Cinta Yang Terlarang - Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
Ketika kata-kata Tina ini terlontar, wajah Yanto seketika berubah: "Anak ini, kamu harus melahirkannya!"
Tina ingin berteriak dengan keras: Aku tidak ingin melahirkan anak hasil hubungan sedarah. Namun, ketika melihat mata Yanto yang tajam, dingin dan dalam, dia menahan kata-kata ini tidak dikeluarkannya.
Menahan hingga matanya memerah, dan napasnya berhenti.
Hati Yanto seakan terperangkap oleh sebuah tangan, tidak sadar melangkah maju. Dia terlalu keras, membuatnya takut.
Hendra mengulurkan tangan menyentuh wajah kecil Tina, berkata dengan penuh kasih sayang: "Tina, jangan mengatakan hal konyol. Ini adalah anak kita, anak pertama keluarga kita, bagaimana mungkin kamu tidak menginginkannya? Jika kamu merasa belum lulus tapi melahirkan anak itu tidak baik, mari kita cuti dari kampus selama dua tahun."
Anak kita?
Tina menatap wajah tampai Hendra, dia dulu terobsesi dengan ketampanannya. Tetapi sekarang, dia merasa jijik.
"Aku ingin pulang." Tina bangkit ingin turun dari ranjang.
Hendra menatap sekilas pada Kakaknya, Yanto menghilangkan ketegasannya, dengan suara rendah berkata: "Tina, ini sudah sangat larut, kita akan kembali besok."
Tina dengan keras kepala membungkuk untuk menemukan sepatu: "Aku ingin pulang ke rumahku, rumah Ayah dan Ibuku."
Hendra tidak menyangka Tina yang biasanya selalu patuh bisa bersikap seperti ini hari ini, ternyata dia tidak ingin mendengarkan dan bersikap egois. Dia tidak tahu harus bersikap apa kemudian menoleh melihat ke arah Kakaknya.
Yanto kembali melangkah maju, berkata dengan suara yang lebih lembut: "Tina, Paman Tang baru keluar dari rumah sakit beberapa hari, kamu tiba-tiba pulang ke rumah, apa kamu pikir itu pantas?"
Tindakan Tina mengenakan sepatu berhenti seketika. Ya, Ayahnya baru dipulangkan dari rumah sakit beberapa hari yang lalu, tubuhnya baru saja pulih. Jika saat ini dia memberi tahu mereka bahwa dia ingin bercerai, apakah penyakit jantung Ayah akan kambuh lagi?
Tina perlahan berbaring, menyampingkan badan ke arah Hendra kemudian menutup matanya. Ketika anak lain ditindas, mereka akan pulang untuk mencari kenyamanan. Dan dia bahkan tidak bisa pulang ke rumah.
Tangannya perlahan mengelus perutnya, jika bukan karena hari ini mengetahui rahasia Kakak beradik ini, mungkin saat ini adalah saat yang begitu bahagia dan penuh keharuan.
Tina yang belum tidur semalaman baru tertidur di pagi hari. Ketika sedang bermimpi hal yang aneh, tiba-tiba ada bau yang sangat enak dicium. Dia membuka matanya tanpa sadar kemudian melihat Ibunya duduk di dekat ranjang.
"Ibu, bagaimana kamu bisa datang?"
Yuli mengulurkan tangan menarik tangan putrinya, masih tidak berbicara, sudut matanya memerah: "Tina, kamu hamil, Ibu benar-benar sangat bahagia."
Mata Tina tiba-tiba panik: "Ibu, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku hamil?"
"Hendra yang menelepon Ibu pagi-pagi, memberitahu Ibu kabar baik ini. Tina, tahukah kamu betapa bahagianya Ayah dan Ibu mengetahui berita ini?"
Tina tidak mengatakan apa-apa, dia mengatupkan mulutnya. Dia masih ingin menggugurkan anak ini, dia ingin bercerai dan tidak ingin melihat Kakak beradik ini. Tapi, Hendra ternyata selangkah lebih cepat memberitahu Ibunya mengenai kehamilannya.
Yuli bahagia hingga menangis, meraih tangan putrinya berkata: "Keluarga Hendra adalah keluarga kaya di Kota Solo ini, mereka tidak merendahkan kita yang hanya warga biasa dan berbesan dengan kita. Hendra sangat mencintaimu, juga sangat sopan dan berbakti kepadaku dan Ayahmu. Sekarang kamu juga mengandung darah daging keluarga Hendra, benar-benar hal yang sangat baik. Kerabat dan tetangga bahkan sangat iri dengan kita, mengatakan bahwa keluarga kita sangat beruntung, mengatakan bahwa Tina seumur hidup akan merasakan kebahagiaan yang tidak ada habisnya."
Wajah Tina sangat pucat, bibirnya mengerang: "Bahkan kerabat dan tetangga sudah mengetahui kalau aku hamil?"
Yuli mengangguk dengan girang: "Ya, karena Ayahmu bahagia, menyampaikan kabar baik ini pada kerabat dan tetangga. Tidak hanya itu, dia juga menyuruhku memasak sup ayam kesukaanmu untuk menutrisi tubuhmu."
Tina dulu sangat suka memakan sup ayam yang direbus oleh Ibunya, tapi sekarang dia sama sekali tidak ada nafsu makan.
Tina tidak suka anak haram yang ada di dalam perutnya, tetapi anak ini menjadi putra mahkota berharga di mata orangtua dan kerabatnya. Seakan Tina dan anaknya sangat berharga, mereka seakan bisa membalikkan keadaan.
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyAwesome Guy
RobinSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaMore Than Words
HannyTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelKisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban