Cinta Yang Terlarang - Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar

Bab 10 Dia Hanya Biadab Dan Kasar

Hari berikutnya, wajah Tina ketika turun ke bawah sangat pucat, sangat pucat hingga tidak ada jejak warna darah.

Yanto mengencangkan dagunya bertanya dengan tidak senang: "Hendra, kenapa raut wajah Tina bisa begitu pucatnya."

Hendra berkata dengan sedikit perasaan bersalah: "Kemarin malam Tina muntah lagi. Dan juga... Tina ingin tinggal sendirian di kamar pada malam hari."

"Kenapa?" Garis wajah Yanto makin mengencang.

Hendra tidak tahu bagaimana cara mengatakannya, jadi melihat ke arah Tina. Tina menundukkan kepalanya berkata dengan suara kecil: "Mungkin karena kehamilanku, aku tidak suka bau parfum yang digunakan oleh Hendra, aku muntah dengan sangat parah semalam. Jadi aku ingin tidur sendiri."

Saat ini Tina membutuhkan orang untuk mengurusnya, Yanto tadinya bisa mengatakan 'Hendra, kamu sementara waktu jangan menggunakan parfum', tapi dia malah berkata: "Jika begitu, suruh Bibi Nia membereskan kamar untukmu, hari ini pindah untuk tidur di sana."

Setelah Yanto selesai berbicara, baru menyadari. Ternyata dalam pikiran bawah sadarnya, dia tidak ingin adiknya dan Tina hidup bersama. Bahkan walaupun mengetahui bahwa adiknya tidak akan melakukan apa pun pada Tina. Tetapi ketika memikirkan dua orang itu bersama, dia masih akan merasa tidak nyaman.

Akhirnya dia mengetahui, bahwa keserakahan dan disiplin diri kadang-kadang sangat rapuh di dalam hasrat manusia.

Hari yang sangat kacau.

Tina tidur sangat awal di kamar tamu. Tidak tidur nyenyak dalam beberapa malam terakhir dan benar-benar lelah setelah kehamilan, membuatnya tidur dengan cepat.

Tidur hingga tengah malam, ranjang di sekitar Tina bergerak. Tina sangat mengantuk tetapi dia lebih sensitif. Kemudian, sebuah lengan yang kuat perlahan melintasi selimut memeluk bahu Tang.

Tina suka berbaring miring, dia masih berpose membelakangi pria itu. Badan pria itu sangat menyegarkan, tidak memiliki bau parfum seperti Hendra di tubuhnya. Dia mengertakkan giginya, menahannya, memaksa dirinya untuk tertidur.

Namun, setelah beberapa saat, orang di belakangnya mulai makin kelewatan, bernafas di sekitar leher Tina, kemudian bibirnya juga disentuhkan.

Dulu mereka berdua lebih intim sepuluh kali lipat dari ini, tapi saat itu dia mengira bahwa itu adalah Hendra. Sekarang Tina tahu bahwa pria itu adalah pemimpin di keluarga, jelas-jelas sudah mengunci pintu, menghindarinya, tapi dia masih datang mengganggunya, Tina juga ingin bersabar, tetapi dia sudah tidak bisa berpura-pura lagi. Akhirnya tidak tahan lagi, secara tiba-tiba berbalik.

Dalam kegelapan, mata Tina penuh dengan raut kebencian menatap Yanto.

Yanto tidak canggung dikarenakan gerakan ini, tidak bersikap aneh, tidak panik, dan tidak melarikan diri, sebaliknya dia malah mengulurkan tangan menyentuh kepala Tina, dengan pelan berkata: "Maaf, membangunkanmu."

Tina sudah hampir gila, Hendra yang setiap harinya berkata berbeda di depan dan belakangnya sudah membuat dirinya sangat pusing. Sekarang Yanto juga seperti ini, sudah menidurinya, membantu adiknya mendapatkan anak, apa lagi yang diinginkannya?

Tubuh Tina gemetar seperti daun yang jatuh di tengah angin, suaranya bahkan lebih bergetar: "Kakak ..."

Gerakan Yanto yang menyentuh wajah Tina seketika terhenti, memandang air mata dan kemerahan yang ada di matanya, mengulurkan tangan untuk merengkuh Tina ke dalam pelukannya: "Kamu sudah tahu segalanya, mengapa masih memanggilku Kakak."

Ketika dua tubuh itu saling bersentuhan, pikiran Tina kosong seketika, Yanto ternyata sudah tahu bahwa dia telah mengetahui segalanya!

Ketika dia bereaksi, dia baru menyadari bahwa wajah dan tubuhnya menempel dekat dengan dada Yanto yang panas, dengan reflek segera mendorong bagai terkena sengatan listrik, jadi semua kesabaran dan kepura-puraannya sudah diketahui, lalu dia berteriak secara histeris: "Lepaskan aku! Lepaskan, apa yang sebenarnya kamu inginkan! Kamu ... "

Yanto mengencangkan tangannya, mencegah Tina untuk melawan Tangan besar itu menekan kepala kecil Tina, menunduk memblokir kata-kata selanjutnya dengan menggunakan bibirnya. Yanto tidak pandai berbicara seperti Hendra, dia tidak pandai kata-kata, dia hanya memiliki dada yang lebar, lengan yang kuat, dan cara yang brutal dan kasar untuk menenangkan Tina.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu