Cinta Yang Terlarang - Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
Ketika Tina terbangun telah berada di rumah sakit, aroma desinfektan yang samar tercium di udara, langit di luar jendela sangat gelap. Di samping ranjang terdapat sebuah lampu kecil, dia mengenakan baju pasien, di punggung tangannya juga terdapat ada selotip bekas setelah suntikan.
Bangsal VIP adalah sebuah suite, ada orang yang sedang berbicara di ruang bagi orang yang menemani, sepertinya sedang berdebat.
Tina bergerak dengan berhati-hati, membuka selimut tanpa alas kaki, dengan perlahan berjalan ke luar pintu ruangan itu, mendengarkan pembicaraan di dalam.
Yanto merendahkan suaranya berteriak kepada Hendra: "Tina terbaring di rumah sakit selama seharian ini, dan kamu datang begitu lamanya!"
Hendra berkata: "Aku bersama dengan Peter, jadi aku mematikan ponsel. Aku juga langsung kemari setelah mendengar pesan itu."
Yanto sangat marah: "Bukankah sudah menyuruhmu untuk tidak berhubungan dengan Peter, sampai kapan kamu ingin membuat masalah!"
"Aku mencintai Peter, Peter juga mencintaiku, mengapa kami berdua harus berpisah? Bukankah kami sekarang baik-baik saja." Hendra melihat wajah Yanto makin menggelap, sibuk mengganti topik: "Kak, Tina sakit apa, mengapa bisa tiba-tiba pingsan?"
Kedua tangan Yanto mengepal erat, setelah berapa lama baru berkata dengan berat: "Tina sudah hamil."
Ekspresi Hendra seketika kaku: "... kak, selamat, kamu akan menjadi seorang Ayah."
Beberapa saat sama sekali tidak ada pergerakan di ruangan itu, Tina yang berada di luar pintu mengulurkan tangan mengelus perutnya, ternyata dia ... hamil. Dan pria itu benar-benar Kakak.
Hendra duduk di depan ranjang, dengan teliti menatap istrinya. Dan Tina berbaring diam di ranjang rumah sakit, seolah-olah dia tidak pernah pergi.
Hendra meletakkan tangan Tina di telapak tangannya, mengukurnya dengan teliti, dengan lembut menggosoknya. Tina merasakan kelembutan jari-jari Hendra, hatinya bagai hamparan salju yang dingin.
Aku benar-benar bodoh, Hendra pandai dalam perawatan, tangannya panjang putih dan lebut, jari-jarinya tidak kasar. Dan tangan besar yang menyentuhnya setiap malam adalah telapak tangan yang kasar, di mana-mana, merasa gemetar.
Seharusnya dia mengetahui sejak awal, jika mengetahuinya lebih awal maka tidak akan memiliki anak ini.
Sangat konyol, ini benar-benar sangat konyol. Berpikir bahwa sangat beruntung bisa menikah dengan pria yang sekarang menjadi suamiku, ternyata dia mencintai pria. Aku memperlakukannya dengan hormat setiap hari, Kakak yang dikagumi malah menjadi orang yang melakukan percintaan denganku setiap malam. Bahkan, diri sendiri juga hamil anak Kakak.
Kedua adik Kakak ini sangat pandai menyembunyikannya, keterampilan akting mereka benar-benar bagus. Aku seperti orang bodoh bermesraan dengan adiknya di siang hari, dan bercinta dengan Kakaknya di malam hari.
Mereka anggap apa aku ini! Dan siapa yang dapat memberitahuku, apa yang harus kulakukan?
Tina akhirnya tidak dapat menahan perlakuan lembut Hendra, membuka matanya, matanya tidak bisa menahan air matanya.
Hendra mengulurkan tangan menyeka air mata Tina, berkata dengan lembut dan penuh cinta: "Tina, kamu sudah sadar."
Tina menoleh melihat kekhawatiran dan kepedulian Hendra, menggunakan semua kekuatannya menahan untuk tidak memberikan tamparan di wajahnya.
"Tina, apa kamu tahu, kamu hamil, kamu akan menjadi seorang Ibu." Hendra memandang wajah pucat Tina yang tidak ada jejak darah, matanya tersenyum: "Terima kasih Tina, membuatku menjadi seorang Ayah."
Tina tidak tahu bagaimana Hendra bisa mengatakan hal-hal ini secara alami, ketika dia mengatakan bahwa dia akan menjadi seorang Ayah, apakah hati nuraninya tidak terluka?
Yanto keluar dari ruangan dalam.
Mata Tina menoleh, menatap Kakak yang dihormatinya tiap hari. Kakak selalu bersikap dingin, wajahnya serius, wajahnya tegas. Tapi tidak ada yang menyangka, betapa antusias dan gilanya dia di malam hari.
Yanto menatap pandangan mata Tina, seketika ada pandangan keraguan, tapi kemudian merasa bersalah dan mengalihkan pandangannya. Dia Yanto selalu bertindak dengan sangat jujur, hanya dalam kasus ini saja, dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk melihat Tina lebih lama.
"Aku tidak menginginkan anak ini." kata Tina.
Novel Terkait
Thick Wallet
TessaCinta Yang Dalam
Kim YongyiCintaku Pada Presdir
NingsiThe Richest man
AfradenMarriage Journey
Hyon SongCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban