Cinta Yang Terlarang - Bab 3 Racun Yang Lembut
Bab 3 Racun Yang Lembut
Yanto mengerutkan alisnya, lalu berkata dengan acuh tak acuh: "Setelah Hendra pergi bekerja, tidak bisa menjemputmu pulang dan pergi ke kampus setiap harinya. Aku sudah membelikanmu mobil di garasi, nanti menyetirlah sendiri pulang pergi ke kampus, perhatikan keselamatanmu."
Tina hampir tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya, sejak dia memasuki rumah ini mungkin ini adalah pertama kalinya Kakak berbicara begitu panjangnya pada dirinya. Kakak membelikannya mobil, menyuruhnya memperhatikan keselamatan. Ternyata Kakak tidak sedingin dan sekaku kelihatannya.
Hendra menyentuh Tina di bawah, Tina tahu bahwa dia bertindak tidak sopan, dengan cepat kembali fokus, wajahnya sangat tersipu: "Terima kasih, terima kasih Kakak. Aku tadi, itu..."
Tina biasanya sangat pandai berbicara, tetapi pada saat ini, lidahnya seperti diambil oleh kucing. Mata Kakak yang begitu gelap memandang dirinya sekilas, pasti sedang menyalahkan dirinya yang tidak menghormatinya, menatapnya dengan pandangan lurus.
Huh, canggung sekali.
Setelah sarapan, Hendra ditarik ke perusahaan oleh Yanto. Tina pergi ke garasi untuk melihat, hei, sebuah mobil kecil berwarna putih. Tidak terlalu mahal, ekonomis, tidak berprofil tinggi juga tidak buruk. Kakak berpikir cukup bijaksana, nantinya dia akan lebih mudah keluar masuk, akhirnya dia tidak perlu diantar setiap hari oleh Hendra dengan menggunakan mobil sport, selalu menyebabkan kerusuhan di gerbang sekolah.
Tina adalah siswa senior, kelasnya sudah tidak banyak, dia pergi ke rumah sakit untuk melihat Ayahnya di sore hari. Ayah memiliki penyakit jantung, pembedahan stent telah dilakukan selama beberapa kali. Karena ini adalah rumah sakit besar, yang melakukan operasi juga adalah dokter nasional yang terkenal, Ibunya juga merawat Ayahnya dengan hati-hati, sehingga Ayah Tina pulih dengan sangat baik, sudah dapat pulang untuk dirawat di rumah dalam beberapa hari.
"Tina, kamu harus baik-baik di rumah keluarga Hendra, juga harus menjalani hidup dengan baik dengan Hendra. Jika bukan karena keluarganya, mana mungkin Ayah bisa datang ke rumah sakit yang begitu baik, melakukan operasi yang begitu mahal." Setiap kali Tina datang ke rumah sakit, Ayah akan menceramahi putrinya lagi.
Tina mengangguk: "Ayah, aku tahu. Aku akan menjalani hidup dengan baik dengan Hendra."
Tina berada di rumah sakit sampai larut malam, Ibu Tina mendesak Tina untuk bergegas pulang. Mengatakan bahwa dia sudah menjadi istri orang, tidak boleh pulang terlambat, harus rajin dan berbakti pada suami.
Ketika berkendara kembali pulang ke rumah, Tina merasa bagai mimpi sudah menikah dengan orang.
Dua bulan lalu, Tina secara tidak sengaja bertemu dengan Hendra ketika dia bekerja selama liburan musim panas. Kemudian pria yang bagai pangeran ini jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Sebulan kemudian, Hendra melamar secara romantis, keduanya mendaftar untuk menikah. Kemudian Ayah tiba-tiba mengalami serangan jantung, Hendra tidak mengatakan apa-apa langsung mengeluarkan uang, mencari rumah sakit, mencari dokter terbaik. Ibu Tina selalu berkata bahwa tanpa menantu yang baik ini, langit keluarga Tina sudah runtuh.
Tina juga mencintai dan berterima kasih kepada Hendra, dia juga berusaha melakukan yang terbaik melakukan tugas seorang istri.
Saat makan malam, Hendra dan Yanto pulang bersama. Kakak selalu berwajah dngin, Hendra yang biasanya suka tersenyum juga berwajah tertekan, terlihat sangat tidak senang.
Tina tidak bodoh, suaminya dipaksa bekerja oleh Kakaknya, suasana hatinya pasti tidak baik. Kakak melakukan sesuatu selalu memaksa, tetapi Tina mendukungnya. Lagi pula, Hendra sudah tidak kecil lagi, harus memikirkan karirnya, tidak bisa mengandalkan Kakaknya seumur hidup.
Sebelum tidur, Hendra membawakan Tina segelas susu seperti biasa: "Tina, minumlah selagi panas."
Tina bersikap manja: "Suamiku, aku makan sangat banyak tadi, susu ini tidak bisa kuminum lagi."
Hendra menyerahkan susu itu di depan mulut Tina: "Tina patuh, minumlah. Setiap malam minum segelas susu bisa tidur dengan nyenyak, dan juga menjaga kecantikan. Kamu lihat betapa bagusnya kulitmu, itu semua dikarenakan susu."
Susu itu diserahkan di depan mulut, Tina hanya bisa minum seteguk besar, masih tersisa sebagian besar: "Suamiku, aku akan minum lagi nanti. Jika meminumnya habis langsung benar-benar sangat sesak."
Hendra mengangguk, membawa sebuah buku ke jendela untuk membaca buku, mendongak sekilas: "Tina, susunya nanti akan dingin."
Novel Terkait
Takdir Raja Perang
Brama aditioSomeday Unexpected Love
AlexanderSi Menantu Dokter
Hendy ZhangBeautiful Love
Stefen LeeGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraBack To You
CC LennyKisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Yang Terlarang×
- Bab 1 Siapa Yang Menidurinya
- Bab 2 Kemarin Malam Sangat Lelah
- Bab 3 Racun Yang Lembut
- Bab 4 Kakak, Kamu Tidak Rugi
- Bab 5 Keinginan Yang Membuat Ketagihan
- Bab 6 Orang Di Malam Hari Adalah Kakak?
- Bab 7 Kamu, Sudah Hamil
- Bab 8 Ini Adalah Ahli Waris
- Bab 9 Perkataan Berbeda Di Depan Dan Belakang
- Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar
- Bab 11 Ini Adalah Rahasia Tersembunyi
- Bab 12 Insiden Terkuak
- Bab 13 Siapa Yang Membunuh Ibu
- Bab 14 Anak Yang Membuat Orang Kesal Dan Juga Sayang
- Bab 15 Dia, Akan Menikah
- Bab 16 Pingsan
- Bab 17 Membawamu Mencari Ayah
- Bab 18 Dia, Kembali
- Bab 19 Suamiku, Aku Menjemputmu Pulang
- Bab 20 Kamu Adalah Kakak Ipar Bukan
- Bab 21 Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Bimbang
- Bab 22 Kakak, Aku Ingin Pindah
- Bab 23 Istrimu Sangat Cantik
- Bab 24 Kakak, Apakah Kamu Mencintai Jinny?
- Bab 25 Menjadi Gila Demi Cinta
- Bab 26 Hal Tabu Bersama
- Bab 27 Jurang Kehancuran
- Bab 28 Ibu, Apa Kamu Sakit?
- Bab 29 Pelukan Yang Terlambat 5 Tahun
- Bab 30 Terima Kasih Dan Maaf
- Bab 31 Satu Keluarga Bertiga, Hidup Tenang
- Bab 32 Kesengajaan Jinny
- Bab 33 Mengapa Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Kamu Sukai?
- Bab 34 Sangat Merindukannya
- Bab 35 Serangan Sakit
- Bab 36 Kamu Menaiki Ranjang Kakakmu
- Bab 37 Sebaiknya Kamu Jangan Macam-Macam Denganku
- Bab 38 Jinny, Mari Kita Buat Kesepakatan
- Bab 39 Sekali Lagi Menghilang
- Bab 40 Mati Dengan Layak
- Bab 41 Melarikan Diri Dari Kematian
- Bab 42 Tanah Yang Indah
- Bab 43 Dia Hamil Lagi
- Bab 44 Aku Memilih Yang Pertama
- Bab 45 Kami Sudah Bercerai
- Bab 46 Ini Adalah Karma
- Bab 47 Lepaskan Aku, Aku Tidak Ingin Disuntik
- Bab 48 Masih Bisa Menjadi Seperti Teman
- Bab 49 Ada Semacam Keberuntungan Yang Disebut Keajaiban