Andez telah melakukan yang terbaik untuknya, dia sendiri yang bersikeras.

4.Menjelaskan bahwa Keluarga Andez tidak menghabiskan banyak uangnya, sebaliknya saat dia bangkrut malah memberikan bantuan padanya.

5.Tulus minta maaf pada Keluarga Andez atas perilakunya yang tidak pantas.

6.Memuji ibu mertua, mengenai isi pujian yang spesifik adalah……(sepuluh ribu kata dihilangkan di sini)!

7.Berjanji kelak tidak akan mengganggu Vanesa lagi.

Melinda lebih keterlaluan dari yang dia bayangkan, orang bodoh baru akan melakukannya sesuai itu.

Danang merekam sebuah video sesuai dengan keinginannya, tidak mengkritik Keluarga Andez, juga tidak bertentangan dengan hatinya untuk memuji ibu mertuanya, dia menggunakan kata-kata yang sederhana untuk menjelaskan alasan dia meninggalkan Keluarga Andez karena dirinya sendiri, tidak ada hubungan dengan siapa pun.

Jelas sekali, Melinda tidak puas dengan video ini, setelah dia menerima video masih berniat memarahinya, tapi kata-kata kasar yang dikirimkan hanya ada tanda seru merah.

Danang sudah menghapus dia, selain Vanesa , semua orang dari Keluarga Andez dihapus olehnya.

Jam 10.00, Danang melihat Vanesa berada di depan pintu kantor catatan sipil.

Hari ini dia mengenakan kemeja putih, dipadukan dengan rok hitam selutut, tinggi tubuh yang hampir mencapai 1,7 meter walaupun mengenakan sepatu datar juga bisa menunjukkan postur ramping tubuhnya dengan sempurna.

Mungkin bagi dia hari ini adalah hari spesial, riasan wajah lebih tebal dibandingkan biasanya, tapi dibandingkan dengan wanita yang ada dijalan masih termasuk lebih tipis.

“Kamu cantik sekali.” Danang bicara duluan.

“Terima kasih.” Vanesa hanya meliriknya sebentar, langsung membalikkan badan: “Sudah siang, ayo kita masuk saja.”

“Tunggu dulu.” Danang menunjuk wajahnya: “Riasan alismu sebelah kiri lebih tipis dibandingkan sebelah kanan.”

Vanesa mendengarnya, lalu mengeluarkan wadah kosmetik dari dalam tas, bercermin sejenak, memang lebih tipis sedikit.

“Aku bantu kamu membenarkannya.”

Vanesa masih belum sempat menolak, Danang sudah merebut pensil alisnya.

Tidak tahu kenapa, dalam benak muncul gambaran kemarin saat dia mencari cincin di tengah hujan, ragu-ragu sejenak, dia mengangguk, tiba-tiba bercanda mengatakan: “Jika kamu tidak membuat alisnya dengan bagus, aku tidak akan mengampunimu.”

Danang tidak bisa merias wajah, tapi dia sangat berhati-hati menggambarnya, ini adalah pertama kalinya dia membuat alis, tidak menyangka dilakukan di tempat seperti ini.

Setelah beberapa saat, mereka berdua keluar dari kantor catatan sipil.

“Kelak kamu ada rencana apa?” Vanesa asal-asalan bertanya.

“Masih belum terpikirkan.” Danang jawab dengan jujur, kemudian mengeluarkan sebuah kantong wewangian, diberikan padanya: “Gantung di atas tempat tidur, kelak kamu tidak akan mengalami insomnia lagi.”

Kantong wewangian dibuat oleh Danang dengan sepenuh hati, bukan hanya bisa menyembuhkan insomnia, masih ada efek ajaib untuk memberi ketenangan pikiran.

Vanesa baru berpikir ingin mengucapkan beberapa kata perpisahan, masih belum bicara, sebuah mobil Maybach baru berhenti di depan mereka berdua.

Jendela depan dibuka, menujukkan wajah besar Melinda yang membosankan itu.

Melinda turun dari kursi samping pengemudi: “ Sasa, akhirnya kamu bercerai dengan bajingan ini juga, cepat sini, lihat siapa yang datang.”

Mengikuti pandangan matanya, Vanesa melihat seorang pria yang mengenakan setelan Versace, menggunakan ikat pinggang Hermes, mengenakan sepatu Armani dan jam tangan Omega.

Dia tidak tinggi, palingan hanya 1,7 meter lebih sedikit, namun ketinggian tumit sepatu mengangkatnya hingga menjadi 1,75 meter.

Kelima indera yang termasuk cukup rapi terlihat agak lembab, rambutnya sangat alami dan elegan, masih memakai kacamata yang sangat tidak sesuai dengan watak dirinya, membuat orang merasa dia adalah preman setempat yang berpura-pura menjadi orang berpendidikan.

“Ringgo Maman, kenapa kamu berada di sini?” Vanesa mengenalnya, tidak terlalu akrab, hanya tahu keluarga orang ini sangat kaya, cukup terkenal di industri medis.

Sebelum mengenal Danang, Melinda selalu ingin mempersatukan mereka, namun pada saat itu Ringgo sedang berada di luar negeri, ditambah Danang muncul mendadak, masalah ini berhenti begitu saja.

Beberapa hari lalu, Ringgo baru pulang dari luar negeri, mencari tahu situasi Vanesa melalui Melinda , Melinda mencoba cari tahu maksudnya lewat apa yang dia katakan, menemukan kesannya terhadap Vanesa luar biasa baik, dalam hatinya senang sekali, langsung menghina Danang sampai tidak berharga sedikit pun, dan mengambil keputusan sendiri ingin menjadi mak comblang bagi mereka.

Putrinya bahagia atau tidak bukanlah sesuatu yang penting baginya, ada uang maka ada kebahagiaan, ini adalah konsep pemikirannya, dia sudah terburu-buru, bagaimanapun barang yang keranjang belanja masih belum dikosongkan olehnya.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu