Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
Di dalam kamar.
“ Sasa, benarkah yang kamu katakan ? Kamu benaran belum tidur bersama dengannya ?” Melinda menarik tangan anak perempuannya, lalu tertawa bersenang ria.
“Ibu, aku sudah bilang, aku pisah tempat tidur dengannya setelah menikah, bahkan tidak pernah ada interaksi fisik, mana mungkin bisa tidur bersama, aku takut kamu akan cerewet, makanya tidak kasih tahu kamu.”
“Bagus sekali, ibu masih mengira kalau kesehatan tubuh kalian berdua bermasalah.” Melinda tertawa senang, suasana hatinya menjadi cerah meriah :”Dulu memang ibu yang salah menilai, awalnya mau mencari seorang menantu kaya, hasilnya malah mendapatkan seorang penganggur tidak berguna.”
“Begini saja, kamu cepat cerai dengannya, berdasarkan penampilan kamu, jangankan menikah yang kedua kalinya, bahkan ketiga maupun keempat kalinya juga ada banyak orang kaya yang menanti untuk menaksir kamu, gendut jelek tidak masalah, intinya harus bisa berbakti kepada ibu mertua, bagaimanapun juga lebih berguna daripada penganggur ini.” Pemikiran Melinda tetap saja egois seperti biasanya.
“Ibu, kamu anggap aku sebagai apa ? Pohon uang atau barang jualan ?” Vanesa membuang tangan ibunya, lalu berdiri dari kasur.
“Aduh, ibu tidak bermaksud seperti itu, aku tahu kamu masih berkenan sama kejadian saat aku memaksamu menikah dengan manusia bajingan itu, tetapi aku sama ayahmu juga tidak berdaya, saat itu perusahaan Keluarga Andez mengalami keadaan krisis, apabila tanpa bantuan Keluarga Shiba, kita hanya bisa tinggal menanti mati saja.”
“Jadi demi keuntungan pribadi kamu sendiri, kamu memilih untuk mengorbankan kebahagiaanku ya ?” Vanesa membalikkan badan, wajah cantiknya penuh dengan rasa sakit hati.
“Sudahlah sudahlah, masalah ini sudah lewat juga, setelah kamu bercerai dengannya, ibu jamin tidak akan ikut campur dengan kehidupan asmara kamu lagi, boleh ?” Melinda juga merasa sedikit tidak tega dengan anak perempuannya, akhirnya hanya boleh memilih untuk mundur satu langkah.
Reaksi wajah Vanesa mulai membaik, dia diam-diam menghapus air mata di sudut mata, lalu mulai duduk kembali :”Sudah pasti harus cerai, tetapi bukan sekarang.”
“Kalau begitu kamu mau menunggu sampai kapan ? Jangan-jangan kamu masih tidak tega dengan budak itu ya ?”
“Ibu, ibu jangan menebak sembarangan, aku sama sekali tidak ada perasaan apapun terhadap Danang, bahkan sangat benci dengannya, aku tidak nyaman sekali kalau tinggal satu kamar dengannya, aku malah berharap jangan melihatnya lagi, mana mungkin merasa tidak tega.” Pada saat berbicara seperti ini, otak Vanesa kepikiran adegan kebaikan Danang terhadap dirinya, dia menggelengkan kepala untuk membuang pemikiran yang tidak nyata ini.
“Keluarga Shiba baru saja bangkrut, kita sekarang sudah langsung menendang dirinya dengan sejauh mungkin, dengan begitu Keluarga Andez akan dikritik oleh masyarakat umum, mungkin juga bisa membuat aku memikul makian sebagai orang yang mementingkan uang, setelah berita ini mulai berlalu, kita baru bahas masalah cerai saja.” Vanesa berkata dengan kejam, dia sama sekali tidak merasa bersalah, dikarenakan mereka memang bukan bersama karena cinta, sehingga tentu saja bisa berpisah pada kapanpun.
“Benar sekali, pertimbangan kamu benar sekali, begitu saja solusinya.” Melinda menepuk tangan, kesannya sangat puas.
“Tetapi masalah dua miliar itu, aku berharap ibu jangan terus mengejar lagi, jujur saja, meskipun dia suka berfoya-foya, tetapi uang yang telah dihabiskan untuk kita juga lumayan banyak, apalagi kalau untuk ibu, ibu menggali keuntungan dari tubuhnya dengan segala alasan, dia juga tidak pernah menolak…”
“Sudah sudah, masalah ini tidak perlu dibahas lagi, terserah dia mau jual diri atau jual ginjal, uang dua miliar itu mesti bayar padaku, aku tidak akan mengampuni dia kalau tidak bayar.”Mengenai masalah yang berhubungan dengan uang, Melinda sama sekali tidak pernah mengalah.
Vanesa masih ingin terus menasihati ibunya, namun saat ini terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“Aku sudah pulang.” Danang berpura-pura baru pulang ke rumah, sebenarnya hati dirinya telah retak.
Setelah membuka pintu kamar, Vanesa melihat wajah Danang yang berantakan, dia kepikiran lagi dengan kejadian pada gedung besar itu, api amarah di benaknya membara seketika.
Phakkk !
Suara tamparan menebar pada wajah Danang.
“Kamu tahu tidak, dikarenakan kamu berpura-pura menjadi spider man, aku bahkan kehilangan penjualan berjumlah besar, waktu satu bulan mubazir begitu saja !” Vanesa bernafas dengan kuat, sepertinya sangat emosi.
“Bagus sekali tamparannya, jangan memanjakan manusia tidak berguna seperti ini.” Ibu mertua mulai menghasut di samping.
“Maaf, aku tidak kepikiran akan…”
“Diam !” Hasil kerjanya melayang begitu saja, padahal kalau berhasil melaksanakan penjualan kali ini, prestasi penjualan dirinya sudah pasti bisa mengalahkan Selina Andez, namun akhirnya malah terjadi masalah seperti ini, Vanesa semakin emosi apabila berpikir kembali, namun hatinya malah sedikit tersentuh setelah melihat tatapan Danang yang kecewa, apakah dirinya telah keterlaluan ?
Danang menyimpan kembali tatapannya, lalu mengeluarkan uang dari saku baju dan menyerahkan kepada Melinda :”Ibu, uang ini ibu pegang saja dulu, sisanya aku akan bayar secepat mungkin.”
“Uang sedikit ini apa gunanya, bahkan tidak cukup kalau mau dianggap sebagai bunga.” Melinda menyimpan uang ke dalam tas sendiri, lalu berkata :”Modal pinjaman dua miliar, bunga perhari dua juta, aku tidak akan mengampuni kamu kalau kurang satu sen !”
“Aku mengerti.” Danang melotot sekilas, lalu masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu.
“Manusia tidak berguna, masih berani melotot aku pula, ke depannya bahkan sisa makanan anjing, aku juga tidak akan memberikan ke kamu lagi !” Suara Melinda semakin kecil, dia ditarik oleh Vanesa ke ruang tamu.
Danang berbaring di dalam bak mandi, isi pemikirannya terus bergema kata-kata menyakitkan yang dilontarkan oleh Vanesa barusan.
Apakah harus terus berlanjut hubungan ini lagi ?
Atau menyesuaikan saja dengan keinginannya ? Berpisah begitu saja dengannya ?
Apakah dia sendiri sanggup melepaskannya ?
Danang semakin pusing kalau berpikir, setelah itu dia mengatur suhu air menjadi suhu yang paling rendah, airnya menjadi sejuk, namun hatinya juga ikut mendingin.
Danang diam-diam melatih < Kutukan 9 Nyawa >, Prabowo sudah melakukan persiapan untuknya dari segi metode, sehingga Danang dapat melatih dengan lancar pada pertama kalinya.
< Kutukan 9 Nyawa > terdiri dari sembilan tingkatkan, saat ini kemampuan Danang berada pada tingkatan dasar, sehingga hanya bisa teknik mengendalikan manusia, namun keahlian tersebut sudah merupakan keahlian yang sangat hebat di bumi ini.
Di dalam metode tersebut adalah sebuah teknik pengobatan yang bernama “ Akupuntur Air ”, teknik ini dapat mengubah air menjadi bentuk jarum dan meresap ke dalam tubuh, gunanya membersihkan kotoran yang menumpuk di dalam tubuh.
Danang mencoba sekilas, air masih bersih sebelum jarum air tersebut meresap ke dalam tubuhnya, namun setelah itu, airnya berubah menjadi warna lainnya, dan juga sangat busuk dan kotor.
Setelah melakukan serangkaian “ Akupuntur Air ”, air di dalam bak mandi menjadi kotor sekali, di dalam kamar mandi penuh dengan udara yang tidak enak dicium.
Namun Danang malah sebaliknya, kulit tubuhnya menjadi licin dan lembut, seluruh rasa kelelahan pada tubuhnya terhapus begitu saja, kesannya menjadi sangat segar dan bersemangat.
“Kenapa begitu lama ? Cepat keluar !”
Vanesa sedang berteriak di luar, dia barusan menerima telepon dari Sumitro yang menyuruh mereka pergi ke Hotel Nogo, dikarenakan hari ini akan sebuah acara keluarga yang diadakan sebulan sekali.
“Iya.” Danang membungkus tubuhnya dengan handuk, lalu berjalan keluar sambil mengeringkan rambut yang basah.
Setelah melihat kondisi tubuh Danang, mata Vanesa menjadi berbinar-binar, kenapa kulitnya tiba-tiba menjadi begitu mulus ?
Rambut yang masih basah, bentuk tubuh yang tegap, vest line yang jelas, beserta kulit yang putih dan mulus bagaikan susu, semua ini membuat Vanesa juga terus mengintipnya.
Berdasarkan pengaruh dari Kutukan 9 Nyawa, tubuh Danang ada sebuah aura yang luar biasa, hal ini memang tidak terlalu jelas, namun Vanesa yang sensitif dan berinteraksi dengannya pada setiap hari tetap saja merasakannya.
Ini ilusi, ini pasti hanya ilusi, Vanesa menstabilkan pemikirannya yang kacau, lalu berubah kembali menjadi reaksi dingin.
“Buat apa bertele-tele, cepat ganti baju.” Vanesa mendesaknya.
“Aku jangan pergi lagi, daripada mereka mengejek kamu, nanti kamu malah menyalahkan aku lagi,”
“Kamu merasa aku berharap kamu pergi ya, nenek yang ingin bertemu denganmu.” Vanesa duduk di depan cermin dan berdandan tipis, kelihatannya sangat cantik.
“Lagi pula di dalam hatimu, aku orangnya begitu berhati sempit…” Vanesa belum yang menyelesaikan pembicaraannya malah terdiam secara tiba-tiba, dia kepikiran dengan kejadian “spider man” hari ini, berdasarkan logika normal, Danang sedang berusaha mencari nafkah, namun dia sendiri malah menyalahkan kegagalan bisnisnya kepada Danang, seandainya bukan dia sendiri yang merasa gengsi dan membohongi Direktur Zhao, mungkin saja tidak akan mendapatkan hasil seperti ini.
“Kamu bilang saja, mau pergi atau tidak ? !” Sikap Vanesa sangat keras, jarang sekali mengalah dengan inisiatif, sehingga langsung mengabaikan permasalahan ini
“Iya.” Danang mengangguk, jelasnya sudah setuju, dia tidak buru-buru mengganti baju sendiri, malahan berdiri di belakang tubuh Vanesa.
“Buat apa berdiri bengong di sini, cepat ganti baju…Aaaa !” Reaksi wajah Vanesa menjadi sengsara pada saat menoleh, lalu mendesah kesakitan dan menarik nafas dalam.
“Lehermu sudah kaku, aku meredakan dulu.” Danang yang mengetahui permasalahannya langsung mengulur tangan dan meletakkan pada bagian pundak Vanesa.
“Kamu pergi…Aaaa!” Vanesa berdiri dan ingin mendorongnya, namun akhirnya malah menginjak pada gaun panjang sendiri dan terpeleset ke depan, ketika hampir jatuh tergeletak di lantai, dia mengulur tangan dan menarik sembarangan, akhirnya malah menarik handuk yang sedang membungkus pada tubuh Danang.
Danang yang cepat tangkap juga memiringkan langkahnya, tangan kanannya menahan pada kepala kecil Vanesa, Vanesa terhindar dari nasib jatuh tergeletak, akhirnya tubuhnya menjadi lemas jatuh terduduk di hadapan Danang.
Pada saat ini, kedua kaki Danang sedang terbuka lebar, satu tangannya sedang menahan pada kepala Vanesa, sementara pada saat ini Vanesa juga sedang berlutut di hadapannya dengan wajah yang sangat bengong, tatapan matanya sangat emosi dan mulutnya sedikit terbuka, pemikirannya sudah kosong sama sekali.
Gaya ini…terlalu menyebalkan !
Danang menarik sudut bibir, bagus sekali, sudut ini pas-pasan.
Kesempatan yang telah pergi tidak akan datang kembali, tangan satunya Danang juga ikut mengulur dan menahan pada belakang kepala Vanesa.
“Kamu…kamu mau buat apa….” Vanesa merasa ketakutan, namun tubuhnya bagaikan telah kaku di tempat, dia sama sekali tidak ada tenaga untuk bergerak.
“Ayo, tenang dulu, jangan tegang, sebentar lagi sudah siap, kamu jamin kamu pasti akan menjadi nyaman…”
Novel Terkait
Love at First Sight
Laura VanessaCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMy Secret Love
Fang FangAsisten Bos Cantik
Boris DreyMy Charming Wife
Diana AndrikaUnlimited Love
Ester GohHabis Cerai Nikah Lagi
GibranLove and Trouble
Mimi XuMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan