Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 22 Merasa Paling Benar
Ringgo terdiam, jika bukan harus pura-pura jadi pria terhormat di depan keluarga Andez, dari awal dia sudah marah besar.
“Tuan Shiba, kita sudah bercerai, apakah kamu bisa tidak mengikutiku lagi?” Vanesa sedikit kesal, awalnya pandangannya pada Danang sudah sedikit berubah, berpikir setidaknya dia orang yang berani melakukan apa yang ingin dia lakukan namun tiba saatnya untuk lepaskan dia akan melepaskannya, tidak menyangka dia masih melakukan hal-hal ini tanpa rasa malu.
“Aku mengikutimu? Pertama, aku yang tiba duluan, kedua, aku diundang orang untuk makan di Restoran Cattlepack, tidak ada sedikit pun hubungannya dengan kalian, kalian yang terlalu merasa paling benar.”
“Masih pura-pura, siapa yang akan percaya dengan kebohongan tingkat rendah seperti ini, kamu juga tidak mengaca dirimu itu seperti apa, apakah Restoran Cattlepack adalah tempat yang bisa kamu datangi?” Melinda berpikir Danang tidak tahan dihina, baru mengarang alasan diundang orang, kalau tidak bagaimana hanya dia sendiri saja.
“Benar atau bohong setelah sampai juga tahu, untuk apa kamu tidak ada habisnya bicara di sini, membuat orang merasa kesal saja, hanya suaramu itu, tidak pergi ke kuil Shaolin untuk belajar jurus singa mengaum sungguh sia-siakan orang berbakat.” Danang tidak segan-segan membantah kembali mantan ibu mertuanya, Melinda marah hingga langsung menghentakkan kaki.
Kecepatan lift naik tidak lambat, saat bicara sudah sampai di lantai 99.
Sudah ada karpet merah di lantai luar, ada berbagai macam karya seni aneh dan berharga di kedua sisi, sebuah aroma lembut yang elegan tercium dari depan, membuat orang terasa segar.
Di atas ujung karpet, kata Cattlepack bersinar cemerlang dan indah, desain seluruh restoran lebih ke arah gaya nasional, cahaya lampu tidak terlalu terang juga tidak terlalu redup, kelembutannya sangat tepat.
Berjalan ke dalam, seolah-olah berada di dunia yang berbeda, lantai adalah jalan berkerikil yang beraneka warna dan indah, disekeliling dipenuhi berbagai macam bunga dan tanaman, ada beberapa yang bisa disebutkan namanya, ada juga yang sama sekali tidak dikenal, tapi mereka memiliki satu persamaan, yaitu sangat wangi dan indah.
Ada aroma alami di udara, angin lembut menerpa ke wajah, membuat orang merasa segar dan bebas, untuk sementara waktu melupakan semua kesedihan dan kekhawatiran.
Meja dan kursi semuanya terbuat dari kayu asli, ada dudukan lembut yang di letakkan di atas kursi, di dalam juga dilengkapi perangkat mekanis, bisa sesuka hati mengatur jarak dekat atau jauh dan tinggi atau rendah, memberikan kenikmatan yang paling nyaman untuk irang.
Suara musik lembut terdengar di dalam restoran, ini bukan musik yang diputar, melainkan ada orang yang memainkan langsung di tempat, penuh perasaan puitis dan konsepsi artistik yang indah.
Bunga dan pohon, bunga sakura dan air mengalir, apa yang diinginkan pasti akan terpenuhi, yang paling penting adalah, ketinggian di sini mencapai 400 meter dari permukaan tanah, berdiri di samping jendela, bisa melihat setengah New York, kata ‘Cattlepack’, sungguh layak sekali.
Dunia yang makmur dan asri, juga hanya begini saja.
Seorang pelayan wanita yang berpenampilan murni menyambut ke sini sambil tersenyum, dengan sopan menyuruh mereka menunjukkan nomor meja makan mereka.
Ringgo tidak buru-buru duduk setelah verifikasi berhasil, melihat ke arah Danang: “Dia bukan datang bersama kami.”
“Tuan, nomor tempat dudukmu?”
Danang menjawab: “Aku tidak memiliki nomor apa-apa, namaku Danang.”
Baru saja selesai bicara, Melinda dan nenek Yun tertawa mengejek: “Ternyata memang anjing bodoh, masih menganggap diri sendiri orang berpengaruh, kamu berpikir dengan melaporkan namamu sudah bisa mengelabuinya, sungguh konyol sekali!”
Pelayan cantik sangat berkualitas tinggi, tetap tersenyum: “Maaf tuan, untuk masuk harus membuat janji terlebih dulu.”
Danang menggaruk kepala belakangnya: “Aku adalah teman bosmu, dia menyuruh aku……”
“Cukup, kamu cukup, jangan terus membuat malu di sini, setidaknya kamu seorang pria, jangan sampai aku terlalu meremehkanmu.” Jika pada awalnya Vanesa hanya sedikit curiga, maka sekarang dia benar-benar yakin tanpa keraguan, memastikan Danang sedang berbohong.
“Nona Andez, sepertinya kamu selalu memandang rendah diriku, sekarang kamu bukan istriku lagi, juga tidak berhak mengomentari aku, aku memalukan atau tidak apa hubungannya denganmu?” Tidak peduli orang lain mengatakan apa pun, Danang hanya menganggapnya angin lalu, mendengar kata-kata yang diucapkan Vanesa , dia tidak bisa tidak menaruhnya ke dalam hati.
“Apa yang kamu katakan benar, aku memang tidak berhak mengaturmu, aku juga tidak ingin mengaturmu, kamu lakukan saja sesuai keinginanmu.” Vanesa mendesis dingin, berbalik dan tidak melihatnya lagi.
“Orang yang tidak tahu hal baik dan buruk, melihatnya saja merusak pemandangan, ayo kita cepat masuk.” Melinda dan nenek Yun bergantian jalan ke dalam.
“Kelihatannya keluarga Andez tidak terlalu menyukaimu, kamu juga jangan memaksakan diri pura-pura tidak apa-apa.” Ringgo mengeluarkan selembar uang kertas warna merah dari dalam dompet, diremas menjadi gumpalan dan dilempar ke tempat jauh: “Jangan tunggu sisa makanan lagi, pergilah, beli tulang yang lebih bersih untuk makan.”
Yang lebih canggung adalah, Danang sama sekali tidak menggubrisnya, ini membuat perilakunya terlihat seperti badut yang memalukan, sekali lagu pura-pura sombong tapi tapi gagal.
Danang menunggu Velisa di luar, Ringgo masuk dan duduk di bawah bimbingan pelayan.
Di dalam restoran masih ada beberapa meja pelanggan lain, kelihatannya berpakaian mewah dan terhormat, semua adalah orang yang memiliki sedikit kedudukan.
“Wah indah sekali, tempat duduk di sana istimewa sekali, kita duduk di sana saja.” Meskipun di dalam restoran ada banyak bunga dan tanaman eksotis, tapi yang paling menarik perhatian adalah pohon sakura yang sedang mekar itu, di atas ditutupi bunga sakura yang lebat, berwarna merah muda dan lembut, mempesona tanpa kehilangan kemurnian, sekali lihat Vanesa menyukainya.
Berjalan masuk melihatnya, menemukan di bawah pohon sakura bukan tanah bebatuan, melainkan satu per satu batu kristal yang indah dan jernih, bagai dihiasi nuansa romantis gadis muda.
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaVillain's Giving Up
Axe AshciellyLove Is A War Zone
Qing QingMenantu Hebat
Alwi GoMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelWaiting For Love
SnowHabis Cerai Nikah Lagi
GibranMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan