Cinta Yang Terlarang - Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban
Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban
Tina menoleh melihat senyum Hendra, kembali merasa canggung, kemudian kepalanya menunduk.
Hendra menghela nafas: "Masih tidak bisa melepaskan hal di masa lalu? Aku sudah melepaskannya. Melihatmu dan Kakak yang sangat baik, aku tahu bahwa bercerai denganmu adalah hal paling benar yang pernah kulakukan dalam hidupku."
Kepala Tina menunduk dengan lebih dalam lagi: "Hendra, aku dan Kakakmu yang terlalu egois ..."
Hendra menggelengkan kepalanya: "Bukan kamu dan Kakakku yang egois, yang selalu egois adalah aku. Jika bukan demi menutupi identitas gay-ku waktu itu, aku tidak akan dengan sengaja mendekatimu dan menikahimu. Setelah menikahimu dan tidak menyentuhmu untuk waktu yang lama, aku khawatir kamu curiga, kemudian dengan egois meminta Kakakku untuk membantuku menidurimu. Aku telah melakukan semua ini dengan egois, tetapi aku tidak pernah memikirkan tentang rasa sakit Kakakku dan rasa sakit yang kuberikan padamu. Sebagai manusia, kamu dan Kakakku pasti akan memiliki perasaan satu sama lain. Karena aku yang kekanakan waktu itu yang menyebabkan rasa sakit kalian, sekarang aku hanya bisa merestui kalian, baru bisa membuat rasa bersalah di dalam hatiku berkurang sedikit."
Tina memiringkan kepalanya memandang Hendra: "Apakah kamu benar-benar sudah melepaskan?"
Hendra menghela nafas panjang memandang langit: "Pada saat aku menandatangani surat perceraian, aku sudah melepaskan semuanya. Satu bulan itu, saat kamu dan Kakakku menghilang, aku banyak berpikir. Aku berkata pada Tuhan, selama kalian hidup, aku akan melepaskan segalanya dan merestui kalian. Kakak menjalani hidupnya dengan sangat pahit, khawatir tentang perusahaan, khawatir tentang diriku. Demi diriku, bahkan bisa berjanji untuk menikahi Jinny wanita menjijikkan itu. Kakak belum pernah hidup untuk dirinya sendiri, dan kamu adalah wanita yang baik, sangat baik hingga membuat orang merasa kasihan, dan mentolerir segala perbuatan salah yang telah kulakukan. Aku tidak bisa lagi membiarkan kalian melakukan sesuatu lagi untukku. Sudah waktunya bagiku untuk melakukan sesuatu untuk kalian."
Sikap canggung di hati Tina perlahan hilang, dia mengulurkan tangan memegang tangan Hendra: "Hendra, terima kasih atas restumu."
Hendra tersenyum, meskipun dia telah dewasa dan berubah menjadi seksi, dia masih tersenyum dengan sangat cerianya: "Terima kasih apa, pelepasan atas dirimu, sebenarnya adalah pelepasan untuk diriku sendiri juga."
Tina tersenyum: "Kamu sekarang adalah presiden direktur yang sombong, benar-benar sama seperti Kakakmu, apakah sekarang banyak wanita yang mengejarmu?"
Hendra mengangkat bahu: "Para wanita yang aktif itu tidak cocok untuk dijadikan istri."
"Jadi sama sekali tidak ada yang kamu sukai?"
"Ada karyawan magang baru yang datang ke perusahaan dan lumayan lucu. Di usia muda, memakai kacamata berbingkai hitam yang sangat kuno. Melihatku yang sangat tampan ini bahkan tidak terobsesi, tidak mengambil inisiatif, malah bersembunyi dariku seperti sedang melihat dewa kematian."
"Maka kamu harus mencari tahu mengapa dia bersembunyi darimu."
"Apakah ini perlu?"
"Tentu saja itu perlu!"
"... kalau begitu aku akan bertanya padanya besok."
"Ya, ingatlah untuk bersikap lebih baik."
Saat matahari terbenam, dua orang itu mengobrol seperti teman lama. Ketika semuanya sudah dilepaskan, direlakan, menyadari bahwa langit juga menjadi biru, napasnya juga berubah menjadi begitu halus dan nyaman.
Beberapa bulan kemudian, di luar ruang operasi, Yanto dan Hendra menunggu dengan cemas di luar. Deco yang sudah berusia 6 tahun sudah bertambah tinggi, sifat kekanak-kanakan di antara kedua alisnya tetap tidak berubah. Dia sama cemasnya dengan kedua Ayahnya itu, cemas ingin sekali bertemu dengan adik perempuannya, ingin melihat apakah adik perempuannya seperti yang dikatakan Ayahnya cantik dan manis.
Pintu ruang operasi terbuka, perawat menggendong seorang bayi keluar: "Seorang anak perempuan, 3.1 kilo."
Yanto dengan cemas bertanya: "Bagaimana dengan Ibu anak itu?"
Perawat itu berkata, "Ibu anak itu sedang melakukan operasi tindak lanjut, saat ini dalam kondisi baik."
Perawat pergi ke ruang operasi lagi, Yanto memandangi putri dalam pelukannya, merasa senang, dan juga merasa khawatir akan operasi lanjutan Tina.
Deco sangat cemas dan menyuruh Daddnya untuk duduk, berhambur untuk melihat, kemudian sangat terkejut: "Astaga, monyet kecil ini adalah adik perempuanku yang cantik dan manis?"
Hendra penasaran kemudian membungkuk dan melihat dengan teliti: "Semua bayi yang baru lahir memang seperti ini."
Yanto menyerahkan putrinya pada Hendra, memintanya untuk membawanya ke kamar, dia terus menunggu wanitanya di luar ruang operasi. Dia terus menerus merasa cemas, merasa bahwa setiap menit serasa sepanjang satu abad.
Satu jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka.
Dokter yang keluar menghela napas panjang dengan lega: "Selamat Tuan, tumor ovarium kiri istrimu adalah kista cokelat, yang sering salah didiagnosis sebagai tumor ganas. Benda itu telah berhasil diangkat, sebentar lagi akan didorong keluar oleh perawat."
Yanto dengan penuh emosional menggenggam tangan dokter: "Dokter, maksud Anda sakitnya tidak akan kambuh lagi, tubuhnya sama sekali tidak ada masalah?"
Dokter mengangguk: "Ya, istrimu akan baik-baik saja setelah operasi. Di masa depan, dia akan hidup bersama dengan Tuan untuk waktu yang lama."
Matahari jatuh melalui jendela di wajah Yanto yang penuh dengan senyum. Akhir dunia tidak datang, ternyata keberuntungan terbaik benar-benar adalah keajaiban.
Tina, ada dirimu yang menemani di sisa hidupku, sangat bagus.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RosePenyucian Pernikahan
Glen ValoraIstri Pengkhianat
SubardiThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensThe Richest man
AfradenMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyePergilah Suamiku
DanisCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban