Cinta Yang Terlarang - Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
Tina tadinya turun untuk mengambil air, kemudian langsung kembali ke kamar. Malam ini, dia kembali sulit tidur.
Keesokan harinya, Tina memakaikan baju pada putranya dengan rapi dan bersih, mengantarnya ke mobil Yanto, mengawasi mobil pergi menjauh, kemudian kembali mengikuti Yanto untuk mencari taman kanak-kanak untuk putranya.
Waktu sudah berlalu 5 tahun, masalah Hendra waktu itu sangat heboh, sekarang akhirnya sudah dilupakan oleh orang-orang. Orang memang pelupa, hal-hal mereka sendiri tidak dapat mengingatnya, mana mungkin memiliki banyak energi untuk mengingat orang yang tidak ada sangkut pautnya. Jadi sekarang Hendra dan Tina keluar, orang-orang biasa tidak akan memberi perhatian pada mereka.
Dua orang itu mencari seharian, melihat beberapa taman kanak-kanak, akhirnya memilih satu taman kanak-kanak yang lebih dekat dari rumah, TK dengan dwibahasa. Setelah menyelesaikan formalitas, hari Senin Nian Nuan sudah dapat masuk sekolah.
Siang hari, Hendra dan Tina pergi ke restoran untuk makan. Hendra selalu bersikap berhati-hati pada Tina, selalu melindungi, tapi ekspresi Tina selalu datar, temperamennya selalu tenang, dan bahkan terasa sangat asing.
Hendra tidak menyalahkan Tina, waktu berlalu terlalu lama, dia tidak terbiasa dengan perubahannya sendiri, dia percaya bahwa jika sudah lama, Tina tidak akan seperti ini.
Setelah makan siang, Hendra menerima panggilan telepon, merupakan panggilan dari pusat penahanan, menanyakan kehidupannya setelah bebas, memintanya untuk pergi melapor ke pusat masyarakat pada sore hari, dan ke kantor polisi untuk melakukan serangkaian hal-hal rumit.
Menutup telepon, Hendra berkata pada Tina: "Tina, aku harus pergi mengurus sesuatu, aku akan mengantarmu pulang lebih dulu."
Tina menggelengkan kepalanya: "Tidak perlu, uruslah urusanmu, aku akan pulang sendiri. Sangat mudah menaiki taksi di sini."
Hendra melihat Tina bersikeras, tidak bisa mengatakan apa-apa, menatap Tina menaiki taksi, baru berkendara pergi.
Di dalam mobil, Tina ingin pulang ke rumah untuk melihat. Sudah sangat lama dia tidak pulang ke rumah, kuncinya seharusnya ada di tempat Yanto. Lagipula Hendra baru saja kembali ke keluarganya. Jadi Tina menyuruh sopir taksi untuk berbalik arah, pergi ke perusahaan Yanto.
Setelah resepsionis perusahaan Yanto bertanya pada Tina, dia menghubungi sekretaris bos. Setelah beberapa saat, sekretaris itu secara pribadi turun untuk menjemput Tina naik ke atas.
Ini adalah pertama kalinya Tina datang ke perusahaan Yanto, kantor Yanto. Kantor Yanto sangat besar dan mewah, Yanto duduk di belakang meja kerja, mendominasi, seperti raja yang memimpin segalanya.
Yanto memberi isyarat kepada sekretaris untuk keluar, bangkit meninggalkan kursi: "Tina, kenapa kamu datang?"
"Aku ..." Mata Tina memutar ke sekeliling: "Mana Deco?"
Yanto menarik kembali rasa sukacitanya, ternyata karena dia khawatir terhadap putranya.
"Dia tertidur setelah makan siang, ada di dalam." Yanto membuka ruangan istirahat di dalam kantornya, Tina melihat putranya tertidur sangat nyenyak di ranjang besar, mulutnya melengkung ke atas, di tangannya juga masih memgang sebuah buku.
Yanto berdiri di sisi Tina, hanya ada mereka di sini, dia benar-benar ingin memeluknya masuk ke dalam pelukannya, mengatakan kepadanya bahwa dia merindukannya. Tapi Yanto tidak bertindak seperti itu, hanya Tuhan yang tahu berapa banyak yang dia sembunyikan.
Ketika keduanya keluar dari ruang istirahat, Tina berkata: "Kak, aku ingin pergi ke tempat Ayah dan Ibu untuk melihat, tidak tahu apakah kuncinya ada padamu atau tidak."
Yanto mengangguk: "Ya, kuncinya ada di sini. Ayo pergi, aku akan mengantarmu ke sana."
Tina bergegas berkata, "Tidak perlu, jangan tunda pekerjaanmu, aku akan pergi sendiri."
"Sore hari tidak ada pekerjaan. Beberapa tahun ini tidak ada yang tinggal di sana, juga tidak tahu bagaimana. Kebetulan aku juga akan pergi untuk melihatnya." Yanto mengatakan sambil mengambil jasnya dan memakainya, dia mendominasi dalam melakukan segala sesuatu, keputusannya tidak ada orang yang bisa mengubahnya.
Tina tahu bahwa tidak ada gunanya juga melawan lagi, hanya bisa bersama dengan Yanto. Entah kenapa, ada sedikit kesedihan di lubuk hatinya, tapi hanya bisa menyembunyikan suasana hatinya, di permukaan hanya menunjukkan ketenangan bagai air.
Yanto memberitahu sekretarisnya untuk mengawasi Deco dengan baik, jika dia bangun maka temani dia bermain. Sekretaris tentu saja mengiyakannya.
Yanto menyetir secara pribadi, Tina duduk di posisi penumpang. Kedua orang itu tidak berbicara sepanjang jalan, di dalam mobil terputar lagu Rene Liu yang berjudul .
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangInventing A Millionaire
EdisonAkibat Pernikahan Dini
CintiaBeautiful Lady
ElsaCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban