Cinta Yang Terlarang - Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
Dokter datang melihat Tina, mengatakan bahwa tubuhnya tidak ada masalah serius, janin berumur lima setengah minggu dan berkembang dengan baik. Kemarin bisa pingsan karena disebabkan oleh hari-hari awal kehamilan, nantinya harus memperhatikan istirahat dan nutrisi, tidak boleh berolahraga dengan ektrim.
Setelah perkataan dokter, Hendra sangat perhatian dan berhati-hati membawa Tina meninggalkan rumah sakit. Yuli mengantar putrinya menaiki mobil, terus menceramahi Hendra supaya dia merawat Tina dengan baik.
Tina ingin melarikan diri, tetapi melihat pandangan senang dan harapan optimis Ibunya, bagaimana bisa dia tega lalu melarikan diri?
Dulu, cinta kedua orangtuanya adalah seluruh dunia Tina, sekarang malah menjadi belenggu berat yang menekan Tina. Dia berpikir, jika tidak begini saja, semua moralitas dan etika, jijik dan kebencian diinjak di telapak kakinya. Lagipula, dia tidak ada jiwa untuk hidup. Selama orangtuanya bahagia, dia tidak takut hidup di neraka.
Yanto sedang duduk di ruang tamu membaca koran. Biasanya di jam sekarang dia berada di perusahaan. Tapi hari ini dia sangat jarang bersikap egois. Mendengar suara datang dari arah pintu, tanpa sadar dia ingin meletakkan koran dan bangun. Tapi dia menahan untuk tidak bergerak, masih sama seperti sebelumnya menunggu dua orang itu datang.
"Kakak, aku sudah kembali dengan Tina." Hendra merangkul pinggang Tina, dengan perhatiam menjaganya untuk duduk di sofa di seberang Kakaknya.
Mata Yanto menyapu lengan adiknya, ada sedikit rasa cemburu. Detik berikutnya, pandangan mata menatap Tina yang sedang menunduk, memandang Hendra berkata: "Hendra, sudah akan menjadi Ayah, tanggung jawab dan beban di bahumu akan lebih berat. Beberapa hari ini kamu boleh tidak pergi ke perusahaan, tinggallah di rumah menemani Tina. "
Hendra sangat senang: "Kak, aku sudah menunggu kalimat ini. Duduk di perusahaan selama sebulan, pinggangku sudah hampir patah. Tina, aku meminjam berkat dari bayi, Kakak akhirnya memberiku cuti."
Tina tidak bersuara, sebenarnya sedang bengong.
Yanto mendorong dua botol ke hadapan Tina, dengan lembut berkata: "Tina, ini adalah vitamin dan nutrisi yang dibawa oleh teman dari Hong Kong. Anda lihat instruksi dan makanlah, baik untukmu dan bayi."
Tina berkata dengan sangat patuh: "Terima kasih Kakak."
Yanto mengangguk: "Ya sudah, naiklah ke atas untuk beristirahat."
Yanto memandangi adiknya yang setengah memeluk Tina naik ke atas, hingga sosok itu menghilang baru kemudian bangkit dan mengambil jas pergi ke perusahaan.
Malam ini, Hendra tidak pergi mencari Peter, tidak memberikan susu pada Tina, dan juga tidur dengan memeluk Tina. Tina menahan semua rasa jijik, berbicara dengan pelan pada Hendra: "Suamiku, apakah kamu mencintaiku?"
Hendra mengulurkan mencubit hidung kecil Tina: "Bodoh, jika aku tidak mencintaimu, bagaimana bisa aku menikah denganmu."
"Mina mengatakan bahwa perkataan pria tidak bisa mempercayainya."
"Aku suamimu, kamu tidak percaya perkataan suamimu malah mempercayai kata-kata temanmu, benar-benar bodoh. Tidur, jangan berpikir macam-macam." kata Hendra sambil mematikan lampu kamar.
Mata Tina menatap langit-langit kamar, sudut mata dan bibirnya pahit. Pria ini sangat pandai berbohong seperti ini, jika dia bisa membohongi dirinya seumur hidup alangkah baiknya.
Tina menutup matanya, tetapi ada Hendra di sampingnya jadi dia tidak bisa tidur sama sekali. Meskipun gerakan Hendra sangat ringan, tapi frekuensinya sangat cepat, sangat jelas bahwa dia juga tidak bisa tidur. Tengah malam, Hendra ada panggilan telepon, dia mengambil ponsel dan menjawabnya di dekat jendela. Suaranya ditekan dengan sangat rendah, tetapi Tina masih bisa mendengar sesuatu.
"Istriku sedang hamil, aku tidak bisa pergi. Tentu saja itu bukan milikku. Apa? Kamu berada di luar rumahku?"
Hendra menyimpan ponselnya, menoleh untuk memandang Tina yang tidur dengan nyenyak, ragu-ragu untuk sementara waktu, kemudian mengambil jaket dan keluar. Tina berdiri di jendela gelap di lantai dua, melihat dua orang di luar gerbang yang dengan tidak sabarnya ketika bertemu sudah saling memeluk dan berciuman. Ada lonjakan di perutnya, berbalik badan dan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
Novel Terkait
Cinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinThat Night
Star AngelPernikahan Kontrak
JennySomeday Unexpected Love
AlexanderMy Charming Wife
Diana AndrikaMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban