Menantu Luar Biasa Bangkrut - Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
“Lama tidak berjumpa, belum lama ini aku baru pulang ke dalam negeri, kelak akan menetap dan berkembang di dalam negeri.” Ringgo bersalamam dengan Vanesa , mengabaikan Danang yang berdiri di samping.
“ Sasa, Ringgo anak ini sungguh cukup baik, kamu lihat betapa indahnya mobilnya ini, betapa mewahnya, kalau tidak sampai miliaran tidak mungkin bisa membelinya bukan?”
“Lumayan, hanya empat miliar saja.”
“Apa, empat miliar, ya tuhan, kamu sungguh memiliki kemampuan, tidak tahu lebih kuat berapa kali lipat dibandingkan dengan seseorang tidak berguna yang bahkan tidak bisa lulus tes mengemudi.” Melinda sambil merendahkan seseorang sambil mengangkat aura luar biasa Ringgo.
“ Sasa, hari ini demi merayakan kamu terlepas dari lautan penderitaan, juga demi kalian yang bisa berjodoh bertemu kembali, Ringgo mengatakan nanti malam akan mengundang kita sekeluarga dan nenekmu makan malam.” Karena Danang, Sumitro sekeluarga membuat Nenek Yun sangat marah sekali, Melinda ingin memanfaatkan Ringgo untuk menyenangkan Nenek Yun, agar bisa memulihkan posisi Sumitro dan Vanesa di perusahaan.
“Ini adalah kehormatan bagiku, aku sudah memesan tempat di Restoran Cattlepack.” Dia sengaja menekan nada saat mengatakan kata Restoran Cattlepack.
“Apa? Restoran Cattlepack, apakah yang kamu katakan adalah Restoran Cattlepack yang ada di puncak Gedung WTC, gedung tertinggi di Harian New York ?” Melinda bertanya dengan penuh semangat.
“Benar, kalau tidak apakah masih ada Restoran Cattlepack kedua di Harian New York ?”
“ Restoran Cattlepack berada di lantai 99 lantai tertinggi di Gedung WTC, di dalam dipimpin langsung oleh Gordon Ramsay yang dikenal sebagai raja dapur di Harian New York, di restoran memiliki aturan yang keras sekali, setiap hari paling banyak hanya menerima sembilan meja tamu, katanya tujuan utama pemilik restoran bukan untuk menghasilkan uang, ada uang kamu juga belum tentu bisa masuk, masih perlu identitas dan kedudukan.” Wajah Ringgo penuh kesombongan.
“Sulit untuk membuat janji di sana bukan, hanya makan saja, tidak perlu begitu mewah, kita juga tidak akrab.” Vanesa juga pernah mendengar nama besar Restoran Cattlepack, juga sangat ingin pergi mencoba, tapi dulu tidak enak mau membicarakannya dengan Danang, Danang juga sama sekali tidak tahu masalah ini, jadi belum pernah pergi ke sana.
“Bagi orang lain sangat sulit, bagi aku, tidak termasuk apa-apa, papaku di Harian New York juga memiliki sedikit reputasi, pada pertemuan pertama masih asing tetapi pada pertemuan kedua sudah jadi teman, kita pelan-pelan saja.” Ringgo sedang membual, walaupun Keluarga Maman, juga tidak bisa pergi ke Restoran Cattlepack setiap saat, dia demi mengejar Vanesa , tidak sayang menghabiskan uang dua ratus juta demi mendapatkan hak tempat duduk, temannya itu juga sudah antri sebulan baru mendapatkan tempat duduk.
“ Ringgo kamu benar-benar memiliki kemampuan, sungguh hebat, tante akan menunggu ikut dapat keberuntungan darimu.” Kerutan di wajah Melinda mulai berkedut.
“Ayo jalan, sudah siang, kita pergi berbelanja dulu.” Melinda juga tidak peduli Vanesa bersedia atau tidak, mengulurkan tangan menyeretnya.
Tapi Vanesa secara tidak sadar melihat ke arah Danang, dia sangat benci dengan cara bertindak Melinda , baru saja bercerai, langsung pergi belanja dan makan dengan pria lain, sungguh membuat orang tidak bisa berkata apa-apa.
“Pergi, pergi, menyingkir ke samping, jangan menghalangi jalan di sini, melihatmu saja aku merasa kesal.” Melinda melambaikan tangan mengusir Danang seperti mengusir anjing dan kucing.
“Ah, ini adalah Tuan Muda Shiba ya, sudah lama mendengarnya, maaf tadi tidak mengenalinya, masih mengira kamu adalah taksi supir.” Ringgo tersenyum sambil mengulurkan tangan, terdapat ejekan dalam nada bicara.
Dia berpikir tunggu saat Danang mengulurkan tangan baru tiba-tiba menarik kembali tangannya, kemudian mengatakan diri sendiri menderita mysophobia, dengan begitu bisa mengejeknya tidak bersih.
“Aku orangnya mysophobia, paling tidak bisa memegang hal kotor.” Kedua tangan Danang dimasukkan ke dalam saku, lebih dulu merebut hal yang akan dilakukan oleh Ringgo.
“Kamu!” Tatapan mata Ringgo menajam, mau pura-pura sombong tidak berhasil malah berantakan, membuat dia sangat marah sekali, tapi di hadapan Vanesa mau tak mau harus pura-pura bersikap murah hati dan sopan.
“Kamu seorang tukang cat dinding, orang yang mencari hamburger di tempat sampah untuk makan tidak berhak menghina orang kotor, benar-benar terlalu menjijikkan.” Melinda mengekspos kekurangannya dengan suara keras.
“Ma, kamu kalau bicara lagi aku akan langsung pergi.” Vanesa menyela, Melinda baru menghentikan makiannya.
Suasana hati Ringgo jauh lebih baik, dia adalah orang yang suka pura-pura sombong, tapi tadi mau sombong malah tidak berhasil, dalam hatinya sedikit banyak merasa kecewa, jadi dia mulai mengatur ulang bahasanya lagi, ingin bersikap sombong lagi.
Dia pura-pura peduli mengatakan: “Dengar dari tante Qian sekarang kondisimu tidak terlalu baik, apa kamu ada kealihan teknis, orang seperti kamu apakah akan tahan susah di dalam masyarakat, pada dasarnya hanya bisa mengandalkan kerja keras untuk bertahan hidup, melihat kamu dan Vanesa saling mengenal, aku bisa memperkenalkan kamu untuk bekerja di perusahaan Keluarga Maman, bekerja sebagai teknisi perakitan, gaji pokok lima juta sudah termasuk makan dan tempat tinggal, yang lain aku tidak berani mengatakannya, di pabrik Keluarga Maman kami, abang bisa menjagamu setiap saat.”
“ Ringgo kamu sungguh baik sekali, kamu ini, terlalu lembut hatinya, tidak semua orang pantas untuk dibantu, kamu jangan sampai tertipu oleh penampilan luarnya yang kasihan, bocah ini banyak trik jahat.” Melinda adalah anjing profesional, tahu harus menjilat siapa, harus menggigit siapa.
Danang merasa sangat muak melihat mereka berdua saling bekerja sama, tiba-tiba tersenyum sambil berkata: “ Tuan Muda Maman, kamu tidak perlu berusaha keras tampil luar biasa di hadapan Melinda , sekarang adalah zaman yang sangat terbuka, meskipun umurnya lebih tua dua belas tahun dari kamu, tapi cinta tidak memandang usia, jika suka padanya maka beranikan diri untuk mengejarnya, semoga kalian orang yang bersifat sama bisa bersama, oh salah, harusnya orang yang saling mencintai bisa bersama selamanya.”
Danang selesai bicara langsung pergi sambil tertawa keras.
Ringgo dan Melinda terdiam lama baru menyadarinya, saling melotot satu sama lain, ingin marah tapi sosok Danang sudah menghilang di dalam lautan manusia.
Setelah Danang berkata seperti ini, Vanesa merasa sepertinya memang ada maksud begini, dia masih mengingatkan Melinda : “Ma, kamu tidak boleh melakukan sesuatu yang bersalah pada papaku ya…..”
Di sisi lain, Danang berjalan tanpa tujuan di jalanan yang ramai dan padat.
Di belakang satu demi satu wajah yang asing, orang-orang tidak dikenal ini, biasanya seumur hidup hanya lewat saja.
Tidak tahu sudah berjalan berapa lama, dia berhenti, berdiri di tepi jalan, mata penuh kebingungan.
Aku mau pergi ke mana?
Aku mau melakukan apa?
Dulu, impian Danang adalah hidup sampai tua bersama Vanesa , sekarang, sudah bangun dari mimpi, mungkin sudah harus ganti mimpi lain.
Suara klakson mobil, suara kebisingan pejalan kaki, semua terdengar di telinganya, hati Danang sudah melayang jauh.
Dia menelepon ponsel ayahnya, tetap tidak aktif, kirim pesan, tetap tidak dibalas.
Anak yang tidak memiliki ibu tidak bisa menemukan ayahnya, satu-satunya orang yang dicintai juga pergi jauh darinya.
Pada saat ini, dia merasakan kesepian yang belum pernah ada sebelumnya, seolah-olah seluruh dunia meninggalkannya.
Praanggg!!
Suara keras yang datang tiba-tiba menghentikan pikiran Danang yang berkeliaran.
Pintu masuk supermarket yang ada di seberang jalan, sebuah truk bermuatan berat hilang kendali dan menabrak mobil Maserati yang terparkir di tepi jalan.
Sisi kanan mobil Maserati penyok ke bawah dan terbalik.
Kekuatan truk tidak berkurang, masih terus lurus menabrak ke depan, pinggir jalan penuh dengan pejalan kaki, jika dibiarkan begini terus, pasti akan menyebabkan banyak korban.
Danang tanpa berpikir, mengeluarkan keterampilan yang alami dan baik, dengan kecepatan tercepat menerobos ke sana.
Dia merangkak naik ke atas, membuka pintu mobil, menemukan supir berada dalam kondisi pingsan, mengulurkan satu tangan mengendalikan kemudi mobil, mengubah arah mobil, pada saat bersamaan menggunakan satu tangan lagi untuk mematikan mesin, menyelesaikan situasi genting.
Danang menarik keluar supir yang pingsan, baru merasa lega.
Di saat dia mengira tidak ada orang yang terluka, dari belakang terdengar suara histeris……
Novel Terkait
That Night
Star AngelWonderful Son-in-Law
EdrickMy Enchanting Guy
Bryan WuMy Superhero
JessiAwesome Guy
RobinHei Gadis jangan Lari
SandrakoMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiHidden Son-in-Law
Andy LeeMenantu Luar Biasa Bangkrut×
- Bab 1 Keluargamu Bangkrut
- Bab 2 Sikap Mertua
- Bab 3 Spider Man
- Bab 4 Kutukan 9 Nyawa
- Bab 5 Membuat Kamu Menjadi Nyaman
- Bab 6 Acara Makan Malam Keluarga
- Bab 7 Dihina
- Bab 8 Memutuskan Hubungan
- Bab 9 Kehilangan Wajah
- Bab 10 Menjadi Perantara Untuk kali Ini
- Bab 11 Wanita Di Dalam Jimat
- Bab 12 Memperlihatkan Keterampilan
- Bab 13 Kita Cerai Saja
- Bab 14 Berpisah
- Bab 15 Membantumu Membuat Alis
- Bab 16 Gagal Menyombongkan Diri
- Bab 17 Jangan Sentuh Jarum Itu
- Bab 18 Bermuka Tebal, Tak Kenal Malu
- Bab 19 Hidup Kembali Saat Sekarat
- Bab 20 Pasti Tidak Akan Mengeluh
- Bab 21 Restoran Genting
- Bab 22 Merasa Paling Benar
- Bab 23 Serangan Tak Terlihat
- Bab 24 Membuatmu Melihat Lelucon
- Bab 25 Makanan Anjing Gila
- Bab 26 Kesialan Yang Membubung Tinggi
- Bab 27 Tikus Yang Tenggelam
- Bab 28 Yang Paling Utama Adalah Tangan
- Bab 29 Kekuatan Yang Masih Ada
- Bab 30 Menganggap Naga Asli Sebagai Serigala
- Bab 31 Abang Adik Berantem
- Bab 32 Memandang Rendah
- Bab 33 Aku Sudah Mengingatnya
- Bab 34 Merasakan
- Bab 35 Konflik
- Bab 36 Kecanduan Berjudi
- Bab 37 Kebangkrutan
- Bab 38 Pembukaan Bisnis
- Bab 39 Membuat Keributan
- Bab 40 Memukul dengan Kejam
- Bab 41 Ancaman Opini Publik
- Bab 42 Pertanyaan Menentang
- Bab 43 Pengawal Mobil Mewah
- Bab 44 Bantuan Tepat Waktu
- Bab 45 Kedatangan
- Bab 46 Tanpa Belas Kasihan
- Bab 47 Mendatangi
- Bab 48 Selesai
- Bab 49 Sebuah Dorongan