Cinta Yang Terlarang - Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
Tina tahu bahwa dia membuat malu keluarga Hendra, membuatnya marah. Tapi dia sudah tidak punya waktu. Setelah serangan mendadak kemarin, dia menjadi lebih sadar bahwa dia sudah tidak punya banyak waktu lagi, dia harus menghabiskan sisa hidupnya bersama putranya.
Pada sore hari, pekerjaan membersihkan di taman kanak-kanak pada dasarnya sudah selesai. Tina berpikir untuk menelepon Jinny, mengajaknya keluar untuk bertemu dan meminta maaf. Namun dia belum menelepon, tapi Jinny sudah meneleponnya terlebih dahulu. Jinny berkata dia ingin bertemu dengannya, dan juga nadanya tidak terlalu ramah.
Tina berpikir, putranya membuat rusak gaun pengantin yang sangat mahal, sudah sepantasnya dia marah.
Di sebuah kedai kopi kecil tidak jauh dari taman kanak-kanak, Jinny memaki setelan jas merah besar bagai putri kerajaan, rambut panjang bergelombang, riasan halus yang seksi dan indah. Dibandingkan dengannya, mengenakan rok bunga, rambutnya seperti bakso yang ada di atas kepala bagai penampilan seorang gadis tetangga. Benar-benar tidak disangka bahwa dia adalah Nyonya dari keluarga Hendra, dan juga Ibu dari seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Ketika Jinny melihat Tina, dia iri melihat wajahnya yang bersih dan cantik, walaupun dia mengenakan pakaian yang sederhana dan berwajah polos tanpa riasan, dia memiliki kemampuan untuk membuat orang yang melihatnya tidak melupakannya.
Apakah pria menyukai wanita yang seperti itu?
Karena putranya merusak gaun pernikahan Jinny, jadi ketika Jinny duduk, dia dengan sungguh-sungguh meminta maaf, kata-katanya tulus.
Jinny mengambil kembali pandangan mata menilai Tina, mengejeknya: "Tina, menurutmu apakah bisa hanya dengan meminta maaf kepadaku?"
Tina tercengang: "Apa?"
Jinny mengangkat alisnya, "Tina, tatapan polosmu benar-benar bisa membuat orang merasa kasihan. Waktu itu, kamu menggunakan pandangan mata lemahmu ini, dan naik ke ranjang Kakakmu bukan?"
Tubuh Tina bergetar, tangannya secara tidak sengaja menyentuh gelas. Gelas itu jatuh, air mengalir turun dari meja ke tubuhnya.
Jinny tersenyum dingin, menyerahkan tissue pada Tina: "Untuk apa kamu begitu emosional? Jika kamu berani melakukannya, maka kamu harus siap secara mental, ternyata di dalam kertas mengandung api."
Tina menatap tissue yang disodorkan di depannya, kemudian menunduk menatap gelas yang sudah kosong. Dia tidak mengambil tissue itu, perlahan mengangkat gelas, tidak peduli setengah gelas air tekena di tubuhnya.
Ujung jarinya memutih, mati-matian memaksakan dirinya untuk tenang.
Tina tahu bahwa masalahnya dan Yanto pada saat itu Hendra tidak mengatakan apa-apa kepada Peter, jadi sekarang, Yanto tidak mungkin mengatakannya pada Jinny. Jadi, Jinny seharusnya tidak memiliki bukti yang pasti, hanya curiga.
Tina sekali lagi mendongak dan menatap Jinny, matanya sama tenangnya seperti biasanya.
"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, aku juga tidak tahu kapan kamu akan menikah dengan Kakak, mengatakan ini padaku apa artinya ini untuk pernikahanmu. Atau ... Kakak ipar berharap aku memiliki hubungan dengan Kakak, jadi kalian bisa membatalkan pernikahan? "
Mata Jinny sebelumnya yang dengan tajam menatap Tina, ketika mendengarnya mengatakan hal ini tiba-tiba menciut.
Jinny bertemu Tina dua kali, berpikir bahwa dia adalah orang yang lembek, tidak disangka dia adalah orang yang berkata tajam. Tampangnya ketika terkejut dan menumpahkan gelas jelas-jelas terlihat merasa bersalah, tetapi seketika kembali menjadi tenang lagi. Jika dilihat, wanita ini tidak sederhana.
Jinny memicingkan matanya, berkata, "Aku menunggu selama 5 tahun hingga Hendra keluar dari penjara. Menunggu Yanto menikahiku, sudah menunggu selama 5 tahun, apakah menurutmyu saat ini aku ingin membatalkan pernikahan?"
Tina tersenyum: "Aku tahu kamu benar-benar ingin menikah dengan Kakak, dan terlebih aku tahu bahwa Kakak lebih menyukai wanita sederhana. Jadi, jika kamu benar-benar ingin menjadi Nyonya di keluarga Kakak, lebih baik bersikap sederhana, jangan terlalu banyak maksud, dan juga jangan terlalu ingin tahu. Jika tidak, bagaimana pernikahan itu dibatalkan pun kamu tidak tahu."
Jinny bisa menerima pengajaran Tina, dengan marah berkata: "Tina, kamu sombong, siapa yang mendukungmu! Jangan berpikir bahwa melahirkan seorang putra untuk Yanto, jadi dia akan mendukungmu tanpa mempedulikan reputasi dan hubungan persaudaraannya!"
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaCinta Seorang CEO Arogan
MedellineUnperfect Wedding
Agnes YuDark Love
Angel VeronicaVillain's Giving Up
Axe AshciellyTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniCinta Di Balik Awan
KellyInnocent Kid
FellaCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban