Cinta Yang Terlarang - Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
Yanto melihat Tina bengong seolah-olah dia sangat terkejut, mengulurkan tangan ingin memeluk Tina ke dalam pelukannya: "Tidak apa-apa, tidak apa-apa, ada aku."
Tina mengulurkan tangan menutupi perutnya, perlahan-lahan mendongak, perlahan-lahan menatap mata Yanto, berbisik: "Yanto, aku hamil?"
Pandangan Yanto cemas: "Bagaimana mungkin kamu hamil? Tidak ada."
Jinny merangkak dengan kesusahan dari lantai, dirinya yang penuh dengan darah masih tertawa: "Haha, Tina, kamu mendengarnya. Dia masih juga berkata bahwa kamu tidak hamil. Dokter rumah sakit ini adalah teman sekelasku, dia berkata padaku bahwa kamu hamil, sudah tujuh minggu! Dia ingin menggugurkan anakmu, jadi mengatakan bahwa kamu tidak hamil! Pria ini adalah makhluk berdarah dingin tanpa hati, dia adalah iblis, bahkan dia tidak melepaskan anaknya sendiri, dia hanya mempermainkanmu, haha ..."
Dua orang masuk dan membawa Jinny yang bagai orang gila itu pergi, tetapi tawa Jinny masih berlanjut di koridor: "Ini adalah karma, ini adalah karmamu, haha, karma..."
Tina meraih lengan Yanto, kukunya menusuk kulitnya: "Aku benar-benar hamil tujuh minggu?"
"Tina, dengarkan aku ..."
"Aku tidak mau mendengarkan, aku tanya padamu apakah aku benar hamil!" Mata Tina memerah.
Yanto memandang Tina seperti ini mau tidak mau mengangguk, "Ya, kamu hamil. Tapi anak ini tidak bisa dilahirkan."
Dokter juga menjelaskan di samping: "Nona Tina, Tuan Yanto juga tidak mau mengambil keputusan ini. Kondisi fisikmu masih belum jelas, tidak peduli apakah tumor pada ovarium itu jinak atau ganas perlu dioperasi sesegera mungkin. Dan anak ini, hanya bisa digugurkan. Jika... "
"Tidak ada jika!"
Tina melepaskan Yanto, berteriak: "Anak ini milikku, dia ada di perutku, dia memilihku sebagai Ibunya, aku akan menjaganya. Tidak ada jika, tidak ada jika sama sekali!"
Yanto memeluk Tina dalam pelukannya, menghiburnya dengan suara yang sangat pelan: "Tina, selama kesehatanmu membaik, akan ada anak lagi di kemudian hari."
Tina mendorong pergi Yanto: "Tidak, tidak akan ada lagi di masa depan. Tumorku itu sudah pernah diperiksa, merupakan tumor ganas. Bahkan jika anak ini tidak diinginkan, bahkan jika dioperasi tidak akan mengubah hasil akhirnya. Jadi, aku akan mempertahankan anak ini. Aku akan menggunakan semua kekuatanku untuk melahirkannya."
Yanto menggelengkan kepalanya, meraih tangan Tina: "Tidak, aku tidak akan membiarkanmu mempertahankan anak ini. Dia datang bukan pada waktunya. Aku tidak menginginkannya, aku hanya ingin kamu hidup! Dokter, kemari berikan dia suntikan!"
Perintah Yanto, membuat Dokter mengambil obat penenang yang sudah disiapkan.
Tina melihat jarum suntik yang dingin itu, dengan sekuat tenaga berjuang dengan histeris: "Yanto, lepaskan aku! Aku tidak ingin disuntik, aku tidak mau! Aku ingin anak ini, aku tidak ingin kamu membunuhnya. Jika tidak, aku pasti tidak akan melihat matahari terbit besok!"
Dokter itu berdiri diam, Yanto kaget.
Apa yang dikatakan Tina? Jika dia sekuat tenaga ingin menggugurkan anaknya, maka dia tidak akan melihat matahari terbit besok!
Kepatuhannya selalu membohongi orang, jika dia ingin berbuat kejam maka dia akan sangat kejam melebihi siapapun. Sekali pergi 5 tahun, dan juga bisa pergi bunuh diri menuju laut sendiri.
Tubuh Yanto runtuh, masih mengatakan bahwa dirinya kejam, tetapi wanita ini bahkan sepuluh ribu kali lebih kejam darinya!
Dokter sudah pergi.
Hanya ada mereka berdua di ruangan. Yanto memandang Tina yang mengindarinya, menyusut di ujung ranjang melindungi perutnya, setelah cukup lama baru berkata dengan suara serak: "Baik, jika kamu ingin mempertahankan anak ini maka pertahankan. Selama kamu mau, aku akan menyetujuimu. "
"Benarkah?" Tina penuh kewaspadaan.
Yanto mengangguk: "Aku tidak pernah berbohong padamu."
Jadi operasi aborsi itu dibatalkan, pemeriksaan juga dibatalkan, Tina pulang dari rumah sakit. Dia memandangi benda kecil seukuran kacang polong pada foto ultrasonik, sekali melihat sudah seharian.
Tidak disangka pada saat berada di rumah orangtuanya dikarenakan tidak dapat menahan diri dan melakukannya, meninggalkan benih di perutnya yang diam-diam tumbuh. Benda kecil ini begitu kuat, tumbuh dengan keras kepala di tubuhnya yang sakit, bersama dengan dirinya melewati pintu kematian sekali, saat dirinya masih koma dan tidak sadar, dia masih baik-baik saja.
Anak itu begitu kuat untuk datang ke dunia ini, lalu ada alasan apa bagiku untuk menyerah akan dirinya?
Novel Terkait
Awesome Guy
RobinHanya Kamu Hidupku
RenataWahai Hati
JavAliusCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMr. Ceo's Woman
Rebecca WangCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaAnak Sultan Super
Tristan XuCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban