Cinta Yang Terlarang - Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah

Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah

Tina tahu bahwa uo Han telah berubah, tubuhnya kuat, gerakannya penuh dengan kekuatan pria. Tidak kalah jika dibandingkan dengan Yanto.

Tapi sekarang dia sudah tidak ingin memikirkan hubungan antara pria dan wanita, dia hanya ingin, Hendra bisa mengurus Deco dengan baik.

"Aku sangat mengantuk, aku ingin, tidur dengan baik." Tina memejamkan matanya, lelah dalam beberapa hari terakhir, dia benar-benar membutuhkan tidur yang baik.

Hendra memandang Tina yang tertidur, tidak bisa menahan untuk menundukkan kepalanya dan menyentuhnya dengan lembut bibir Tina. Dengan berhati-hati, tidak rela membangunkan Tina.

Ketika Hendra berkuliah sesekali bertemu dengan Peter, sejak saat itu mengubah hidupnya. Saat itu menikahi Tina, karena melihatnya manis, berperilaku baik, patuh, sederhana, mampu menyembunyikan orientasi seksualnya, dan juga gampang ditipu. Namun, sejak meminta Kakaknya untuk menidurinya makan iitu segalanya menjadi berbeda, terjadi perubahan dengan tenang.

Dia berterima kasih kepada Kakaknya, dan juga cemburu pada Kakaknya. Dia pikir emosi semacam itu hanya sementara, bersama dengan Peter lebih banyak, perasaan ini akan hilang. Sampai Tina hamil dengan anak Kakaknya, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia ingin menjadi Ayah. Selalu bermimpi, betapa baiknya jika anak itu adalah anaknya.

Melihat perut Tina yang membesar hari demi hari, dia akan membuat alasan untuk menyentuh anak itu, memakai anak itu untuk mendekati Tina. Dia menyadari bahwa dia tidak lagi menolak untuk berdekatan dengan Tina, bahkan ingin melakukan kontak lebih jauh dengannya. Hendra tahu bahwa dia menyukai istrinya, jadi memutuskan untuk putus dengan Peter. Dan dia tidak pernah menyangka bahwa Peter akan sangat membencinya, dan juga membeberkan segalanya di media, menghancurkannya. Dan lebih tidak menyangka lagi, orangtua Tina keduanya meninggal dikarenakan hal ini.

Hendra melihat kesedihan Tina. Dia memutuskan untuk membalas dendam untuk Tina, bahkan tidak peduli jika dia harus kehilangan nyawanya.

Peter meninggal, Tina pergi tanpa mengucapkan apapun. Kakaknya memeriksa CCTV, malam itu ada mobil sewaan berwarna hitam membawa Tina ke stasiun bus jarak jauh. Bergegas menaiki sebuah bus di stasiun dan pergi.

Yanto mencoba segala cara untuk menemukan mobil hitam itu, bertanya padanya mobil mana yang dinaiki Tina, supir mengatakan bahwa dia akan pergi ke Palembang. Belakangan, dilaporkan bahwa bus yang pergi ke Palembang melaju menuruni lembah karena dikarenakan pengemudinya kelelahan. Tidak ada satu pun orang di dalam mobil yang selamat, banyak mayat yang tidak dapat ditemukan.

Oleh karena itu Yanto berpikir bahwa Tina dan anaknya telah meninggal, Yanto juga tidak menutupinya dari Hendra, pergi ke pusat penahanan untuk menceritakan semuanya. Hendra sekarang memikirkannya, saat itu hari sudah gelap, mungkin pengemudi mobil hitam itu salah. Salah membaca arah tujuan bus itu pergi.

Jika tidak pernah kehilangan maka tidak akan tahu bagaimana rasanya mendapatkannya kembali. Hendra bersumpah, selama sisa hidupnya dia akan mencintai Tina dengan baik, mencintai Deco bagai anaknya sendiri, kemudian dia akan memiliki anak sendiri dengan Tina, satu keluarga akan hidup bahagia bersama.

Hendra dengan pelan menutup pintu dan turun, Yanto telah meninggalkan meja makan, menggendong Deco dan duduk di depan grand piano di ruang tamu.

Yanto melihat Hendra turun, wajahnya yang tegang mulai membaik.

"Hendra, kamu baru saja kembali harusnya beristirahat dengan baik. Tapi Deco harus dimasukkan ke dalam kartu keluarga, juga harus mencari TK, semua ini harus dilakukan olehmu."

Hendra mengangguk: "Kak aku akan mengurus ini semua sesegera mungkin. Hanya ... kamu akan menikah, tidak cocok jika aku dan Tina dan juga Deco masih tinggal di sini. Aku akan menemukan rumah untuk pindah sesegera mungkin. "

Kedua tangan Yanto meninggalkan piano dan diletakkan di pahanya, urat di punggung tangannya menonjol: "Kamu akan mencari rumah dan keluar?"