Cinta Yang Terlarang - Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang

Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang

Ruang kerja Yanto ada di lantai satu, dengan kursi menghadap jendela, dan jendela menghadap taman. Selama dia mendongak, dia bisa melihat Ibu dan anak itu duduk di kursi di taman.

Ibu dan anak itu hidup bersama selama 5 tahun, tentu saha hubungan mereka sangat baik. Deco sangat dekat dengan Ibunya, seakan merupakan ekor kecil Tina, pergi selangkah ikut selangkah. Ekspresinya selalu menunjukkan kesedihan. Seorang anak berusia 5 tahun bisa memiliki ekspresi sedih, ini membuat Yanto tidak mengerti. Dia berpikir akan menemukan kesempatan untuk berbicara dengan anaknya.

Hendra keluar untuk mencari rumah, tadinya hal ini bisa dilakukan Yanto dengan satu panggilan telepon, tetapi Hendra ingin menemukannya sendiri, mendirikan rumahnya sendiri. Dia mengatakan bahwa dia secara pribadi akan menciptakan rumah yang hangat untuk istri dan anaknya.

Jantung Yanto tergerak, akhirnya, dia meletakkan dokumen yang tidak bisa dia baca sama sekali, lalu bangkit dan pergi ke taman.

Langkah kaki Yanto sangat ringan, dia takut mengejutkan Ibu dan anak itu yang sedang diam dengan damai.

"Deco, besok sudah hari Senin, kamu harus pergi ke taman kanak-kanak. Kamu harus bergaul dengan teman-teman baru, jangan membuat guru marah, mengerti?"

"Ibu, aku tidak mau pergi ke taman kanak-kanak."

"Kenapa?"

"Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu menemani Ibu."

"Jika tidak, Ibu akan melamar kerja di taman kanak-kanak ini, maka akan tetap bisa bersama dengan Deco?"

"Aku tidak ingin Ibu terlalu bekerja keras. Kerja keras tidak baik bagi tubuh."

"Bodoh, selalu tinggal di rumah juga akan berdampak buruk bagi tubuh. Ibu juga berharap untuk terus menemani Deco, bersama setiap saat."

Kepala kecil Deco menunduk, dengan suara kecil berkata, "Ibu, hari ini aku memberi tahu kakek-nenek, ketika Ibu pergi, biarkan mereka mencintai Ibu baik-baik, melindungi Ibu."

Tina mengulurkan tangan memeluk tubuh kecil Deco: "Kakek dan Nenekmu adalah kerabat terdekat Ibu, mereka pasti akan bersikap baik padaku nanti."

Karena Yanto cukup dekat, jadi dia bisa mendengar percakapan antara Ibu dan anak itu yang sangat pelan. Alisnya berkerut, apa yang Ibu dan anak ini bicarakan? Mengapa percakapan itu bisa begitu aneh?

"Deco." Yanto bersuara.

Tina dan Deco menolehkan kepala bersama, pandangan mata itu sulit mempercayai, bahkan sedikit terkejut takut. Tidak tahu bagaimana Yanto bisa tiba-tiba muncul di belakang mereka.

Alis Yanto berkerut lebih dalam: "Kenapa?"

"Tidak, tidak apa-apa, karena kamu tiba-tiba muncul, membuat kami takut." Tina segera kembali dengan tenang. Bagaimanapun Deco masih kecil, hanya menundukkan kepalanya tidak bersuara. Tampangnya penuh dengan rasa bersalah.

Yanto menekan kecurigaannya, berjalan kemudian menggendong Deco meletakkannya duduk di pangkuannya, dia duduk di sebelah Tina. Di tangan Yanto memegang sebuah buku, ingin menceritakan kisah selanjutnya pada Deco.

Mengganti popok, membuat susu, belajar berbicara, belajar berjalan, bermain bersama, membaca cerita pengantar tidur. Dalam setiap langkah pertumbuhan putranya, Yanto tidak ada. Jadi, dia ingin menebus hutang pada putranya dengan upaya maksimal. Meskipun, dia berbuat begini tidak sesuai dengan identitasnya, dan terlihat kekanakan. Tapi dia adalah seorang Ayah, Ayah yang tidak memiliki identitas di hadapan putranya, hanya bisa mencintainya tanpa batas.

Suara Yanto sangat enak didengar, rendah dan berat, seperti suara medium cello. Ketika tidak serius dan dingin, sangat mudah membuat orang terlena.

Tina mendengarkan suara itu, tanpa sadar berpaling untuk melihat sisi wajah Yanto, dia ingin mengingat wajahnya, ingin mengingat setiap porinya. Dengan begini dia bisa mengingatnya di kehidupan selanjutnya. Jadi baru bisa menemukannya, dan tidak akan lagi salah menemukan pasangan.

Jinny memegang pakaian pesta dan berdiri di ujung jalan, melihat pemandangan di taman, memegang dengan erat tas pakaian pesta di tangannya. Ketika dia memberitahu Ayahnya bahwa Hendra sudah dibebaskan dari penjara, istri dan anak Hendra juga telah kembali, wajah Ayahnya menunjukkan ekspresi yang sangat suram. Ayahnya mengatakan kepadanya bahwa dia harus memperhatikan Yanto, tidak boleh membuat kesalahan ketika pernikahan.

Jinny tadinya tidak mengerti apa yang dimaksud Ayahnya, tetapi sekarang dia mengerti, dia telah mengerti semuanya.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu