Cinta Yang Terlarang - Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi

Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi

Suaminya sangat perhatian pada dirinya, Tina hanya bisa meletakkan skripsi di tangannya, mengambil susu dan meminumnya. Tidak banyak yang tersisa dalam gelas, Hendra meletakkan buku kemudian mencium kening Tina: "Tina sangat patuh, aku pergi mandi dulu."

Hendra sedang mengisyaratkan, wajah Tina sangat merah, patuh dan malu menganggukkan kepala: "Ya, kamu pergilah mandi, aku akan menunggumu."

Tina melihat Hendra pergi pergi ke kamar mandi, mengulurkan tangan memegang wajahnya, sangat panas bagai terbakar.

Memikirkan kegilaan dan kekasaran Hendra semalam, tubuhnya mulai melemas. Sedikit takut tapi juga sedikit berharap, hanya saja kelopak matanya semakin lama bertambah berat, sangat mengantuk bagai tidak tidur tiga hari tiga malam.

Hendra keluar dari kamar mandi, melihat bahwa Tina sudah tertidur pulas di ranjang. Dia menyimpan buku catatan yang dibuka Tina, meletakkan tubuhnya di atas ranjang dengan baik. Jarinya menyusuri wajah kecil Tina, tidak bisa menahan diri untuk berbisik: "Tina, kamu sangat cantik. Sayangnya, kamu bukan tipeku."

Hendra mengganti pakaiannya, mematikan lampu kemudian meninggalkan kamar.

Di lantai bawah, Yanto memanggil Hendra, menariknya masuk ke kamarnya, dengan suaranya yang rendah berteriak: "Hendra, kamu mau keluar untuk mencari Peter lagi! Kamu sudah menikahi Tina, kamu harus bertanggung jawab padanya. Kamu membuat Tina menunggu di kamar yang kosong setiap hari, apa tidak takut akan ketahuan!"

Hendra sangat percaya diri: "Kak, masalah itu tidak akan ketahuan. Tina meminum susu yang telah kutambahkan sesuatu, akan tidur hingga pagi."

Wajah Yanto berubah warna dikarenakan marah: "Itu obat, bukan vitamin. Diminum setiap hari, tubuh seperti apa yang bisa tahan? Hendra, kenapa kamu sangat egois, kamu dulu tidak seperti ini!"

Hendra mengabaikan kemarahan Kakaknya. Merapikan rambutnya yang tidak berantakan di depan cermin: "Aku sudah bertanya kepada dokter, obat penenang itu jika diminum selama satu setengah tahun tidak masalah. Bukankah kamu sudah membantuku berhubungan badan dengannya? Kamu harus melakukannya beberapa kali, jika Tina hamil, maka untuk waktu yang lama tidak usah memikirkan hubungan badan antara pria dan wanita, jadi aku juga tidak perlu memberinya minum obat."

Yanto sangat marah hingga mengulurkan tangan ingin memukul adik yang mengecewakan ini. Namun, Hendra malah memajukan wajahnya, berkata dengan sangat pelan, "Kak, jangan menipu dirimu sendiri. Aku tahu kamu lumayan menyukai Tina, pasti sangat puas ketika melakukan percintaan kemarin. Lagi pula kamu juga tidak memiliki wanita, memang kenapa membantuku untuk meniduri istriku, kamu juga tidak rugi, nantinya anak yang lahir juga merupakan ketururan keluarga ini. Betapa baiknya itu."

Yanto tidak dapat menahan diri, tamparan ini akhirnya dijatuhkan. Saat berumur 18 tahun dia mulai membesarkan adiknya, sampai sekarang sudah berlalu 10 tahun dan dia tidak pernah memukul adiknya sekalipun. Kali ini, adiknya benar-benar sangat keterlaluan.

Hendra tidak menyangka bahwa Kakaknya benar-benar memukul dirinya, memegang wajahnya yang ditampar, otot-ototnya mengencang: "Jika kamu ingin menidurinya maka tiduri dia, jika tidak ingin menidurinya aku tidak akan meminta bantuanmu lagi, paling tidak dalam satu setengah tahun aku akan menceraikan Tina!"

Hendra membanting pintu kemudian pergi. Yanto memandang tangannya, berdiri di tengah kamar tidak bergerak untuk waktu yang lama.

Tina tertidur sangat lelap, ranjang di sisinya bergerak, lalu sepasang lengan yang kuat memeluk pinggangnya dari belakang.

Penggunaan obat penenang dalam waktu yang lama secara bertahap harus ditingkatkan jumlahnya, jika tidak efeknya akan berkurang.

Tina merasakan sepasang tangan yang panas sedang menyentuh tubuhnya, dia terbangun dengan samar, mendengus sekilas, "Suamimu, kamu merokok ..."

Kata-kata terakhir, Tina tidak mengatakannya, karena sudah dibekap oleh seseorang tertelan masuk ke dalam perut. Membuka mata, seketika hanya hitam, tidak ada yang terlihat. Berusaha mengerjapkan mata, tiba-tiba sebuah piyama terbang ke atas kepalanya. Mengulurkan tangan ingin melepaskan piyama, kedua tangannya malah tertahan di atas bantal yang menempel di bagian atas kepalanya.

Tina ditekan dan tidak bisa bergerak, bagai ular meliuk-liuk. Dan dia tidak tahu, semakin dia melawan, maka semakin mematikan pria itu.

Tina tidak membenci suaminya yang seperti ini, sebaliknya, dia sangat menyukai sisi liar Hendra yang ini. Hanya saja jika pria ini menginginkannya maka tidak ada habisnya dan sangat mengerikan.

Suaminya sangat pengertian, Tina memikirkan hal ini, bagai anak kucing mendesah: "Suamiku, aku sangat lelah, bagian ituku sakit..."

Benar saja, pria di atasnya tenang setelah melakukan beberapa tusukan. Dengan berhati-hati membawanya masuk ke dalam pelukannya, napasnya juga perlahan menjadi tenang.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu