Cinta Yang Terlarang - Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
Sang Ibu mengatakan, jelas-jelas mengetahui bahwa sudah di ujung jalan, tidak ada artinya juga berjuang keras. Sang Ibu berkata, dia tidak suka meninggal dalam keadaan jelek di ranjang rumah sakit. Tapi Ibunya jelek pun dia tidak akan mempermasalahkannya.
Deco terduduk di depan pintu kamar Pamannya, kedua tangannya memeluk erat-erat lututnya, tidak tahu harus berbuat apa.
Yanto terbangun dari mimpi buruk, bermimpi Tina meninggalkan dirinya. Kali ini, dia pergi sendirian, mempercayakan Deco yang bagai nyawanya itu padanya, menyuruh dirinya untuk merawatnya dengan baik.
Dada Yanto bergelombang, turun ranjang berpikir ingin pergi menemui wanita itu, melihatnya sebentar agar lebih tenang. Membuka pintu, menemukan di depan pintu terdapat sosok kecil yang sedang meringkuk. Sosok yang malang itu seperti anak anjing yang ditinggalkan.
Yanto sangat terkejut, berpikir bahwa mimpi buruk itu menjadi kenyataan. sibuk menggendong putranya: "Deco, kenapa kamu ada di sini, mana Ibumu?"
"Ibuku sedang tidur." Deco berbicara dengan suara pelan.
Jantung Yanto diletakkan di perutnya, menyentuh tubuh putranya yang terasa dingin, kakinya lebih dingin lagi bagai es, bergegas memeluknya masuk ke kamarnya, memeluknya masuk ke dalam selimutnya.
"Ibu sedang tidur, kenapa kamu keluar, dan juga duduk di depan pintu Paman?" Yanto bertanya sambil menggunakan tangannya yang besar untuk menghangatkan kaki putranya.
Deco mengerutkan wajah kecilnya, kepalanya menunduk, hidung kecil membersit, setelah beberapa saat baru berkata: "Paman, jika kehidupan seseorang sudah akan mencapai akhir, apakah lebih baik pergi dalam keadaan indah atau berusaha keras untuk mempertahankannya, berada di ranjang rumah sakit menjadi sosok yang menyedihkan yang dibenci oleh dirinya sendiri?"
Yanto mengerutkan kening: "Deco, kenapa kamu bisa mengajukan pertanyaan seperti itu? Tidak tidur di tengah malam, bergelung di depan pintu Paman, karena memikirkan ini?"
Deco mengangguk, mendongak menatap Pamannya, matanya dengan raut memohon untuk pertama kalinya: "Paman, bisakah kamu memberitahuku? Jika itu kamu, apa yang akan kamu pilih?"
Yanto samar-samar merasa ada yang tidak beres, tetapi dengan sabar berkata: "Baik untuk menjadi cantik dan tenang untuk pergi ke dunia lain, tetapi jika ada harapan? Tidak ada hal yang dapat disimpulkan dengan begitu awal, masih ada yang disebut keajaiban di dunia ini. "
Mata Deco tiba-tiba terbersit cahaya: "Benar, masih ada keajaiban, Paman, Ibu masih memiliki keajaiban kan?"
"Ibumu?" Suara Yanto tertegun.
Deco mengangguk, kemudian matanya memerah. Tampaknya sudah memutuskan untuk mengatakannya: "Paman, Ibuku sakit, penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Ibu tahu bahwa jalannya akan segera berakhir, dan khawatir tidak ada yang menjagaku, jadi menyerahkanku ke sisi Ayah."
Tina sakit?!
Pandangan Yanto menggelap, hampir jatuh. Beberapa hari ini dia kembali, sama sekali tidak ada yang aneh di penampilannya. Dia masih secantik dulu, bagaimana mungkin dia sakit, dan juga mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan?
Yanto berharap apa yang dikatakan putranya salah, dia berharap putranya sedang bermimpi. Dia tidak peduli tidak memakai sepatu, pergi dengan langkah cepat ke kamar tidur di lantai dua, berlari ke kamar itu, membuka pintu.
Ranjang kosong, tidak ada orang!
Yanto dengan cepat pergi mendorong pintu kamar mandi, masih juga tidak ada orang.
Ada firasat buruk yang membesar di jantung Yanto, dia seakan gila mencari di setiap kamar di rumah.
Hendra yang terbangun menanyakan apa yang terjadi pada Kakaknya, Yanto tidak menjawab pertanyaan, masih mencari orang di seluruh rumah.
Deco masih terbengong berdiri di dalam kamar, melihat ke arah ranjang yang kosong, ketika dia pergi, jelas-jelas Ibunya sedang tidur.
Kemudian, Yanto pergi untuk menyelidiki CCTV, Hendra baru tahu, Tina menghilang sekali lagi, pergi tanpa pamit.
Mengenai kejadian ini, Hendra terkejut, cemas, tetapi melihat Kakaknya yang hampir runtuh, hal yang paling tidak mau diakuinya, lukanya karena menipu diri sendiri kembali terbuka, berdarah.
Ketika dia mengirim istrinya yang cantik ke pelukan Kakaknya yang normal dan kuat, dia benar-benar tidak memikirkannya, apakah dua orang ini akan saling jatuh cinta ketika melakukan percintaan berkali-kali?
Novel Terkait
Cinta Yang Terlarang
MinnieSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiAdore You
ElinaUntouchable Love
Devil BuddyCinta Seorang CEO Arogan
MedellineCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinMenaklukkan Suami CEO
Red MapleCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban