Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 14 Berpisah

Dibuku tertulis, ketika seorang wanita sudah benar-benar kecewa padamu, dia akan memilih pergi.

Pria juga seperti itu.

Walau memiliki segala macam perasaan, juga akan diputus olehnya.

“Apa yang kamu katakan, coba katakan sekali lagi?” Vanesa mengira dia yang salah dengar, sangat terkejut sekali.

“Aku mengatakan, kita bercerai saja, bisa hari ini, juga bisa besok.”

Semua rasa bersalah Vanesa ditekan oleh kata-katanya ini, tanpa sebab api amarah langsung naik: “Aku tahu kamu sudah mendapat perlakuan tidak adil, aku juga bersedia minta maaf padamu, tapi aku mohon kamu jangan pura-pura menunjukkan gaya menyedihkan, strategi permainan kucing dan tikus ini, sedikit pun tidak berguna bagiku, aku beri kamu kesempatan terakhir, tarik kembali kata-kata itu.”

“Sudah diputuskan tidak bisa ditarik kembali, ini adalah keputusanku, lagipula cepat atau lambat juga bercerai.” Tiba-tiba Danang mulai tertawa.

“Apa maksud dari kata-katamu ini?”

“Aku sudah dengar semua percakapan antara kamu dan mamamu di dalam kamar, dulu aku hanya merasa asalkan berusaha mencintaimu, secara alami akan berhasil, tidak menyangka semua ini hanya keinginanku sepihak, bagimu kebaikanku, adalah beban, rasa bosan, menahan diri, rasa jijik, rasa ingin muntah, karena sudah begini, untuk apa dipaksakan lagi.”

Danang masih tertawa, dia menertawakan dirinya sebagai seorang pria yang bodoh yang mabuk cinta.

Selama tekun dan bekerja keras segalanya pasti akan berhasil, banyak hal asalkan bertahan maka akan berhasil melakukannya, tapi masalah perasaan adalah pengecualian, perasaan bukanlah masalah satu orang, orang yang semakin berusaha keras semakin lelah, orang yang semakin peduli semakin menyedihkan.

Yang tidak bisa didapatkan selamanya akan selalu bergejolak, yang dicintai selalu ada tempat bergantung tanpa ketakutan.

Daripada membiarkan dia berbuat senonoh dan sombong dalam duniamu, lebih baik membangun sebuah dunia baru, sebuah dunia tanpa dia.

Sudah saatnya lepaskan tangan, sampai di sini saja!

“Cerai, segera cerai dengan dia, dia tidak memiliki kemampuan apa pun, masih memiliki banyak hutang, orang seperti ini tidak cocok untukmu, setelah cerai mama akan carikan yang lebih baik untukmu.” Setelah Melinda mendapatkan uang, sangat berharap bisa langsung menendangnya, dia sudah terburu-buru ingin menemukan menantu yang bisa membantunya mengosongkan kereta belanja.

“ Sasa, ini yang dia katakan sendiri, kamu restui dia saja, apa yang mamamu katakan benar, sekarang dia memang tidak cocok untukmu.” Danang memarahi Nenek Yun sama saja sudah menyinggung seluruh Keluarga Andez, masih putus hubungan dengan ayah mertuanya di depan umum, bagi Sumitro, menyuruh dia tetap tinggal hanya akan merugikan, tidak ada manfaatnya.

Kemarahan Vanesa mulai mereda, setelah terdiam lama, menarik Danang kembali ke dalam kamar.

Lalu mengunci pintu dari dalam, Melinda yang ingin ikut masuk terhadang di luar sana.

Vanesa membuka jendela, bersandar di samping jendela: “Aku tidak akan menyangkal kata yang sudah diucapkan, aku memang tidak mencintaimu, pada waktu menikah denganmu karena tekanan keluarga besar, aku juga pernah berpikir mungkin dalam waktu yang lama akan tumbuh rasa cinta, tapi kamu baju tidak bisa cuci, makanan tidak bisa masak, bertemu masalah hanya bisa menggunakan uang untuk menyelesaikannya, bukan karena keluargamu bangkrut aku baru membencimu, tapi aku tidak bisa melihat harapan dari dalam dirimu, tidak ada uang, bahkan bertahan hidup saja menjadi masalah untukmu.”

Danang tidak menjawab, dia diam dan memasukkan pakaian ke dalam koper.

“ Keluarga Andez dan aku memang bersalah padamu……”

“Kantor urusan sipil sudah akan tutup, mengingat kemacetan lalu lintas, lebih baik kita lebih cepat berangkat saja, jika tidak hanya bisa menunggu besok.” Danang menarik resleting koper yang tidak terlalu mulus, koper ini dia beli untuk digunakan saat perjalanan bulan madu dengan Vanesa , akhirnya dia terus menundanya, sekarang sudah bisa digunakan.

Wajah Vanesa memancarkan rasa tidak senang, apakah dia begitu terburu-buru?

Suasana hati yang bergejolak dirusak, Vanesa mendesis sekali, mengeluarkan setumpuk barang mewah dari dalam laci.

“Semua ini kamu yang beli untuk aku, sekali pun aku tidak menggunakannya, kamu bawa keluar dan jual lagi, masih bisa meringankan krisis ekonomimu.”

Danang berdiri, memiringkan kepalanya: “Jelas-jelas barang yang sangat disukai, kenapa kamu tidak menggunakannya?”

“Karena aku tidak suka dengan orang yang memberikan barang ini, jadi tidak peduli apa pun yang dia berikan aku tidak akan menyukainya.” Vanesa sudah terbiasa Danang patuh padanya, namun hari ini penampilannya sangat dingin sekali, ini membuat dia merasa tidak nyaman, nada bicara juga berubah jadi dingin.

“Karena barang yang sudah diberikan padamu, maka itu adalah milikmu, kamu tidak menginginkannya, berikan pada mamamu saja, itu bisa membuat dia merasa senang.”

“ Danang, kamu jangan bersikap aneh lagi di sini, siapa yang menginginkan semua ini, kamu tidak mau aku akan membuangnya, semua akan dibuang!” Vanesa merasa niat baiknya tidak mendapatkan respon yang diharapkan, muncul emosi negatif.

“Barang-barangmu, mau kamu apakan, tidak ada hubungannya denganku.” Danang sedang melihat Vanesa , tampang dia sedang marah juga sangat cantik.

“Lalu ini, juga tidak ada hubungannya denganmu?” Vanesa mengeluarkan sebuah kotak yang indah dan halus dari dalam kotak rahasia, di dalam tersimpan sebuah cincin berlian, ini adalah cincin yang dipakaikan Danang padanya saat hari pernikahan.

Tanpa sebab Vanesa berharap Danang bisa mengucapkan kata-kata untuk membujuknya, dia tidak tahu apa alasannya, tapi dalam hati berpikir seperti itu.

Danang tertegun menatapnya: “Setelah menikah kamu tidak pernah memakainya, sekali pun tidak, aku tahu kamu tidak suka barang yang aku berikan padamu, tapi aku tetap berharap kamu bisa menyimpannya, anggap saja sebagai saksi dari kenangan selama tiga bulan ini.”

“Kamarku terlalu kecil, tidak bisa menyimpannya.” Vanesa mendorong kotak ke sana, dia tahu cincin ini sangat berharga, juga tahu Danang sangat kekurangan uang, jadi memilih tidak menginginkan “kenangan” ini.

“Barangmu, mau buang atau simpan, mau jual atau diberikan ke orang, kamu putuskan sendiri.” Danang tidak mau mengambilnya, dia berharap cincin ini bisa mengantikan dirinya menemani dia, walaupun berada di sudut yang gelap.

Vanesa tidak berpikir seperti itu, ditolak berulang kali, dia sudah tidak bisa bersabar lagi: “Apakah sangat berharga? Benar-benar mengira aku tidak berani membuangnya, akan aku buang supaya kamu melihatnya.”

Dia mengeluarkan cincin yang ada dalam kotak, membuka jendela, sekuat tenaga melempar keluar.

“Kamu!” Danang membelalakkan mata, hati terasa sangat sakit, dengan mata memerah melepaskan cincin kawin yang ada di jari manisnya, berpura-pura santai meletakkannya di atas meja: “Nanti sekalian bantu aku membuangnya.”

Pipi Vanesa memerah sambil menggertakkan gigi, langsung mengambil cincin yang ada di atas meja: “Tidak perlu nanti, sekarang saja.”

Sambil bicara, dia mengulurkan tangan melempar keluar.

Danang melihat pipi sampingnya yang halus dan merona, hati bagai tersayat pisau, dia benar-benar tidak berperasaan.

Suara gemuruh!

Terdengar bunyi petir, awan hitam memenuhi langit, langit sangat gelap sekali, angin bertiup dari selatan, dedaunan gemerisik.

“Ramalan cuaca hari ini cukup akurat, hujan badai akan tiba, aku pergi dulu, sampai ketemu besok.” Danang bilang pergi tapi tidak pergi, dia masih berharap Vanesa bisa menahannya untuk tetap tinggal, walaupun memberi dia payung juga sudah cukup baik.

Tapi dia tidak, bahkan tidak melihat dirinya, acuh tak acuh menjawab sepatah “Eng”, termasuk mengucapkan selamat tinggal.

Danang menghela nafas, menyeret kopernya, dengan alami tapi berat meninggalkan kamar ini, meninggalkan rumah ini.

Mendengar suara pintu tertutup, Vanesa membalikkan kepala melihat sejenak, dia sudah pergi.

Diriku sudah lama menantikan hari ini, jelas-jelas seharusnya sangat senang, kenapa ada perasaan kehilangan dalam hati?

Vanesa perlahan membuka telapak tangannya, dua buah cincin berkilauan di tangannya…..

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu