Cinta Yang Terlarang - Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
5 tahun kemudian ...
Di sebuah kota kecil yang tidak terkenal di Padang, Tina dan putranya yang berusia 5 tahun pulang sambil bergandengan tangan dari taman kanak-kanak.
Sinar matahari yang terbenam jatuh pada wajah anak kecil yang sangat tampan itu, seolah-olah memiliki cahaya keemasan. Tina memandang wajah anaknya yang lembut seakan wajahnya diambil dari wajah seseorang, dan dia tidak bisa menahan untuk tidak mengingat masalah yang ingin dia lupakan.
Waktu berlalu begitu cepat, tanpa disadari putranya sudah tumbuh begitu besar.
Waktu titu, orangtua Tina meninggal karenanya, dia tidak memiliki keberanian untuk tinggal di tempat tinggal asal orang tuanya, juga tahu bahwa dia tidak lagi bisa menipu dirinya sendiri untuk menghadapi Yanto, jadi dia hanya bisa melarikan diri. Melarikan diri dengan impulsif tanpa memikirkan apa-apa.
Pada saat itu, Tina dengan perutnya yang besar, menaiki sebuah mobil hitam pergi ke stasiun untuk penumpang jarak jauh, dalam malam yang gelap langsung menaiki bus jarak jauh tercepat. Tuhan sedang membiarkannya pergi menjauh, bus jarak jauh ini ternyata menuju kota Padang. Dan dia tidak membeli tiket di stasiun, di stasiun juga tidak memiliki catatan tentang dirinya.
Hari-hari berikutnya secara alami menjadi lebih sulit, ketika Tinag baru melahirkan putranya, uangnya yang tersisa sudah habis, dan juga dia tidak bisa keluar untuk mencari uang, makannnya tidak teratur. Jika pemilik rumah tidak cukup baik, mungkin dia sudah mati kelaparan. Sekarang keadaan sudah membaik, putranya sudah berusia 5 tahun, sudah masuk taman kanak-kanak, dan Tina adalah seorang guru di taman kanak-kanak putranya, dia merawat putranya sambil menghasilkan uang.
Kehidupan Tina sekarang dilalui dengan sederhana, memuaskan. Luka yang dulu didapat tetap berada di hatinya, tidak bisa dihapus seumur hidupnya, tetapi luka-lukanya sudah terlalu lama, ketika memikirkannya, sudah tidak akan lagi merasakan sesak napas dari rasa sakit yang memilukan itu.
"Ibu, taman kanak-kanak besok akan menjalani pemeriksaan medis." Tangan putih kecil Deco memegangi tangan Ibunya, suaranya rendah seakan seperti orang dewasa kecil.
Tina tersenyum: "Ya, aku tahu. Aku adalah seorang guru TK, lebih dulu tahu dibanding kamu."
Deco menolehkan leher kecilnya dan bertanya, "Ibu, kenapa aku tidak pernah melihatmu melakukan pemeriksaan medis?"
"Ibu sangat sibuk." kata Tina santai.
Deco memegang tangan Ibunya dengan erat, ekspresinya bertambah serius: "Sibuk hanyalah alasan, Ibu, apakah karena kamu tidak punya uang?"
Tina tercengang, seorang anak berusia 5 tahun bahkan sudah mengetahui konsep uang?
Tina membungkuk menjajarkan padangannya dengan putranya, mengulurkan tangan menusuk hidung kecilnya: "Bukan, Ibu punya uang. Ibu adalah guru paling baik yang dipilih oleh anak-anak di taman kanak-kanak, mendapat banyak bonus."
Deco memiringkan kepalanya berpikir: Itu semua dikarenakan aku yang menyuruh anak-anak lain memilihmu.
Tina tidak tahu pemikiran putranya, kembali mencubit wajah kecil putranya: "Deco, Festival kali ini, apa yang ingin kamu makan?"
Deco mengulurkan tangan melepaskan tangan Ibunya, berkata dengan serius: "Terserah makan apa saja, tapi Ibu, sudah kubilang berapa kali, bisakah kamu tidak mencubit wajahku?"
"Haiya, anak beruang ini, aku yang melahirkanmu, memangnya kenapa jika aku mencubitmu." Tina berkacak pinggang.
Deco berbalik bada kemudian pergi: "Jika aku anak beruang, maka kamu adalah Ibu beruang."
Tina memandang putranya yang berjalan pergi sendiri, sedikit sakit kepala. Bocah ini, baru berusia 5 tahun tapi tidak diperbolehkan orang untuk mencubitnya. Nada suara, sikap, ekspresi, benar-benar persis sama dengan Ayahnya! Ya sudah jika wajahnya begitu mirip, tapi bahkan temperamennya juga sangat mirip.
"Deco, kamu bersikap dingin lagi pada Ibu, hari ini akan menghukummu untuk menulis tiga ratus puisi!"
"Kekanak-kanakan."
"Kekanak-kanakan? Deco, berhenti, katakan sekali lagi, siapa yang kekanak-kanakan!"
Tina sangat amat marah, tetapi bocah busuk itu hanya mengambil langkah mantap, berpura-pura tidak mendengarnya!
Ibu dan anak itu terkadang bersikap sangat manis bagai madu, terkadang mereka bagai musuh. Kedua orang itu sama-sama bersikap tidak peduli kembali ke rumah sewaan, kemudian ada seseorang mengetuk pintu.
Novel Terkait
Hanya Kamu Hidupku
RenataPerjalanan Selingkuh
LindaKisah Si Dewa Perang
Daron JayKembali Dari Kematian
Yeon KyeongKamu Baik Banget
Jeselin VelaniMy Tough Bodyguard
Crystal SongWonderful Son-in-Law
EdrickCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban