Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
Pada ruangan lain di Hotel Nogo.
Nogo Zhang yang turun tangan sendiri untuk menyajikan hidangan, lalu melayani Valeri dan Danang dengan sikap ramah.
Pada pertengahan ini, Valeri menjadi sangat akrab dan dekat dengan Danang, mereka bahkan membahas berbagai topik pembahasan yang tidak terlalu penting, namun semua ini dikarenakan Valeri berencana untuk lebih mengerti dengan Danang berdasarkan beberapa pembahasan tersebut, lebih tepatnya adalah ingin lebih mengerti dengan kakek Danang, dia sudah terlanjur menganggap kakek Danang sebagai dewa yang hidup di luar pengendalian bumi.
“Aku sudah mendengar dari Bono mengenai masalah Keluarga Shiba, aku juga merasa sayang sekali, aku tidak berani berkata sombong, tetapi seandainya Adik Shiba mengalami kesulitan di ekonomi, pasti harus kasih tahu aku, aku akan berusaha menyelesaikan semua yang berhubungan dengan uang.” Setelah pembahasan sejenak, Valeri sudah memiliki pengertian dasar mengenai sifat Danang, sehingga juga mulai mengalihkan ke topik pembahasan utama.
“Abang sudah memberikan bantuan besar kepadaku, aku segan merepotkan kamu lagi.”
“Jangan sungkan, kamu adalah penyelamat nyawaku.” Valeri meneguk anggur, lalu menggeleng kepala dan mengeluh nafas.
“Kalau abang ada masalah lain, coba katakan saja, mungkin saja aku sanggup membantu.” Danang sudah menyadari niat lain dari Valeri, namun dia tetap saja tidak melontarkan kata jaminan.
“Memang ada sesuatu yang butuh bantuanmu…” Valeri menjelaskan secara sekilas, intinya adalah anaknya sedang mengidap sejenis penyakit yang suka meminum darah segar, saat ini sudah pernah merawat di berbagai rumah sakit dan telah menjalankan konsultasi dengan berbagai dokter profesional dalam negeri, namun tetap saja tidak bisa mengetahui penyebabnya, Valeri yang sebagai seorang ayah hanya bisa menyaksikan anak sendiri yang menjadi kurus dan lemas, tetapi malahan tidak dapat membuat apapun, jelasnya merasa sangat sakit hati.
Selain mengurus masalah bisnis, tujuan Valeri berkunjung ke Harian New York adalah untuk mencari orang yang bisa mengobati penyakit anaknya, katanya di Harian New York ada seorang dokter tua yang hebat dalam ilmu penyimpangan, sehingga dia langsung membawa anaknya ke sini.
Dokter tua tersebut memang memiliki keahlian, dia dapat mengurangi kesengsaraan anaknya, namun tetap saja tidak dapat mengobati inti penyakit anaknya, sehingga masih belum menemukan penyebab penyakitnya.
“Adik Shiba, kamu masih muda tetapi sudah memiliki keahlian yang begitu hebat, berarti kemampuan kakekmu pasti sudah menginjak bertingkat dewa, aku benaran tidak ada solusi lagi, makanya berharap bisa minta tolong kepada beliau untuk mengobati anakku, baik berhasil maupun tidak, aku pasti akan mengutarakan rasa terima kasih.”
“Kakekku sudah tidak ada di bumi ini lagi.” Kata-kata Danang membuat Valeri beranggapan kalau Prabowo telah meninggal dunia, sehingga reaksi wajahnya sangat murung.
“Kalau abang tidak berkenan, aku boleh mencoba.”
Valeri menjadi semangat lagi, setelah kepikiran bakat Danang yang luar biasa, api harapannya mulai membara, namun dia tetap tidak mendesak Danang.
Danang mengerti rasa menderita di hati Valeri, sehingga juga tidak sengaja mengulur waktu dan langsung berkunjung ke rumah sakit.
Setengah jam kemudian, mereka berdua tiba di rumah sakit.
Di dalam ruangan VIP, Danang melihat anaknya Valeri yang bernama Regen Gazia.
Di luar bayangan Danang, Regen tidak mewarisi bentuk tubuh gemuk Valeri, apabila dibandingkan dengan orang pada umumnya, wajah Regen tergolong sebagai pria tampan.
Regen sedang berbaring di atas kasur dan memejamkan mata, saat ini sedang dalam keadaan koma.
Danang menghampiri untuk memperhatikannya, bentuk wajahnya sangat kurus dan pucat, tubuhnya penuh dengan luka, seperti manusia setengah mati.
Semua luka ini ditimbulkan oleh dirinya, dia hanya bisa mulai ketiduran dengan memanfaatkan obat, setelah bangun tidur, dia akan terus meminta darah segar dan bahkan ingin menyantap makanan dan minuman yang belum masak, saat ini dia telah menginjak jejak kegilaan, apabila tidak mewujudkan permintaannya, dia bahkan bisa melakukan tindakan yang melukai diri sendiri.
Selain ayah anak Valeri dan Danang, masih ada seorang lelaki tua dan seorang lelaki muda yang sedang berada di dalam ruang pasien tersebut.
Wajah orang tua tersebut berbentuk persegi, tubuhnya tidak tinggi namun sangat tegap, rambutnya telah putih, saat ini tubuhnya sedang mengenakan jas putih, kedua tangannya melipat di belakang tubuh, gayanya seperti orang yang tegas dan serius.
Orang tersebut bermarga Aji, biasanya disapa sebagai Tuan Aji, dia adalah dekan yang sangat terkenal di rumah sakit ini, kesannya sangat sehat dan bersemangat, sehingga dia yang enam puluhan tahun ini malah kelihatannya bagaikan hanya berumur lima puluhan tahun.
Tuan Aji telah menginjak di dunia kedokteran hingga empat puluh tahun, dia mendapatkan julukan sebagai dokter terhebat di Harian New York, keahlian utamanya adalah ilmu kedokteran Cina, namun dia juga sangat ahli dengan ilmu kedokteran barat, sehingga dia memiliki reputasi yang sangat tinggi di Harian New York.
Jelasnya hanya Valeri yang memiliki relasi untuk mendapatkan bantuannya, orang biasanya bahkan sulit untuk bertemu dengannya.
Lelaki satunya lagi adalah asistennya beserta muridnya, namanya Deren Linch, Deren lumayan berbakat, dengan umur yang belum mencapai tiga puluh, dia sudah menduduki posisi ketua kedokteran di rumah sakit tersebut.
“Adik Shiba, dia adalah Dokter Dewa Aji, satu generasi dengan kakekmu.” Valeri saling memperkenalkan, “ Tuan Aji, dia adalah adik kecil yang aku katakan padamu di telepon, meskipun umurnya masih muda, tetapi kemampuannya luar biasa sekali.”
“Setelah mendengar pujianmu, aku malah mengira kamu telah berhasil menemukan orang yang sangat hebat, ternyata hanya seorang adik kecil yang baru menginjak dunia kedokteran.” Tuan Aji kelihatannya tidak begitu senang, dia melirik sekilas untuk menilai Danang, lalu berkata :” Valeri bilang kemampuan kamu sangat luar biasa, boleh tahu kamu muridnya siapa ? Aku lebih kurangnya juga mengenal dengan dokter yang benar-benar hebat di dalam negeri.”
“Kakekku yang mewarisi padaku, namanya Prabowo.” Danang menjawab dengan jujur.
Tuan Aji menampakkan reaksi kebingungan, jelasnya sama sekali tidak kenal dengan orang tersebut.
Namun Deren malah menampakkan reaksi renung, nama ini sangat tidak asing, sepertinya dia pernah mendengar nama tersebut, tiba-tiba kepikiran dengan seseorang :” Prabowo, maksudmu pendiri perusahaan Asura ?”
Danang mengangguk.
“Bercanda apaan, dia seorang pengusaha, lagi pula sudah menghilang dalam waktu belasan tahun ini, kamu mau mengelabui siapa.” Deren memperlihatkan tampang tidak senang :” Direktur Gazia, kamu kurang perhatian sekali, kenapa bisa tertipu sama anak muda ini, kamu bermaksud memburu dokter secara sembarangan, atau ingin pasrah dan mencoba sembarang saja.”
“Bukan begitu juga, tidak boleh menilai manusia dari segi penampilan, sesuatu yang bisa dilihat dari mata sendiri belum tentu nyata, meskipun tampang wajahmu jelek, tidak menandakan hatimu jelek juga.” Danang membantah dengan gaya santai.
“Kamu sembarangan apaan, Direktur Gazia, kalau kamu tidak bisa memercayai Tuan Aji, silakan mencari orang lain saja.” Kata-kata tersebut bukan hanya merupakan maksud Deren, tentu saja juga merupakan maksud Tuan Aji, sebenarnya sifat dasar mereka tidak buruk, namun hanya sekedar terlalu emosional, mereka beranggapan bahwa Danang bukan tamatan dari ilmu kedokteran, sehingga langsung menggolongkan Danang sebagai penipu biasanya.
“ Dokter Linch begitu emosional, apakah malam harinya tidak bisa tidur dengan baik ya ?” Danang juga tidak merasa emosi, dia hanya menusuk bagian samping matanya dengan jari tangan, lalu berkata :”Kalau tidak salah seharusnya waktu dekat ini kamu sering bermimpi buruk kan ? Isi dari mimpi selalu persis, rasa seperti ini sangat tidak enak kan.”
Deren langsung bereaksi terkejut, lalu menatap Tuan Aji dengan tanpa sadar.
Kata-kata Danang pada barusan memang benar sekali, sejak dirinya kembali dari liburan pada minggu lalu, mimpi buruk tersebut datang berkunjung padanya, pada setiap malamnya, dia akan memimpikan seorang wanita dengan rambut panjang terurai yang sedang berdiri di samping kasurnya, wanita tersebut terus melotot dirinya sedang tatapan kejam, hal yang paling mengerikan yaitu, ternyata mata wanita tersebut malahan bolong, darahnya terus menetes, kesannya sangat menakutkan, apabila terbayang dengan adegan yang mengerikan itu, dia akan terasa merinding dalam seketika.
“Lumayan seru, kamu tahu dari mana ?” Tuan Aji tentu saja mengetahui gejala Deren, dia telah mencoba untuk mengobatinya, namun baik dari segi pengobatan tradisional Cina maupun pengobatan kedokteran barat, hasil pemeriksaan tubuh Deren tetap saja tidak ada kejanggalan, hal ini membuat dia sangat kebingungan, setelah melihat reaksi Danang yang sepertinya sangat mengerti, dia langsung menjadi tertarik dengannya.
“Kalau aku bilang dari sega merasakan, apakah Tuan Aji akan percaya ?”
“Jangan bertele-tele lagi, kalau kamu bisa mengobati dia, aku akan menuruti semua permintaanmu.” Tuan Aji adalah manusia yang cepat beraksi, dia tidak mempedulikan bagaimana penjelasan manis dari orang lain, intinya dia hanya mementingkan hasil.
“ Tuan Aji, bukannya tidak terlalu baik…” Deren merasa dirinya telah menduduki jabatan ketua kedokteran, namun saat ini malahan harus menyerahkan penyakitnya kepada seorang anak muda, rasanya lelucon sekali, dia tidak percaya dengan kata-kata Danang pada barusan, jelasnya beranggapan bahwa Danang hanya sekedar mengandalkan nasib kebetulan saja.
“Biarkan saja dia mengobati.” Tuan Aji bereaksi tegas dan sama sekali tidak menerima pembantahan.
“Baik, kita saksikan saja kemampuanmu, tetapi aku mesti terus terang dulu, kalau kamu berani berulah sembarangan, jangan salahkan aku yang tidak menjaga harga dirimu.”
“Bagaimana kalau aku berhasil mengobati penyakitmu ? Bagaimana imbalannya ?” Danang juga tidak buru-buru untuk memperlihatkan kemampuannya, dia tidak ada kewajiban untuk membantu seseorang yang tidak percaya dengannya, sehingga mendingan membahas imbalan yang nyata saja.
“Kamu maunya bagaimana ?”
“Aku ingin menjadi perantara untuk kali ini, aku ingin mengenalkan mitra kerja baru untuk rumah sakit ini….”
Novel Terkait
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiMy Goddes
Riski saputroLove And War
JaneMarriage Journey
Hyon SongPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan