Cinta Yang Terlarang - Bab 40 Mati Dengan Layak
Bab 40 Mati Dengan Layak
Sebuah mobil hitam melaju dengan kencang seperti hantu di malam hari.
Di kursi belakang mobil, duduk Tina yang sangat tenang dan Jinny yang diam-diam merasa bahagia.
Tina berkata pada Jinny bahwa besok akan pergi.
Di tengah malam, Tina tertidur samar, secara tidak sadar ingin menyentuh putranya di sebelahnya, menemukan bahwa putranya sudah tidak ada. Tina merasa ada yang tidak beres, bergegas turun untuk mencarinya, kebetulan melihat Yanto menggendong putranya masuk ke dalam kamarnya.
Tina tahu bahwa putranya tidak dapat menyimpan rahasia dan ingin mengatakan masalahnya pada Yanto. Ketika berpikir setelah Yanto mengetahui dirinya sakit, pasti akan membawanya ke rumah sakit, tidak boleh membiarkan ini terjadi.
Tina bergegas kembali ke kamar untuk berganti pakaian, diam-diam turun untuk pergi dari pintu belakang. Saat itu jam dua pagi, walaupun ada orang di luar yang menjaga tapi merupakan saat yang paling melelahkan. Tina dengan lancar meninggalkan rumah, bergegas pergi di malam yang gelap. Dia menelepon Jinny dan meminta Jinny untuk menjemputnya di tempat yang diberitahunya.
Setelah Jinny mengendarai mobil yang tidak mencolok untuk menjemput Tina, menyuruh Tina untuk membuang ponselnya, kemudian dengan cepat meninggalkan Kota Solo. Tidak ada seorang pun di mobil yang berbicara, tidak perlu mengatakan apa-apa, semuanya sudah dikatakan dengan sangat jelas sejak awal.
Di tepi laut yang tidak ada orang, Jinny menghentikan mobil. Menyerahkan amplop kulit pada Tina. Tina mengambil barang-barang di dalam dan melihatnya, semuanya adalah bukti palsu terkait dengan kasus Hendra.
"Jinny, jika semua ini ada salinannya, aku tidak akan melepaskanmu walaupun aku menjadi hantu." kata Tina kepada Jinny dengan kejam.
Jinny bergegas bersumpah: "Tina, kamu bersedia untuk menggunakan kematianmu untuk menyelesaikan segalanya, membuatku merasa lega, mana mungkin aku berbohong kepadamu."
Tina mengangguk, memeluk amplop kulit itu di pelukannya dan turun dari mobil. Berbalik memandang mobil yang mundur dalam kegelapan sebelum fajar, wajahnya terukir sedikit senyum.
Setelah Jinny menurunkan Tina, dia mengendarai tidak jauh. Dari kejauhan dia menggunakan teleskop untuk melihat, ingin melihat apakah Tina benar-benar akan pergi mati.
Tentu saja Tina tidak akan mengingkari.
Dirinya juga akan mati, dia hanya memajukan waktunya. Bisa menggunakan ini untuk mengubah hal yang membuat Yanto dan Hendra khawatir sepanjang waktu.
Tina menyiapakan korek api untuk membakar dokumen-dokumen itu, membakarnya, membakarnya habis sampai menjadi abu.
Air laut pasang, menyapu bersih abu itu, bahkan tidak ada jejak sama sekali.
Tina akhirnya menghela napas lega, bangkit menatap matahari terbit terakhir kalinya, menatap tersenyum ke arah Jinny, berjalan menuju laut.
Selangkah demi selangkah, setiap langkah itu tegas, tanpa ada keraguan, tidak akan pernah menoleh ke belakang.
Ketika Jinny melihat air laut menenggelamkan leher Tina, dia meletakkan teleskopnya, sekujur tubuhnya merinding, tetapi malah tersenyum menaiki mobil dan pergi.
Dikatakan bahwa ketika orang sedang sekarat, gambaran paling penting dari kehidupan akan muncul dalam pikiran mereka.
Tina tidak berjuang melawan dan membiarkan tubuhnya perlahan tenggelam ke dasar laut, yang muncul di depannya adalah ketika dia mengikuti Hendra pertama kali datang ke rumahnya, melihat Yanto yang kebetulan sedang turun dari tangga.
Pada saat itu pandangan keduanya bertemu dan berdebar, apakah sudah ditakdirkan memiliki hubungan yang tidak jelas sepanjang hidup ini.
Pada hari itu dia menutup matanya, berlama-lama, keringat serta air matanya jatuh di wajahnya. Tina dengan jelas tahu yang mana tetesan keringat, yang mana tetesan air mata.
Deco, maaf, maafkan Ibu di ujung jalan ini, yang terakhir kali dipikirkan adalah Ayahmu, yang diingat terakhir kali adalah Ayahmu. Karena Ibu tahu, Ayahmu akan menjagamu dengan sangat baik.
Adegan yang penting telah menjadi layar hitam, seluruh dunia masuk dalam kegelapan, tidak ada rasa sakit, sangat baik untuk sepenuhnya bebas dari dunia ini.
Yanto, selamat tinggal, sampai jumpa di kehidupan selanjutnya.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseHidden Son-in-Law
Andy LeeBeautiful Lady
ElsaPerjalanan Selingkuh
LindaIstri Yang Sombong
JessicaEverything i know about love
Shinta CharityCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban